Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Licinnya Harun Masiku Tak Selicin Si "Burung Nazar" Nazaruddin?

23 Januari 2020   16:02 Diperbarui: 24 Januari 2020   00:48 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harun Masiku. Sumber Gambar : Tempo (kiri) dan Liputan6.com (kanan). Digabung oleh Penulis

Harun Masiku, politisi dan kader PDIP yang "jadi" anggota DPR RI (2019 - 2024) memang licin bak belut paling licin sejagat. Operasi Tangkap Tangan (OTT) dilakukan KPK pada 8 Januari 2020 cuma mampu menangkap Wahyu Setiawan salah satu Komisioner KPU dan Agustiani Tio Fridelina serta Saeful.

Harun memang licin, sebelum OTT dilakukan ternyata dia telah lolos ke "negeri Singa" (Singapore) lebih dahulu pada 6 Januari 2020. Selanjutnya, informasi yang mengatakan (seolah-olah) Harun ada di Tower Edelwiss, Thamrin Recidences pada 14 Januari 2020 pun ternyata palsu, KPK hanya menemukan kamar 31EC yang telah kosong melompong. 

Di sana petugas KPK hanya temukan beberapa dokumen yang -katanya- sangat signifikan tentang keberadaannya. Dalam jumpa pers, Ali Fikri, Plt Jurubicara KPK saat itu mengatakan "Teman di lapangan temukan dokumen penting keberadaan tersangaka Harun," ujarnya.

Harun juga "cerdik" mampu mempengaruhi KPU untuk meloloskan dirinya menjadi calon anggota DPR RI pengganti almarhum Nasruddin Kiemas dengan "mengalahkan" rival utama Riezky Aprillia di Dapil 1 Sumsel. Tampaknya tidak mudah melakukan itu jika tidak ada kolaborasi dilakukan Harun dengan orang dalam di Partainya.

Harun memang licin bahkan (dalam hal ini) bisa disebut sangat licik. Ini terlihat dari cara ia memesan tiket Garuda sebanyak 3 kali di hari yang sama tujuan Singapore yaitu nomor penerbangan GA 824, GA 830 dan GA 832.  Akhirnya ia memilih nomor penerbangan GA 832 kursi 6K. Artinya dua diket lain dibiarkan hangus.

Licinnya Harun juga terlihat dari perbedaan pendapat antara tim hukum PDIP dan Ronny Sompie (Dirjen Imigrasi) dengan Yasonna Laoly (Menkumham ) soal keberadaan Harun. 

Pada 7 Januari 2020 Yasonna mengatakan Harun BELUM berada di Indonesia. "Pokoknya belum," ujar Yassona pada 7 Januari 2020. Sementara pihak Imigrasi mengatakan Harun telah kembali ke Indonesia pada 7 Januari 2020 sesuai dengan informasi tim hukum PDIP mengatakan Harun sudah kembali ke Indonesia.

Ironisnya lagi ketua tim Hukum PDIP Djarot Saiful Hidayat dalam pernyataan terkini (22/1/2020) mengatakan tidak tahu dimana sesungguhnya Harun. "Sama sekali kami tidak ada kontak dengan yang bersangkutan (Harun Masiku), jadi nggak tahu. Tahunya dari berita," ujar Djarot Rabu (22/1/2020).

Dari sini terlihat bahwa seperti ada potensi terjadinya kebohongan publik di balik manuver Harun Masiku sebagaimana dilontarkan Kurnia Ramadhan,peneliti ICW yang mencurigai adanya pembohongan publik dilakukan anggota KPK yang menebar informasi seolah-olah Harun masih ada di Indonesia pada saat OTT dilaksanakan.

Saat kembali dari Singapore pun Harun memainkan trik tak kalah licin. Ia memesan dua tiket masing-masing menggunakan penerbangan Lion (JT 155) dan Batik Air (ID 7156). Harun memilih Batik dengan alasan tertentu. Dan dari kamera cctv di Bandara kedatangan luar negeri di terminal 2F pada pukul 17.02 tanggal 17/1/2020 terlihat sosok Harun melintasi pemeriksaan Bea dan Cukai.

Setelah itu ia"dihampiri" seorang petugas membisikkan sesuatu padanya. Lalu Harun meninggalkan lokasi sendirian dan menumpangi taksi Alphard Blue Bird bandara Soekano- Hatta hingga "raib" entah kemana.

Berdasarkan beberapa sumber di atas tampak sekali betapa Harun ini memang licin. Sekadar info latar belakang Harun adalah :

  • Harun  pernah mengikuti  Program  International Economic Law pada 1998 hingga 1999.
  • Harun alumni Fakultas  hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, pada 1994. Kemudian, ia melanjutkan sekolah ke Inggris di University of Warwick United Kingdom.
  •  Harun pernah aktif  di  partai Demokrat pada 2009 menjadi Timses Pemenangan Pemilu dan Pilpres Partai Demokrat Sulawesi Tengah untuk memenangkan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Ia pernah maju sebagai caleg dari Demokrat.
  • Setelah itu ia loncat ke PDIP. Harun pernah menjadi Tenaga Ahli Komisi III DPR pada 2011. Ia juga aktif sebagai Anggota Perhimpunan Advokat Indonesia.

Melihat reputasi rekord di atas tampaklah Harun bukan tipe kaleng-kaleng. Ia banyak tahu dan tahu persis celah kelemahan seperti apa yang bisa dimanfaatkan untuk meloloskan dirinya dari berbagai kepentingan dan tujuan. Dia bukan politisi yang setengah paham tentang bagaimana seharusnya licik dan licin. Dia juga tahu bagaimana berkolaborasi untuk memuluskan gerilyanya.

Oleh karena itu jangan heran jika ternyata Harun lebih licik dan licin dari pada kisah pelarian "si Burung Nazar" Nazaruddin sang mesin ATM Demokrat pada masa itu juga lolos ke negeri Singa lalu terdampar di Kolombia. 

Pada 13/8/2011 Novel Baswedan dkk mengawal kembalinya si burung Nazar ke tanah air dan tiba di Jakarta dijaga dengan pengawalan sangat ketat sekligus mengakhiri petualangan koruptor Hambalang yang kini jadi "teman" KPK.

Nazaruddin ditangkap interpol di Certagana, Kolombia 11/8/2011. Gambar : TribunNews.com
Nazaruddin ditangkap interpol di Certagana, Kolombia 11/8/2011. Gambar : TribunNews.com

Belakangan terungkap, aksi dan kisah pelarian Nazaruddin tidak terlepas dari kolaborasi dirinya dengan berbagai pihak karena tidak mungkin hal itu bisa terjadi sendiri. Beberapa fakta mengungkap saat itu bagaimana sebuah kartu ATM pun musti diantar ke Singapore oleh "kurir" salah satu politisi Demokrat yang sudah almarhum.

Juga terungkap peranan besar Duta Besar Republik Indonesia untuk Kolombiasaat itu  Michael Manufandu menjemput Nazar di Cartagena, Kolombia. Akan tetapi nasib sang Dubes setelah itu tidak beruntung, tiga bulan setelah itu ia diberhentikan pada masa presiden SBY.

Melihat rekor Harun di atas tampaknya dia bisa lebih cerdik dari Nazaruddin. Tetapi dibalik kecerdikan itu diharapkan ia bersikap lebih bijaksana yaitu segeralah menyerahkan diri daripada menghabiskan waktu toh suatu saat juga musti kembali. Jika siburung Nazar kembali dengan pengaawalan ketat mestinya kembali Harun kembali seperi burung camar, musti pulang ke kandangnya (tanah air) secepatnya dan tak perlu pengawalan ketat.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun