Mohon tunggu...
Andyda Meliala
Andyda Meliala Mohon Tunggu... lainnya -

Pemerhati anak dan parenting, aktif sebagai pembicara di berbagai seminar dan talk show khususnya terkait tema pendidikan anak berbasis otak, parenting dan kesehatan mental. Menggali pengalaman di bidang pendidikan anak di berbagai negara. Pencetus Resourceful Parenting Indonesia yang memiliki situs http://resourceful-parenting.blogspot.com/. Ingin Mengundang Andya Meliala sebagai narasumber hub 085925077652

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Mengajarkan Keterbukaan Pikiran Pada Anak

17 Juni 2012   23:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:51 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang teman yang baru saja pindah ke Filipina bercerita bahwa ia sakit hati, karena pembantunya yang orang Filipina mengangsurkan makanan kepada teman saya itu dengan menggunakan tangan kiri. Sungguh tidak sopan, menurut teman itu.

Seringkali kita seketika merasa tidak nyaman melihat atau mendengar orang lain melakukan atau berbicara tentang keyakinan yang berbeda dengan keyakinan kita. Mungkin itu merupakan tanda bahwa “mekanisme survival” kita sedang aktif. Ada rasa kuatir akan bahaya mengancam.

Namun pikiran yang terbuka adalah pikiran yang sadar bahwa kita tidak mungkin mengetahui segalanya, sehingga masih ada banyak ruang untuk tumbuh. Jika kita tidak mau belajar tentang fakta-fakta baru yang kita temui kemudian mengubah keyakinan kita berdasarkan pembelajaran yang baru, kita akan terjebak, sementara dunia di sekitar kita terus berputar. Kita menjadi barang antik akibat kebanggaan dan ketakutan yang keras kepala.

Jika anda mendengar sebuah ide yang bertentangan dengan keyakinan anda, cobalah untuk mendengarkannya dengan penuh perhatian. Hadapi segala kemungkinan dengan berani. Anda tidak perlu setuju dan menerima begitu saja ide itu, tapi minimal pertimbangkanlah. Perhatikan bagaimana anda memandang orang itu dari sudut yang baru, dengan rasa kesetaraan dan respek. Bukankah ini yang kita harapkan dari orang lain ketika mereka mendengarkan pendapat kita? Mendengarkan dengan keterbukaan pikiran.

Bagaimana menerapkan keterbukaan pikiran ini pada anak kita? Jika anak anda mengatakan ada hantu di bawah tempat tidurnya, jangan abaikan pemikiran anak dengan mengatakan tidak ada hantu. Bersikap terbukalah dengan keyakinan anak anda tentang adanya dunia roh. Jadi anda bisa mengatakan bahwa ada juga malaikat penjaga di bawah tempat tidurnya. Dengan demikian anak anda akan merasa dipahami dan senang dengan solusi  kreatif yang anda berikan bagi ketakutannya. Ajari anak anda untuk menerima pemikiran dan emosinya, baik positif maupun negatif, kemudian mencari solusi secara kreatif. Inilah yang dinamakanempowering.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun