Mohon tunggu...
M Aidi Ihsan
M Aidi Ihsan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Kota Sunan Gunung Jati

20 Mei 2018   13:44 Diperbarui: 20 Mei 2018   14:00 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum ini terkenal karena menjadi tempat perundingan antara pemerintah Indonesia pada waktu itu diwakilkan oleh Sutan Syahrir, Dr. A. K. Gani, Mr. Susanto Tirtoprojo, dan Mohammad Roem. Sementara delegasi Belanda diwakilkan oleh Wim Schermerhorn, H. J van Mook, dengan moderator dari Inggris, Lord Killeam. 

Perundingan ini terjadi pada 11-13 November 1946 dengan menghasilkan kesepakan antara Indonesia dengan Belanda antara lain  yang pertama Pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia yang meliputi wilayahnya yaitu Sumatera, Jawa, dan Madura. Kedua, pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda akan bekerja sama dalam membentuk negara Republik Indonesia Serikat. Terakhir, membentuk Uni Indonesia-Belanda. Dahulu, tempat ini adalah sebuah hotel saat dipakai untuk perundingan. Lalu dipakai untuk tempat perundingan yang bersejarah bagi bangsa Indonesia dan Belanda. Pada tahun 1976, tempat ini resmi dijadikan sebagai Museum Perundingan Linggarjati.

Setelah dari Linggarjati, rombongan bergerak menuju rumah makan Klapa Manis. Di Rumah Makan ini tempatnya sangat bagus dan indah, karena berada diatas bukit menjadikan tempat ini sangat cocok untuk melihat view Kabupaten Kuningan dari atas bukit. Tempat ini mempunyai 4 lantai kebawah karena lantai paling atas bersebelahan dengan jalan raya, jadi tempat ini cukup unik, dan mempunyai arsitektur tempo dulu ditambah ornamen-ornamen yang sangat menarik perhatian para rombongan.  

Perut sudah mulai kenyang, tujuan selanjutnya adalah belanja oleh-oleh khas Cirebon. Tempat ini menjadi tempat tersibuk untuk para peserta karena bingung mau belanja apa, ada juga yang menelepon orang tua di rumah menanyakan oleh-oleh apa yang akan dibeli. Setelah belanja oleh-oleh, lanjut pergi ke restoran untuk makan malam dan acara penutup sebelum esok hari kembali ke Jakarta. Ada doorprize juga dari panitia berupa kamera action, kamera pocket, kamera polaroid.

Setelah dari makan malam, berhubung malam kemarin tidak jadi ke Keraton Kanoman. Akhirnya malam ini kami menuju Keraton Kanoman. Setelah turun dari bis, rombongan berjalan menuju panggung tari harus melewati pasar kanoman yang persis berada disebelah area Keraton Kanoman. Di tempat ini cukup gelap, karena kami para peserta ditantang untuk memfoto penari dalam keadaan cahaya yang sangat minim, hanya mengandalkan obor yang menyala di area panggung, kami juga tidak boleh menggunakan flash kamera untuk menghindari hilangnya kosentrasi sang penari tersebut. 

Akhirnya, setelah seharian penuh menjelajah kota Cirebon-Kuningan-Cirebon, badan sudah mulai lelah, baterai kamera sudah mulai habis, kami pun bergegas kembali ke hotel untuk beristirahat.

Pagi hari di hari terakhir di kota ini, karena hari ini hari minggu, jadi di depan hotel ada Car Free Day, semua rombongan menikmati Car Free Day sambil memotret hal-hal unik di sini. Ada yang jajan, ada yang berfoto bersama ular, ada yang melihat aksi sejenis debus, ada yang ikut menari aerobatik. Setelah puas berada di Car Free Day kota Cirebon, rombongan bergerak menuju bis yang parkir agak jauh karena ada kegiatan tersebut. Membawa barang yang cukup banyak dan berat, lumayan melelahkan bagi para peserta hunting. Kegiatan terakhir sebelum kembali ke Jakarta adalah ke Goa Sunyaragi.

Goa Sunyaragi dibangun oleh Pangeran Arya Cirebon pada abad ke 17. Nama Sunyaragi diambil dari kata Sunya yang berarti sunyi, dan Ragi berarti raga. Sesuai dengan artinya, goa ini berfungsi untuk tempat bertapa atau menyepi. Dahulu, tempat ini juga disebut taman air karena di tengah-tengah cekungan itu berisi air tadah hujan yang menyebabkan genangan air seperti danau. Namun, kini danau tersebut sudah hilang dan hanya menyisakan cerita saja. Di dalam komplek ini, terdapat 10 nama goa. Antara lain Goa Pengawal, Goa Semanyang, Goa Lawa, Gowa Pawon, Goa Peteng, Goa Langse, Goa Arga Jumud, Goa Padang Ati, Goa Pandekemasang, Goa Kelanggengan.

Diarea ini, kita bisa masuk kedalam goa-goa tersebut, tetapi tidak disarankan untuk orang yang berbadan gendut dan tinggi, karena di dalam sangat sempit dan rendah. Dan kita juga harus berhati-hati karena batunya tajam dan licin. Disini juga tersedia spot foto yang instagrameble, ada balon udara, sepeda diatas tali, dan ayunan. Ada juga kuda keliling yang siap menemani untuk berkeliling diarea komplek Goa Sunyaragi.

Setelah dari Goa Sunyaragi, rombongan bergerak menuju salah satu rumah makan Empal Gentong. Ini adalah makanan khas Cirebon yang terbuat dari jeroan sapi yang dimasak di dalam gentong dengan menggunakan api dari kayu bakar dengan bumbu khas yang membuat Empal Gentong ini menjadi enak. Setelah selesai makan, akhirnya perjalanan selama 4 hari di Kota Cirebon berakhir sudah. Kembali ke stasiun Cirebon Kejaksaan pertanda berakhirnya cerita ini. Karena selama perjalanan pulang dipakai untuk tidur, jadi tidak bisa lanjut cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun