Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ajarkan Anak Menjaga Toleransi di Media Sosial

4 Agustus 2017   07:37 Diperbarui: 4 Agustus 2017   08:31 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi di Media Sosial - http://ipnujateng.or.id

Temuan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Oktober itu cukup mengejutkan: sebanyak 768 ribu pengguna internet di Indonesia berusia 10-14 tahun. "Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita untuk mendorong internet sehat dan bagus lagi. Karena, selama ini filter konten masih kurang memuaskan," kata Ketua APJII, Jamalul Izza, pada 24 Oktober tahun lalu.

Dalam konteks Indonesia hari ini, Anda bisa bayangkan apa yang terjadi dengan anak-anak dalam usia itu saat menerima konten yang berbau intoleransi, perpecahan, dan menghasut kebencian atas nama agama, suku, dan warna kulit, di media sosial.

Pada situasi ini perlu kiranya kita memberikan perhatian lebih kepada anak-anak dalam kaitannya dengan perjuangan untuk membangun ukhuwah kebangsaan. Karena anak-anak adalah modal terbesar untuk mempertahankan toleransi di atas perbedaan yang telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari selama berabad-abad.

Sejumlah psikolog menganjurkan bahwa anak-anak harus didampingi ketika mereka bergaul dengan internet dan media sosial. Perkembangan teknologi menuntut peran orang tua untuk lebih baik lagi. Orang tua tak mutlak harus punya media sosial. Namun, orang tua era ini harus memahami dimensi media sosial dan tahu seberapa jauh pengaruh media sosial dalam kehidupan yang nyata.

Ketegangan pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017 telah memberikan pengalaman bahwa media sosial bisa menjadi sarana yang mengancam perdamaian kita dalam kebangsaan yang berlandaskan pada perbedaan. "Hal yang pertama saya katakan kepadanya adalah 'jangan memuat sesuatu yang buruk. Dan saya bilang saya ingin dia langsung melaporkan kepada saya secara langsung jika ada seseorang yang mengatakan sesuatu yang tak pantas dan mengkritisi dia," kata seorang ibu di Kingston, Surrey, Inggris, tentang bagaimana ia mengajarkan putrinya yang berusia 14 tahun, Constance, tentang menggunakan media sosial.

Bagi orang tua, ajarkanlah anak bahwa media sosial sebagai sesuatu yang positif. Menyebarkan perdamaian, toleransi, justru semakin mudah melalui media sosial karena anak bisa bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Jika ada konten yang sengaja memprovokasi kebencian dalam aktifitas media sosialnya, orang tua tak perlu ragu untuk meminta sang anak memblok atau mengabaikan konten-konten seperti itu.

Namun, tentu saja perlu diberitahu bahwa hal-hal yang buruk adalah sesuatu yang sangat mungkin ada di internet. Jadi, anak diajarkan untuk mengabaikan hasutan kebencian atas nama perbedaan sekaligus diberitahu tentang bahwa hal-hal seperti itu adalah kenyataan. Anak-anak harus diarahkan untuk menggunakan media sosial untuk hal yang positif. Sekaligus mereka juga harus disadarkan bahwa hal-hal buruk bisa saja berseliweran setiap saat. Dengan demikian, anak diajarkan untuk mengambil sikap tanpa mengabaikan kenyataan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun