Mohon tunggu...
Abdillah Toha
Abdillah Toha Mohon Tunggu... -

Lahir di Solo

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dicari: Politisi Negarawan

29 Agustus 2015   01:13 Diperbarui: 29 Agustus 2015   01:13 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gonjang ganjing pilkada belakangan ini membuka kembali mata kita terhadap berbagai ulah politisi dan partai politik di daerah. Ada yang bermain halus untuk menjegal lawannya dengan membiarkan lawan maju sebagai calon tunggal. Ada yang kasar bak hewan bertaring yang mengancam dengan memobilisasi masa menyerang kantor KPUD dan aparat penegak hukum yang tidak menuruti kehendaknya.

Di Jakarta kiprah politisinya lain lagi. Setelah agak reda menyerang posisi pemerintah terus menerus sebagai kelanjutan persaingan pilpres, sekarang mereka punya mainan baru. Belum lama ini, setelah menyampaikan pidato APBN, presiden Jokowi di fait accompli untuk menandatangani prasasti mega proyek multi-year gedung-gedung baru DPR RI senilai 2.7 triliun rupiah. Pembiayaan rencananya diambil dari dana optimalisasi yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Untung Jokowi sigap dan menolak karena memang belum pernah dibahas sebelumnya dengan pemerintah. 

Sejak kembalinya demokrasi di persada nusantara ini ketika reformasi digulirkan pada 1998, sampai sekarang kita masih terus berharap ada perbaikan kualitas partai dan anggota DPR yang tak kunjung mewujud. Partai, dengan sedikit pengecualian, pada umumnya masih diisi oleh kelompok yang belum sepenuhnya merepresentasikan kepentingan khalayak. Ada kelompok pencari kerja dan penghasilan, ada kelompok politisi profesional yang dari dulu tidak pernah punya kerja lain selain jadi politisi, ada kelompok pengusaha yang berkepentingan melindungi usahanya, ada kelompok berbendera agama yang kerap tak menghadirkan akhlak agamawan, dan kelompok-kelompok kecil lain yang tidak jelas asal usul dan tujuannya. Kelas negarawan dalam tubuh partai-partai kita sangat langka dan hanya sekali-sekali muncul ke permukaan tetapi tenggelam dan kalah bersaing dalam menyuarakan kepentingan nasional kita.

Politisi dan Negarawan.

Secara umum, politisi adalah pencari kekuasaan melalui mandat rakyat, sedangkan negarawan adalah mereka yang tergugah bergerak dalam arena politik demi ideologi dan prinsip-prinsip yang diyakininya. Para pendiri bangsa ini pada dasarnya politisi negarawan yang bersedia menahan sakit dan bahkan mengorbankan jiwanya demi mencapai apa yang dicita-citakan untuk bangsanya.

Harus diakui bahwa bukan hanya di negeri ini, di negara manapun sering terasa sesak dengan jumlah politisi sedangkan negarawan itu langka. Seseorang pernah menggambarkan banyaknya politisi dan langkanya negarawan bak makanan yang berlebih kalori tetapi kurang nutrisi.

Politisi dan negarawan keduanya bermanuver dalam arena politik tetapi gerak negarawan lebih dibatasi oleh pertimbangan moralitas dibanding politisi. Negarawan menyampaikan pesan-pesannya kepada publik dari hati sanubarinya karena dia percaya kepada apa yang disampaikan, sedang politisi seringkali harus menyampaikan pesan kelompok yang dia sendiri terkadang tidak meyakininya.

Politisi dan negarawan sama-sama harus memiliki kemampuan komunikasi yang efektif guna menjelaskan kebijakan negara yang kompleks kepada publik. Namun yang memisahkan mereka adalah motif dan kepentingannya. Politisi lebih tertarik kepada kepentingan partai, pribadi, kelompok, atau penguasa, sedang negarawan memusatkan perhatiannya kepada kepentingan bangsa.

Politisi lebih cenderung kepada tindakan yang segera dapat dilihat hasilnya sedang negarawan bersedia menghadapi risiko dengan mengambil keputusan tidak populer yang hasilnya hanya dapat dipetik dalam jangka panjang.Teolog dan pengarang Amerika abad 19 James Freeman Clarke mengatakan: " Politisi memikirkan pemilu mendatang sedang negarawan memikirkan generasi mendatang". Bagi politisi, yang penting adalah bagaimana mencapai tujuan dengan cara apapun, sedang bagi negarawan tujuan dan cara mencapainya sama-sama penting.

Politisi dapat muncul mendadak dari sudut-sudut yang tak diperkirakan sebelumnya karena berhasil merayu pemilih di daerah pemilihannya dengan janji-janji surgawi, sedang negarawan biasanya figur terhormat di masyarakat dalam usia yang lebih matang dan sudah banyak makan asam garam kehidupan sehingga membuatnya lebih arif dalam pandangannya tentang berbagai sisi kehidupan.

Demokrasi memang tidak sempurna, meski belum ditemukan sistem yang lebih baik. Dalam demokrasi, politisi mau tidak mau harus melihat kemana arah angin berhembus. Dari waktu ke waktu mengukur apa yang diinginkan konstituen. Negarawan juga tidak bisa lepas dari pertimbangan aspirasi publik tetapi umumnya mereka tidak sangat bergantung kepadanya seperti politisi. Negarawan bisa berpandangan bahwa apa yang diinginkan publik tidak selalu baik untuk publik. Terburuk adalah politisi yang bukan negarawan tetapi juga bukan politisi yang diharapkan dalam sebuah sistem demokrasi. Inilah tipe politisi yang banyak kita jumpai saat ini, yakni politisi yang mendengarkan dirinya sendiri dan kelompoknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun