Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Ex Undo Solum", Citarum Muncul dari Dasar Bumi

27 September 2018   02:50 Diperbarui: 27 September 2018   06:21 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/widy dee

Demikian pula aneka macam hutan, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan aneka macam ikan yang hidup di sepanjang sungai sampai muaranya.

Semua itu ada karena kasih sayang penguasa gunung dan sungai. Akhrnya manusia yang tinggal di sepanjang aliran  sungai, menganggap dirinya adalah juga anak alam semesta dari Pengusa Gunung dan Penguasa Sungai.

Sebagai ungkapan bakti kepada Penguasa Gunung dan Sungai, mereka mulai menyelenggarakan aneka macam ritual untuk memuja kedua pasangan penguasa itu.

Ritual-ritual itu sebenarnya adalah sarana edukasi untuk menyampaikan pesan terselubung yang mengandung lokal wisdom. Hasil yang diharapkannya adalah agar manusia yang tinggal di sepanjang aliran sungai dan kaki gunung, menyadari bahwa gunung, sungai, dan hutan adalah sesuatu yang sakral.

Kesadaran itu pada gilirannya akan membentuk sikap dan pola tingkah laku yang  menghargai gunung dan sungai serta benda-benda alam semesta lain di sekitarnya seperti aneka macam mineral, hewan, ikan, dan tumbuh-tumbuhan.

Benda-benda alam semesta di kaki gunung dan di sepanjang aliran sungai itu boleh saja dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Akan tetapi semua itu harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak merusak lingkungan.


Sebab jika lngkungan gunung dan sungai rusak, bencana besar pada akhirnya  akan menimpa manusia penghuni lingkungan itu. Melalui ajaran asas gunung dan sungai yang disakralkan, tidak ada orang yang berani membuang sampah dan limbah ke sungai. Apa lagi membuang kotoran ke sungai. Itu dianggap suatu dosa besar yang bisa mendatangkan kutukan bagi si pelaku.

Contoh manusia yang hidup di sepanjang sungai tapi mampu beradaptasi dengan lingkungannya ditunjukkan penduduk Mesir Kuno yang tinggal di sepanjang Sungai Nil.

Mereka justru gembira jika banjir besar datang. Mereka tidak menganggapnya sebagai musibah, tetapi sebagai karunia Sang Bidadari Penguasa Sungai Nil. Dia dipuja sebagai putri Dewi Matahari sesembahan orang Mesir.

Ketika Sungai Nil banjir, para petani memanfaatkan air yang tengah meluap itu untuk mengisi dengan sendirinya kolam-kolam air  di kiri kanan sungai yang sengaja dibangun untuk keperluan pengairan tanaman gandum yang dibudidayakan. Produksi gandum penduduk Mesir pun melimpah ruah. Memang setiap inovasi pada jaman kapan saja di tempat mana saja, selalu meningkatkan produktivitas, kemakmuran,  dan kesejahteraan.

Tentu mitologi dalam sistem kepercayaan, bukan satu-satunya media untuk melakukan edukasi  menjaga kelestarian lingkungan gunung, sungai, dan hutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun