Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Saatnya Pemerintah Kelola Perairan Natuna!

2 Juli 2016   11:07 Diperbarui: 2 Juli 2016   12:54 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penembakan kapal nelayan China oleh TNI AL di Perairan Natuna menyebabkan ketegangan hubungan antara Indonesia dengan China. Penembakan kapal nelayan China oleh TNIAL, akar masalahnya disebabkan oleh dua hal, pertama, semakin agresifnya China di Laut China Selatan. Kedua, tidak terurus atau tak dieksploitasinya wilayah Perairan Natuna oleh bangsa Indonesia sendiri.

Sebagaimana diketahui, beberapa tahun ini China dari waktu ke waktu semakin agresif di laut yang dikungkung oleh banyak negara, yakni China, Filiphina, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunai, dan Indonesia. China mengklaim wilayah laut itu sebagai miliknya berdasarkan hukum yang dianutnya sendiri.

Agresifnya China di laut yang disebut kaya dengan sumber mineral dan minyak itu didukung oleh kekuatan militer yang ada. Sebagai salah satu negara besar yang memiliki angkatan perang yang kuat, China mampu membungkam Filiphina dan Vietnam serta membuat keder Malaysia dan Brunai Darussalam yang tengah berkonflik dalam masalah kepulauan yang diperebutkan, Spratly dan Paracel. Ketidakberdayaan angkatan perang Vietnam dan Filiphina dalam menandingi angkatan perang China membuat kedua negara tersebut pasrah dan lebih memilih jalur diplomasi damai atau meminta sokongan dari ASEAN dan Amerika Serikat.

Ketidakberdayaan Vietnam dan Filiphina dan buntunya jalan diplomasi yang dilakukan oleh ASEAN serta sikap maju-mundur Amerika Serikat di kawasan ini membuat China semakin tak terbendung di Laut China Selatan. Amerika Serikat masih melihat untung dan rugi bila terlibat langsung di Laut China Selatan. Amerika Serikat juga masih menghitung-hitung anggaran dan kekuatan yang dimiliki bila harus duel dengan China.

Kepulauan Spratly dan Paracel yang masih disengketakan banyak negara terutama Filiphina dan Vietnam dengan China, China telah melanggar hukum internasional di mana negara tirai bambu itu telah melakukan reklamasi pulau-pulau itu untuk membikin landasan pesawat terbang dan pangkalan kapal laut.

Bahkan China mengundang warga negaranya untuk mengunjungi kepulauan itu. Mereka diundang ke pulau-pulau seluas pulau-pulau di Kepulauan Seribu, Jakarta, tak sekadar menikmati pasir putih, kencangnya angin laut, birunya air lautan, dan teriknya panas matahari namun juga untuk menumbuhkan nasionalisme rakyat pada negara. Terbukti pada sebuah tayangan di media sosial, wisatawan China yang mengunjungi kepulauan tersebut tak sekadar berfoto ria namun juga melakukan upacara bendera, mengerek bendera China ke tiang tinggi.

Masuknya nelayan-nelayan China ke Perairan Natuna buah dari kurang perhatiannya pemerintah Indonesia pada hamparan laut luas itu yang sah menjadi milik kita. Memang TNI AL kerap melakukan patroli di Perairan Natuna namun hal demikian tidak dibarengi dengan pelibatan masyarakat untuk ikut menjaga wilayah.

Kekosongan pengawasan itulah yang digunakan nelayan-nelayan China yang didukung oleh kapal penjaga pantai (Cost Guard) negara tersebut untuk mencuri ikan. Awalnya mereka beralasan melanggar batas namun ketika dibiarkan maka pencuri ikan tersebut semakin berani dan tujuan akhirnya dengan dukungan langsung pemerintah China mengklaim wilayah itu sebagai wilayahnya. Mereka bebas meraup ikan-ikan yang ada sebab laut yang dituju itu dianggap sebagai wilayah tak bertuan bahkan wilayahnya.

Masuknya nelayan asing terutama nelayan dari China di perairan Indonesia semakin menunjukkan pemerintah sering abai dalam mengurus wilayah perbatasan. Jangankan di laut yang batas-batasnya susah dikenali, di darat yang wilayahnya jelas saja pemerintah sering tak peduli. Akibat abainya pemerintah dalam mengurusi masalah perbatasan, wilayah kita sedikit demi sedikit digerogoti negara tetangga, lihat saja Pulau Sipadan dan Ligitan, itu buah dari ketidapedulian bangsa ini pada daerah perbatasan. Belum masalah yang lain seperti perairan Ambalat

Ketidakpedulian pemerintah pada daerah perbatasan tak hanya membuat negara ini bisa jadi semakin mengecil namun juga semakin tidak menyejahterakan masyarakat. Ok di perbatasan Papua Nugini dan Papua serta Timor Leste dan NTT, kita lebih unggul dalam perbatasan namun di wilayah Kalimantan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara, yang berbatasan dengan Malaysia, kita kalah jauh.

Bila kita membandingkan Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, kita bisa membandingkan antara Pulau Sebatik, Indonesia; dengan Tawau, Malaysia. Akibat perbedaan pembangunan ekonomi, di mana Malaysia lebih bisa menyejahterakan masyarakat dan menyediakan kebutuhan sehari-hari membuat terjadi ketimpangan, di mana masyarakat Malaysia lebih sejahtera dibanding dengan penduduk Pulau Sebatik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun