Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Haru-Biru" Berburu Emas di Pulau Buru

21 November 2018   10:09 Diperbarui: 22 November 2018   12:47 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam waktu relatif singkat, kabar itu mampu "menyihir" penduduk setempat. Pasalnya, begitu tahu bahwa di Gunung Botak terkandung "harta karun", mayoritas penduduk yang bekerja sebagai petani tiba-tiba meninggalkan tugas harian mereka, dan berduyun-duyun pergi mencari bijih emas.

Penambangan emas ilegal pun mulai "menggeliat". Dengan peralatan sederhana, penduduk sekitar menghancurkan batu-batu, mengayak serpihan pasirnya ke dalam air, lalu menambahkan merkuri sehingga melebur dengan emas. Saat benar-benar ditemukan ladang emas, aktivitas penambangan pun bertambah gencar, hingga "wajah" alam di sekitar Gunung Botak pelan-pelan mulai berubah.

Merusak Alam  

Seperti sempat disinggung di awal tulisan ini, aktivitas penambangan biji emas di Pulau Buru kemudian dihentikan total pemerintah. Aktivitas itu dinilai merusak alam. Betapa tidak! Oleh karena bernafsu mencari emas, penduduk setempat tidak lagi memerhatikan lingkungan.

Banyak lahan-lahan hijau di sana akhirnya "dikorbankan". Tanahnya dikeruk dalam-dalam dan bebatuannya banyak dihancurkan, hanya untuk mendapatkan butiran emas yang belum tentu berlimpah jumlahnya. Apalagi, para penambang juga sembarangan memakai merkuri untuk proses peleburan. Akibatnya, tak hanya tanah, air sisa peleburan pun ikut tercemar limbah merkuri.

Selain itu, sejumlah penambang juga dikabarkan tewas sewaktu aktif menggali tambang di sana. Semua itu terjadi lantaran mereka tidak memerhatikan keselamatan dalam bekerja. Mereka tidak menggunakan peralatan yang memadai, yang bisa menunjang keamanan saat mereka menggali tambang. Jadi, jangan heran kalau sampai ada "tumbal" akibat penambangan ilegal tersebut.

Atas dasar itulah pemerintah kemudian menyetop semua aktivitas penambangan di Pulau Buru. Namun demikian, larangan itu tampaknya hanya bersifat "sesaat". Buktinya, penambangan masih terus berlanjut, biarpun itu dilakukan secara "kucing-kucingan".

Pemerintah memang agak sulit "melumpuhkan" semua aktivitas penambangan di Pulau Buru. Sebab, penduduk setempat sudah telanjur mencicipi manisnya "buah" dari menambang emas. Berkat mencari emas, ekonomi mereka terangkat. Mereka yang tadinya belum punya motor mampu membeli motor. Mereka yang sebelumnya rumahnya bobrok bisa bangun tempat tinggal yang lebih layak.

Makanya, semua cara akan ditempuh asalkan penambangan masih terus dilakukan. Sebab, kalau dihentikan, kenyamanan materi yang sudah mereka peroleh dari aktivitas menambang akan lenyap, dan bisa-bisa mereka menjalani kehidupan seperti sebelumnya.

Terlebih lagi, kini harga emas juga cenderung mengalami peningkatan. Hal itu tentunya wajar. Pada saat kondisi nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar seperti sekarang, orang-orang umumnya "mengalihkan" dananya dengan membeli emas. 

Sebab, emas dianggap mampu "menyelamatkan" nilai kekayaan mereka dari inflasi. Jadi, jangan heran kalau orang-orang ramai memborong emas dan itu menyebabkan harga emas naik beberapa waktu belakangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun