Mohon tunggu...
Ahmad Syukri
Ahmad Syukri Mohon Tunggu... -

Pernah Kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fak.Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadis.\r\nTertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan Pemberdayaan diri, Spiritualitas, Kesehatan Holistik, Psikologi, Pendidikan, Budaya dan Eco Living.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berdoa, Berzikir Buat Apa?

16 Maret 2013   09:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:40 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berdoa, berzikir, buat apa? Tiba-tiba pertenyaan itu berkelebat di dalam benak dan dadaku. Dalam sekejap saya tersadarkan akan kebodohan ku selama ini.

Selama ini kita selalu ditanamkan bahwa kalau ada masalah, problem, kesusahan dan bencana, apapunlah nasib buruk yang menimpa kita, kita disuruh berdoa. Ya berdoa. Namun kita lupa bahwa persoalan hanya dapat selesai jika berusaha mengatasinya, bukan hanya berdoa.

Sekarang yang diingat dalam otak kita hanya berdoa saja, tidak perlu usaha. Dikit-dikit berdoa, berdoa, dan berdoa, namun tidak ada aksi dan tindakan apa-apa. Seakan-akan kita menyakini benar bahwa doa akan menyelesaikan segalanya.

Ini bukan sembarang pemberontakan batin?

Pemberontakan yang muncul dari pengalaman hidup pribadi atas situasi yang saya hadapi.
Hari ini tanggal 15 maret 2013,tepatnya di ruang perpustakan Anand Ashram Ubud. Ditemani beberapa rekan yang lagi mengerjakan tugas masing-masing. Saya mendapatkan komen yang sangat mengagetkan saya dari seseorang yang termasuk kategori saudara saya. Saat saya mengirimkan pesan ajakan untuk membantu mengisi petisi pembebasan Anand Krishna lewat inbok facebook. Cukup tajam dan sedikit menyakitkan barangkali:
“…masih banyak pekerjaan yg.lain. Banyak berzikir, istigfar,mintak ampun sama Allah.itu yg harus kita lakukan”

Bagus, tidak salah. Bukan karena saya anti berdoa atau tidak setuju berdoa,namun pemahamannya soal berdoa sampai disitu. Bagi saya itulah usaha dan tindakan yang bisa saya lakukan, mengajak orang untuk peduli dan mengambil tindakan. Bukan berdoa dan berzikir lalu tidak bertindak dan berusaha apapun.
Barangkali bagi dia, segala urusan bisa diselesaikan dengan berdoa,tidak perlu usaha dan melakukan hal seperti itu. Berdoa sudah cukup.

Jauh di dalam diri saya, saya protes. Saya tersadarkan seketika. Inilah kesalahan orang Indonesia dan ulama kita selama ini. Berdoa, berdoa dan berdoa, namun kita lupa berusaha sekuat tenaga sampai tetes keringat yang terakhir atau barangkali kita terlalu malas. Berdoa , minta ini, minta itu,minta apa saja tapi malas bekerja . That very wrong.

Mereka lupa barangkali,maksudnya saudara saya, salah satu ayat dalam kitab suci nya(al-Qur’an) menyebutkan bahwa Tuhan pun tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika dia tidak megubahnya. Tidak akan mengubah nasib anda, saya bahkan siapapun juga jika kita tidak bertindak, tidak berusaha untuk memperbaikinya.
Tuhan sangat logis dalam hal ini. Dia tidak akan memberi begitu saja bak tukang sulap, sim salabim, kita dapat roti. Tidak. Tuhan bukan tukang sulap seperti itu. Dia mengharuskan kita berusaha, berupaya sekuat tenaga. Celakanya selama ini kita sangat doyan berdoa tapi malas bekerja. Sehingga menjamurlah acara doa bersama, berdoa untuk negeri, ruwatan istighasah atau apapun lah namanya. Rajin berdoa tapi malas bekerja dan berusaha.
Kita ingin negeri ini menjadi lebih baik, pemerintah lebih arif dan bijak, ekonomi lebih merata, koruptor diadili, bisa hidup sejahtera dan aman, namun semua hanya sebatas harapan tanpa tindakan nyata(HOPE ONLY, NO ACTION). Paling banter berdoa. Wajar saja makin banyak koruptor, makin banyak korupsi, kolusi dan berbagai ketidakadilan di negeri ini.
Semestinya kita bisa bersama-sama memberantas ketidakadilan dan kejahatan yang terjadi, namun kita malas bertindak, takut berbuat. Sehingga yang jahat semakin berani berbuat kejahatan karena orang memilih berdoa agar terhindar dari kejahatan dan takut bertindak untuk menghentikannya.
Dengan beroa kita merasa kita dekat dengan Tuhan, kita berdialog dengan Tuhan dan merasa “sudah”beragama.

Berdoa bukan berarti meniadakan usaha. Berdoa adalah bentuk kesadaran bahwa tanpa berkah dan campur tangan Tuhan, usaha kita tidak berarti apa-apa. Berdoa menunjukkan bahwa kita rendah hati dan tidak arogan, tidak sombong bahwa kita mampu melakukan apapun tanpa campur tangan Tuhan.
Itulah fungsi doa, menurut saya, bukan untuk meniadakan usaha dan tindakan.

Dulu para nabi, para suci berdoa sebagai bukti bahwa dia menyadari Keilahian Tuhan dan berkahnya, bukan untuk menggantikan usaha dan tindakan nyata.

Sekarang sudah jauh berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun