Mohon tunggu...
Alwan Rosyidi
Alwan Rosyidi Mohon Tunggu... -

Hobiis Linux dan dunia komputer pada umumnya. Penikmat musik, seni, filsafat dan teologi. Pecinta binatang. Sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seks dan Spiritualitas, Sebuah Kajian

18 Februari 2010   09:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:52 5470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seks selalu menjadi tema sentral dalam segala ruang perbincangan publik. Saya sendiri tak tertarik untuk bergabung dalam ruang-ruang diskusi seperti itu, karena kebanyakan daripadanya lebih cenderung kepada joke-joke yang cabul. Tidak elegan, tidak etis, dan—sejujurnya—terasa memuakkan. Kalaupun terkadang saya tertarik dalam forum seperti itu, hal itu tak lebih hanya karena pesona libidal yang merangsang naluri seksual saya, tapi itu juga sering saya tepis.

Walau begitu, ada satu tema yang sangat menarik dari diskusi-diskusi tentang seks yang sempat mengembara dikalangan tertentu, yaitu 'Seks dan Spiritualisme'. Tema itu pernah saya baca dari novel fenomenal Dan Brown, DaVinci Code, yang mengangkat sejarah tentang ritual suci sekte agama masa lampau dengan berhubungan intim antara pria dan wanita. Dalam novel itu, diceritakan bahwa titik orgasme adalah titik ekstase terdekat yang dialami manusia untuk menyatu dengan Tuhan. Saya sempat sangat terpesona dengan isu bernilai sejarah itu, tetapi saya belum sempat menelusuri manuskrip-manuskrip atau makalah yang membahas mengenai itu.

Belakangan, saya menjadi amat tertarik dengan tema tersebut setelah saya membaca beberapa tulisan kosmopolis mengenai hal tersebut, yang salahsatunya saya temukan di Kompasiana. Salahsatu isu sentral yang cukup menggelitik jiwa saya adalah tentang 'Menemukan Tuhan Melalui Seks'. Bisakah? Benarkah? Apakah itu 'sesat'? Saya tak mampu dan tak akan menyimpulkan semacam itu. Sudah menjadi kebiasaan dan kecenderungan saya, untuk mengkaji segala sesuatu sesuai dengan proporsinya—atau dalam filsafat China dikenal dengan keseimbangan.

Pertama, saya akan coba mencari rujukan-rujukan filosofis dari nilai-nilai kebudayaan dunia tentang dua hal itu : Seks dan Spiritualitas.

1. SEKS

Sejujurnya, saya cukup kesulitan menemukan pondasi-pondasi deskripsi ilmiah dari Seks. Rujukan-rujukan tentang seks dari manuskrip-manuskrip besar di dunia baru bisa saya dapat dari Keyakinan-Keyakinan Hindu, Kesustraan Hindu, Bible, dan al-Quran.

Kebudayaan Hindu : Lingga dan Yoni(1)

Dalam Keyakinan Hindu, Seks menjadi tema yang cukup fundamental. Seks menjadi pondasi filosofis dan teologis yang mendasar dalam keyakinan Hindu. Yang paling populer dari itu adalah Simbol Lingga dan Yoni. Dalam keyakinan Hindu, secara harafiah, simbol Lingga dan Yoni adalah simbol alat kelamin pria dan wanita. Kemudian, makna filosofis dari simbol Lingga dan Yoni antara lain adalah :

Kamus; Jawa Kuna Indonesia mendefinisikan: “Linga (skt) tanda, ciri, isyarat, sifat khas, bukti keterangn, petunjuk; Lingga, lambang kemaluan lelaki (terutama Lingga Siwa dibentuk tiang batu), patung dewa, titik tugu pemujaan, titik pusat, pusat poros, sumbu”. “Yoni (skt) rahim, tempat lahir, asal Brahmana, Daitya, dewa, garbha, padma, naga, raksasa, sarwa, sarwa batha, sudra, siwa, widyadhara dan ayonia.” (P.J. Zoetmneder, S.C. Robsou, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994, 601, 1494).

Ensiklopedia Indonesia memberi definisi :

Lingga, dalam mithologi Hindu : alat kelamin pria (lat : phallus, lambang siwa sebagai dewa semesta, kebalikan dan Yoni. “Yoni, alat kelamin kemaluan perempuan sebagai tara atau timbalan dan Linggam merupakan lambang syakti atau prakrti yang dijabarkan dalam bentuk unsur kewanitaan “ (Ensiklopedia Indonesia Ikhtisar Baru Van Hove, Jakarta 1990, 2020 dan 3993)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun