Mohon tunggu...
Amir Amantubillah
Amir Amantubillah Mohon Tunggu... -

Penulis Biasa Saja.Bekerja di Dunlop Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Korupsi dan Keasyikannya

12 Juli 2017   07:20 Diperbarui: 12 Juli 2017   07:24 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membahas Korupsi dengan segala keasyikannya tidak akan menemukan titik akhir.Ia sumbu yang akarnya sudah menjalar kesegala penjuru lembaga pemerintahan.Tidak perlu bersedih dan ujug-ujug kesetanan melihat kelakuan-kelakuan politisi kita yang tingkahnya ada saja yang bikin prihatin.Kita pun jangan merasa senang jika mereka menyebut kata 'untuk kepentingan rakyat' karena didalam hatinya mungkin berbisik bahwa itu 'untuk kepentingan partai' atau 'untuk kepentingan diri sendiri'.

Sebagai rakyat,penulis mengharapkan masyarakat selalu mendo'akan supaya politisi yang salah segera disadarkan ,jika tidak sadar semoga dikalahkan dan semoga politisi yang benar selalu diberi kekuatan oleh Allah supaya tangguh dan cekatan dalam menghadapi kerasnya ruang lingkup perpolitikan.Penulis juga mengharapkan supaya rakyat tidak terlalu antipati dengan politik karena dari sini program-progam akan sampai ke rakyat.Program baik atau Program buruk akan berdampak ke rakyat sehingga semestinya rakyat sadar akan bahaya salah memilih politisi untuk duduk dikursi dewan.Semoga tidak ada lagi rakyat yang mau dibodohi dengan suap dan iming-iming program palsu yang nyatanya sebagai kedok memuluskan langkah untuk menunaikan korupsi.

Nyata benar bahwa kita masih harus belajar bagaimana menyikapi uang dan bagaimana kita selalu waspada,jangan-jangan kita mendapatkan uang lewat cara haram.Orang yang korup 100% tidak mau perduli dengan dosa.Anehnya lagi orang yang korup adalah orang yang bertitel dan cerdas.Ini menunjukan bahwa orang cerdas tanpa mempunyai akhlak yang baik hanya akan menyusahkan masyarakat.Permasalahannya adalah yang berada duduk di kursi dewan adalah orang partai yang tentunya punya tujuan untuk partai.Cara memilihnya pun harus rekomendasi dari partai.Semestinya orang yang duduk di dewan itu orang yang sama sekali tidak terlibat dalam politik sehingga fokusnya hanya untuk rakyat saja.

Penulis pun menilai tidak ada I'tikad baik dengan adanya hak angket KPK karena disinyalir hanya untuk melemahkan KPK saja.Lucunya DPR yang sebagai wakil rakyat justru ngotot ingin hak angket itu,sekarang mudahnya begini saja diantara DPR dan KPK,lembaga mana yang paling didukung rakyat ? Adakah demo membela DPR ? Adakah demo membela KPK ? Dari dua lembaga itu,mana yang paling banyak korupsi ? Jika pilihannya adalah DPR maka sependapat dengan saya.Bahwa sebagai rakyat saya merasa tidak terwakilkan oleh anggota DPR dan jika begini seberapa pentingkah kehadiran DPR untuk kita ?

Salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk melemahkan dan menghilangkan koruptor adalah dengan cara membuat generasi pemimpin yang takut akan Tuhan,berakhlak yang baik dan cinta dengan Indonesia.Biarlah generasi pemimpin kita hari ini sesak dengan korupsi tetapi jangan sampai simbiosis dan mata rantai korupsi jalan terus.Kita harus mematahkan mata rantai korupsi caranya dengan membikin generasi yang tidak hanya cerdas tetapi juga berakhlak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun