Mohon tunggu...
Kang Miftah
Kang Miftah Mohon Tunggu... Administrasi - Kontributor Kompasiana

Kompasianer 2012 Hp : 081586662186

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Presiden Sudah Tertulis Dalam Ramalan “JAYABAYA”?

28 Mei 2014   21:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:01 50644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1401262252200389293

Membaca artikel kompasiana di rubric politik, setiap saat kita akan disuguhi ratusan tulisan dengan tema seputar pencapresan Jokowi lawan Prabowo. Ada yang mengupas sisi kelemahan, keserhanaan, visi misi, latar belakang masa lalu dan saling sindir sampai beragam kampanye hitam. Persis seperti ungkapan tetangga rumah sebelah, “semua mengklaim kecap yang dijualnya adalah nomor wahid”.

Berhubung saya bukan seorang pengamat politik yang pinter ngorobeco (pinter ngomong, bahasa sunda red) kali ini, saya ingin menulis tentang pencapresan Jokowi melalui pendekatan klenik. Saya amat percaya bahwa didunia ini tidak ada istilah kebetulan. Termasuk lahir seorang pemimpin dan hidup serta matinya manusia sudah dicatat dalam lauhul mahfuhz oleh Allah SWT/Tuhan Yang Maha Esa.

Ngomong ngomong soal kelahiran pemimpin, tentunya kita semua bisa sepakat dengan pernyataan diatas yang saya garis bawahi. Tapiiii.. Untuk pernyataan kedua saya kali ini tentang “Jokowi Akan Menjadi Presiden RI Versi ramalan Jaya Baya” boleh di sanggah secara bebas oleh temen temen. Sebelum kita berdebat mari kita baca dengan seksama isi ramalan Jayabaya berikut ini :

“Pada saatnya nanti, bekas daerah Kerajaan Majapahit akan lebih adil dan makmur apabila dipimpin oleh seorang yang lahir didekat lereng gunung lawu, rumahnya dipinggir sungai, hidupnya susah, tukang cari kayu. Badannya kurus seperti Kresna, hatinya keras seperti Baladewa. Kalau pakai baju tidak pantas, ada tahi lalat dipipi kanannya. Tetapi dia mempunya pasukan yang tidak kelihatan”

sumber gambar : merdeka.com

Orang yang hidup dimasa lalu sekaliber Jayabaya, menurut saya, beliau bukan sekedar “manusia ajaib”, melainkan orang yang memiliki kekuatan dahsyat, yaitu kekuatan ilmu, dan kecintaan pada bangsanya, sesama manusia, dan pada Tuhannya. Sehingga wajar dengan kedalaman ilmunya, beliau dianugerahi kekuatan yang tidak dimiliki manusia pada umumnya. Lihat misalnya berapa banyak hadis Nabi Muhammad tentang pentingnya ilmu.

Ramalan Jayabaya yang dirasa Sejalan dengan kehidupan masa kini :

wong wadon ilang kawirangane wong lanang ilang prawirane”. Artinya banyak perempuan hilang rasa malunya dan banyak laki-laki hilang kehormatannya (tentang Maraknya Seks bebas)

akeh janji ora ditetepi, akeh wong nglanggar sumpahe dewe” (artinya - banyak orang melanggar janji dan sumpah jabatan yang diartikan untuk para pejabat banyak dilanggar, misalnya hakim berkhianat, pejabat korupsi (tentang Praktek Korupsi yang Merajalela)

Akeh menungso mung ngutamakke duwit, lali kemenungsan, lali kebecikan lali sanak lali kadang (Banyak manusia yang hanya mengutamakan uang, lupa perikemanusiaan, lupa kebaikan dan lupa saudara)

Mbesuk yen ana kereta mlaku tanpa jaran, tanah Jawa kalungan wesi, prahu mlaku ing duwur awang-awang, kali ilang kedunge pasar ilang kumandange. Iku tanda yen tekane jaman Joyoboyo wis cedak.


"Kalau diterjemahkan - besok kalau sudah ada kereta berjalan tanpa kuda, tanah Jawa berkalung besi - artinya adanya kereta api, perahu berjalan di atas angkasa - artinya terciptanya pesawat terbang. Kali/sungai hilang kedungnya artinya kehilangan sumber air dan ini sudah terbukti, termasuk pasar hilang kumandangnya, di mana zaman dahulu pasar di pagi hari seperti suara lebah karena suara pedagang dan pembeli bisa terdengar di radius 5 km,"

Akeh wong nyambut gawe apik-apik pada krasa isin, luwih utama ngapusi. Wegah nyambut gawe kepengen kepenak, ngumbar nafsu angkara murka, nggedekake duraka (Banyak orang yang bekerja baik-baik merasa malu, lebih utama menipu. Banyak yang malas bekerja tapi pengen kaya (mencari pesugihan tumbal,red). Banyak orang mengumbar nafsu angkara murka dan memperbesar perbuatan durhaka).

selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu
bakal ana dewa ngejawantah
apengawak manungsa
apasurya padha bethara Kresna
awatak Baladewa
agegaman trisula wedha
jinejer wolak-waliking zaman
wong nyilih mbalekake,
wong utang mbayar
utang nyawa bayar nyawa
utang wirang nyaur wirang

selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun
(sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu)
akan ada dewa tampil
berbadan manusia
berparas seperti Batara Kresna
berwatak seperti Baladewa
bersenjata trisula wedha
tanda datangnya perubahan zaman
orang pinjam mengembalikan,
orang berhutang membayar
hutang nyawa bayar nyawa
hutang malu dibayar malu

pancen wolak-waliking jaman
amenangi jaman edan
ora edan ora kumanan
sing waras padha nggagas
wong tani padha ditaleni
wong dora padha ura-ura
beja-bejane sing lali,
isih beja kang eling lan waspadha

sungguh zaman gonjang-ganjing
menyaksikan zaman gila
tidak ikut gila tidak dapat bagian
yang sehat pada olah pikir
para petani dibelenggu
para pembohong bersuka ria
beruntunglah bagi yang lupa,
masih beruntung yang ingat dan waspada

banjir bandang ana ngendi-endi
gunung njeblug tan anjarwani, tan angimpeni
gehtinge kepathi-pati marang pandhita kang oleh pati geni
marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti

banjir bandang dimana-mana
gunung meletus tidak dinyana-nyana, tidak ada isyarat dahulu
sangat benci terhadap pendeta yang bertapa, tanpa makan dan tidur
karena takut bakal terbongkar rahasianya siapa anda sebenarnya

wong waras lan adil uripe ngenes lan kepencil
sing ora abisa maling digethingi
sing pinter duraka dadi kanca
wong bener sangsaya thenger-thenger
wong salah sangsaya bungah
akeh bandha musna tan karuan larine
akeh pangkat lan drajat padha minggat tan karuan sebabe

orang waras dan adil hidupnya memprihatinkan dan terkucil
yang tidak dapat mencuri dibenci
yang pintar curang jadi teman
orang jujur semakin tak berkutik
orang salah makin pongah
banyak harta musnah tak jelas larinya
banyak pangkat dan kedudukan lepas tanpa sebab

bumi sangsaya suwe sangsaya mengkeret
sakilan bumi dipajeki
wong wadon nganggo panganggo lanang
iku pertandhane yen bakal nemoni
wolak-walike zaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun