Mohon tunggu...
Syahdan Adhyasta
Syahdan Adhyasta Mohon Tunggu... Administrasi - Profil

Hidup ini bagaikan sebuah lautan, dan kitalah nelayan yang sedang mengarunginya.. Sejauh apapun kita melaut, pasti akan ada masa dimana kita harus kembali ke daratan tempat kita berasal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Bukan Zombie (Part 2 of 3)

23 April 2017   15:07 Diperbarui: 24 April 2017   00:00 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.danklumper.com

Hari ini, aku memutuskan untuk menggunakan kaos merah bertuliskan 'Go Ahead!' dan juga jaket abu-abu keren milikku. Tak lupa aku mengenakan sepatu kets biru miliku, dengan sedikit pola putih pada bagian bawahnya..

"You're so handsome Max..." kata ibu memuji ketampananku - mungkin hanya dia satu-satunya orang yang menganggap diriku tampan. Dad tidak pernah memanggilku tampan, ia malah meledek bentuk wajahku yang aneh ini. But, it's okay, Dad meledek dengan gayanya yang lucu, dan aku tak pernah tersinggung mendengar ledekan itu dari Dad. Malah aku akan gantian membalas ledekannya dengan menyebutnya sebagai pria buncit. Lantas kami kemudian saling tertawa di ujung ledekan dan gurauan kami itu.

Dad dan Mom akan menemaniku ke acara pertemuan ini - seperti minggu-minggu sebelumnya. Kami akan menaiki mobil merah Dad untuk menuju tempat pertemuan. Setiap minggu, acara ini dilakukan di sebuah aula rumah sakit di kota sebelah, yang jaraknya 1 jam jika ditempuh dengan mobil. Peserta yang mengikuti acara ini tentu saja mereka yang memiliki penyakit yang sama sepertiku. Tak banyak memang, dari beberapa kota di sekitar kami, hanya ada sekitar 20 orang yang mengikuti acara rutin ini. Mungkin sebenarnya ada lebih banyak orang yang mengidap penyakit seperti kami, tapi karena keterbatasan informasi, kami hanya bisa berkumpul sesuai dengan daftar pasien yang terdaftar di rumah sakit kota sebelah. 

Selebihnya, kami tak tahu....

***

Di depan pintu masuk rumah sakit kota sebelah, terpajang spanduk putih - yang sepertinya tak pernah diganti, yang bertuliskan...

"Selamat Datang Para Anggota Perkumpulan Sindrom Treacher Collins. Kalian Luar Biasa!"

Aku selalu senang dengan tulisan itu. Setiap kali membaca bagian 'Kalian Luar Biasa', bulu kudukku selalu berdiri, seolah memberikan semangat baru dalam hidup. Sebelum masuk, aku selalu meminta Mom dan Dad untuk berfoto bersama di bawah spanduk itu. Mr. Johnson, penjaga di rumah sakit - yang sudah sangat akrab dengan kami - selalu tersenyum dan menawarkan untuk membantu mengambil foto ketika kami datang.

"Hai Max... You're good?" tanya Mr. Johnson, yang selalu mengenakan jaket kulit hitam dan celana hitam itu, tentang kabarku hari ini. Kalian pasti menyukai saat bertemu dengan Mr. Johnson. Orangnya tambun, kecil dan pipinya nampak kemerah-merahan saat tersenyum, sangat menyenangkan untuk melihatnya. Dan yang terpenting ia adalah sosok yang ramah dan menyenangkan. Ia akan selalu mendengarkan ceritamu, walaupun yang kau ceritakan sebenarnya bukan hal yang penting-penting sekali.

"Yeah, I'am good." jawabku mengabarkan bahwa aku baik-baik saja.

Kami kemudian berjalan masuk menuju aula yang letaknya ada di tengah-tengah bangunan rumah sakit. Para suster yang kami kenal tersenyum dan mengucapkan salam, menyapa kami. Mom dan Dad biasanya bersalaman sejenak dan menanyakan 'how is the day?' hanya untuk sekedar basa-basi dan menunjukkan keakraban kepada mereka. Mereka adalah orang-orang yang baik. Tidak seperti orang lain - yang merasa jijik dan takut ketika melihat wajahku -, mereka selalu menyambutku hangat dan memperlakukan aku sebagaimana anak kecil biasanya.

Di depan aula kami bertemu dengan para peserta pertemuan dan anggota keluarga mereka. Para peserta yang mengidap Sindrom Treacher Collins ini, memiliki jarak usia yang berbeda. Ada yang setahun dua tahun di atasku, ada pula yang sudah dewasa dan akan menikah, ada pula Jake - anggota termuda kami yang baru berusia beberapa bulan itu. Kami semua saling berpelukan satu sama lain. Saling mengakrabkan diri dan bercanda, seolah kami semua adalah keluarga. 

Ya... di ruangan ini kami semua adalah keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun