Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Amarah Wanita

28 Juli 2019   06:20 Diperbarui: 28 Juli 2019   06:44 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu perempuan itu malu-malu tapi setelah tahu laki-laki yang dulu dekat dengannya itu telah menikah denganku, bukannya perempuan itu menjauh tapi malah berusaha mendekat dan mengambil hati suamiku, dengan rayuan mautnya dan mengajak suamiku bercinta dengan ajakan  yang vulgar, rasa malu perempuan itu hilang hanya karena ingin suamiku kembali padanya.

Aku terus membaca pesan singkatnya dan berusaha tegar dan bersabar, aku sembunyikan rasa cemburu tak ingin suami tahu aku sembunyikan air mata.

Suami bingung sendiri, harus memberi tahu seperti apalagi pada perempuan itu. Hampir setiap hari suamiku diteror dengan telepon, pesan singkat dan kiriman foto-foto vulgarnya, malah perempuan itu meminta nomor teleponku katanya ingin berteman denganku.

Suamiku khawatir dengan keselamatanku, karena di balik suaranya yang lembut tapi berbisa, karena perempuan itu sangat nekat, apapun akan dilakukan untuk mendapatkan apa yang perempuan itu  inginkan.

Sampai akhirnya kesabaranku pada titik puncaknya, ketika perempuan itu mulai berani menghina dan memakiku dengan bahasa sangat  kasar dan mengancam akan membunuhku, bila suamiku tak mau menemuinya. Aku balas pesan singkatnya itu seolah-olah itu balasan suamiku.

Perempuan itu kegirangan dan mengajak bertemu di suatu tempat dan aku catat alamatnya. Pesan singkat aku hapus dari gawai suamiku. Kupandangi wajah suamiku yang sedang tertidur pulas ku ciumi pipi, kening dan bibir  suamiku sepenuh hati, wajahnya basah oleh airmataku.

"Suamiku, bila engkau tak bisa menangani sendiri, biar aku yang mengakhiri semuanya! aku lelah dengan sikapmu yang tak jantan!." Bisikku penuh amarah.

~Selesai~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun