Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Amarah Wanita

28 Juli 2019   06:20 Diperbarui: 28 Juli 2019   06:44 162 17
"Mas, aku telah membunuhnya, aku telah membunuh  Perempuan  yang selalu menggodamu mas, yang selalu mengancammu, sekarang engkau  terbebas dari dia mas, semua aku lakukan demi engkau  mas, karena  aku...aku...sangat mencintaimu, aku jadi seorang pembunuh hiks...hiks." suaraku bergetar bercampur ketakutan, ketika menghubungi suamiku lewat telepon, saat dinihari berdarah.

"Kenapa engkau lakukan itu sayang?" suaramu terdengar cemas.

.......

"Sayang kamu ada di mana?"

......

"Sayang, jawab mas"

.....

"Sayaaaang!"

.....

Tuuut...tuuut...tuuut

Hening
-----

Malam itu adalah malam ke sekian kali  aku membaca pesan singkat perempuan itu, perempuan yang dulu menjadi kekasih suamiku sebelum menikah denganku, karena kesalahan yang diperbuat sendiri akhirnya suamiku yang kala itu menjadi kekasihnya meninggalkan dirinya.

Dulu suamiku yang waktu itu masih menjadi kekasihnya, selalu  mengingatkan dan memberi nasehat pada perempuan itu. Perempuan itu tak menggubris perasaan kekasihnya dan tetap meladeni lelaki lain yang berusaha mendekatinya. Merasa dibohongi pada akhirnya suamiku tidak tahan dengan sikapnya dan pergi meninggalkan perempuan itu.

Apa yang terjadi?, akhirnya perempuan itu ditinggalkan lelaki yang hanya iseng mendekatinya, perempuan yang  terlihat seperti perempuan baik-baik itu menyesal dan ingin kembali pada suamiku.

Saat itu aku telah menjadi istri suamiku, karena kami tidak pacaran karena suami trauma dengan yang namanya pacaran dan berhasil meyakinkan aku untuk menerima pinangannya.

Perempuan itu masih penasaran dan tidak tahu malu, sering menghubungi suamiku tak mengenal waktu. Suamiku tak pernah mengangkatnya karena perempuan itu selalu ingin mengajak bertemu dengan berbagai alasan.

Berbagai cara perempuan itu lakukan, nomor teleponnya sering ganti dengan tujuan   menelepon suamiku, hanya untuk mendengar suaranya. Karena tahu nomor lama yang tertera namanya tak pernah diangkat jika perempuan itu menelepon.

Pesan singkat di gawai sering aku baca karena suami sering mengeluh, tapi takut menyakiti hati perempuan itu. isinya membuat darahku mendidih, karena perempuan itu masih menunggu suamiku untuk kembali padanya dan yakin suamiku akan kembali jatuh pada pelukannya, karena cinta dia sangat besar pada suamiku.

"Biarkan ia melupakanku pelan-pelan," katamu bila aku sedang membaca pesan perempuan itu.

"Sampai kapan akan seperti ini?" bisikku.

"Aku tidak tahu." Terdengar pasrah jawabanmu, hatiku tergores mendengarnya.

Suamiku sudah menjelaskan sudah menikah dengan aku tapi tetap perempuan itu tak mau tahu, katanya cinta mati dengan suamiku, dan menyesal telah melakukan kesalahan dulu yang sudah ia lakukan.

Dulu perempuan itu malu-malu tapi setelah tahu laki-laki yang dulu dekat dengannya itu telah menikah denganku, bukannya perempuan itu menjauh tapi malah berusaha mendekat dan mengambil hati suamiku, dengan rayuan mautnya dan mengajak suamiku bercinta dengan ajakan  yang vulgar, rasa malu perempuan itu hilang hanya karena ingin suamiku kembali padanya.

Aku terus membaca pesan singkatnya dan berusaha tegar dan bersabar, aku sembunyikan rasa cemburu tak ingin suami tahu aku sembunyikan air mata.

Suami bingung sendiri, harus memberi tahu seperti apalagi pada perempuan itu. Hampir setiap hari suamiku diteror dengan telepon, pesan singkat dan kiriman foto-foto vulgarnya, malah perempuan itu meminta nomor teleponku katanya ingin berteman denganku.

Suamiku khawatir dengan keselamatanku, karena di balik suaranya yang lembut tapi berbisa, karena perempuan itu sangat nekat, apapun akan dilakukan untuk mendapatkan apa yang perempuan itu  inginkan.

Sampai akhirnya kesabaranku pada titik puncaknya, ketika perempuan itu mulai berani menghina dan memakiku dengan bahasa sangat  kasar dan mengancam akan membunuhku, bila suamiku tak mau menemuinya. Aku balas pesan singkatnya itu seolah-olah itu balasan suamiku.

Perempuan itu kegirangan dan mengajak bertemu di suatu tempat dan aku catat alamatnya. Pesan singkat aku hapus dari gawai suamiku. Kupandangi wajah suamiku yang sedang tertidur pulas ku ciumi pipi, kening dan bibir  suamiku sepenuh hati, wajahnya basah oleh airmataku.

"Suamiku, bila engkau tak bisa menangani sendiri, biar aku yang mengakhiri semuanya! aku lelah dengan sikapmu yang tak jantan!." Bisikku penuh amarah.

~Selesai~

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun