Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bahaya Erosi dan Polusi Tanah yang Selalu Mengancam Kehidupan

9 Desember 2019   14:25 Diperbarui: 10 Desember 2019   11:35 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Pada foto 2, 3, 4, dan 5 tampak jelas erosi telah menggerogoti lahan yang subur. Padahal foto ini diambil saat puncak musim kemarau antara Juni dan Oktober 2019. 

Tanah yang kering tanpa akar dan pepohonan penahan, turun memenuhi lahan dan jalan di bawahnya menjadi debu yang saat hujan akan menjadi lumpur yang bisa saja mengubah menjadi banjir bandang. Miris

Sedemikian parahkah kerusakan lingkungan kita? 

Foto-foto di atas memang saya ambil di wilayah masyarakat Suku Tengger terutama di Desa Ngadas, Kabupaten Malang dan Desa Ranu Pani, Kabupaten Lumajang, serta Desa Sumber Brantas dan Bumiaji, Kota Batu (termasuk Malang Raya), namun juga terjadi tempat lain sekali pun taraf kerusakannya berbeda. 

Misalnya daerah Bandungan di Ambarawa atau juga daerah dataran tinggi Dieng yang pernah dikunjungi penulis.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Tanah yang subur dan produktivitas yang tinggi tentu saja telah menaikkan taraf hidup dan kesejahteraan petani yang mengubah pola pikir mereka lebih konsumtif dengan pembangunan rumah masa kini dan tentu saja alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dengan akibat mempersempit lahan pertanian. 

Sehingga untuk menaikkan produktifitas pertanian dengan memacu pemakaian pestisida dan sejenisnya serta pupuk yang tidak tepat dan bijaksana serta pembukaan lahan baru dari  hutan rakyat menjadi lahan pertanian (deforestasi).

Usaha menaikkan hasil pertanian demi memenuhi kebutuhan (swasembada) pangan semacam ini di negeri kita memang telah terjadi sejak awal tahun 70-an. 

Pemerintah saat itu mengacu pada sebuah konsep Norman Ernest Borlaug, seorang biologist dan agronom yang mencanangkan Gerakan Revolusi Hijau untuk meningkatkan produksi pangan atau karbohidrat seperti gandum dan padi. (Sumber: wikipedia). 

Namun di Indonesia dikembangkan bukan hanya  pada produksi pangan (karbohidrat) tetapi juga sayur dan komuditas pertanian lainnya. 

Salah satunya dengan pemakaian pupuk dan pestisida secara optimal yang justru menyebabkan tanah menjadi terdegradasi dan jenuh serta munculnya hama baru yang resisten terhadap pestisida. (Sumber: wikipedia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun