Pendahuluan
Faktanya pada 2045 mendatang, umur Indonesia mencapai 100 tahun atau 1 abad. Dan Indonesia memiliki visi untuk menuju Indonesia Emas 2045. Adanya bonus demografi yang dialami indonesia pada periode tersebut, menjadikan tahun 2045 memiliki sumber daya manusia yang mencapai usia produktif. Bonus Demografi adalah kondisi populasi usia produktif lebih banyak dibanding non produktif. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juni 2022, puncak bonus demografi terjadi pada periode 2020-2030. Dari total 275,36 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 190,83 juta jiwa (69,3 persen) berusia 15-64 tahun, sebagai penduduk berkategori produktif. Itu berarti kesiapan Indonesia Emas 2045 yang dirumuskan oleh Presiden Joko Widodo pada 2016, berada ditangan Generasi Milenial dan Z.
Menurut Mannheim, Generasi adalah kelompok yang terdiri atas individu yang memiliki kesamaan dalam rentang usia, dan mengalami peristiwa Sejarah penting dalam suatu periode waktu yang sama. Generasi yang akan dijabarkan kali ini adalah Generasi X, Generasi Y/Milenial dan Generasi Z. Kalian termasuk generasi yang mana? Untuk mengetahui lebih detailnya lagi, kalian bisa baca keseluruhan paper ini ya.
Analisis Generasi
Tiap generasi pasti memiliki karakteristiknya masing-masing, karena dipengaruhi dari faktor Sejarah, kemajuan teknologi, juga sosial dan beberapa faktor lain yang sesuai dengan perkembangan zaman. Berikut beberapa penjelasan tabel dari beberapa generasi dari hasil perkembangan zaman :
Digital immigrant and Digital native
Selanjutnya, pada tahun 2001, seorang konsultan pendidikan Marc Prensky melahirkan istilah baru yang juga lahir, bersamaan dengan masa generasi Z. Istilah tersebut ialah Digital Native dan Digital Immigrant. Digital Native : gambaran seseorang yang sejak lahir sudah terpengaruh / terpapar pesatnya perkembangan teknologi. Yang termasuk Digital Native adalah Generasi milenial dan Gen Z. sedangkan Digital Immigrant : Sejak lahir sampai masa dewasanya belum ada perkembangan teknologi. Yang termasuk digital immigrant adalah Generasi Baby Boomer. Awal mula dua istilah muncul, disebabkan karena kegagalan pendidikan terapan di Amerika Serikat dalam memahami siswa modern. Kegagalan tersebut terkait dengan metode dan konsep pembelajaran yang diterapkan dinilai kuno dan sudah ketinggalan zaman. Serta disisi lain terdapat kesenjangan antara siswa dan pendidik dalam menjalin interaksi bersama. Setelah kegagalan tersebut terjadi, solusi yang ditawarkan setelahnya yakni dengan menerapkan media yang mampu mengubah cara siswa dalam berkomunikasi dengan teknologi informasi.
Belajar dari pengalaman kegagalan yang terjadi pada masa Marc Prensky dan masa sebelum Digital Native hadir, kesenjangan digital telah membentuk pengalaman dan harapan mereka terkait teknologi dalam pembelajaran. Pertama, pada generasi Baby Boomers saat ini dalam mempelajari dan beradaptasi dengan teknologi tentunya masih menjunjung tinggi dedikasi, kontribusi, dan loyalitas. Sehingga para Baby Boomers ini akan mempertimbangkan kegunaan yang didapatkan saat menggunakan teknologi. Dengan begitu tugas para millennial yang harus turut ikut membantu memberikan edukasi, dengan dibantu juga media digital yang sudah memiliki keunggulan yakni user friendly sehingga dapat meningkatkan literasi digital para Baby Boomers ini. Kedua, generasi X yang dulunya tumbuh pada perkembangan teknologi dan ditengah maraknya video games dan MTV, pada saat ini mereka juga tidak terlalu gagap akan teknologi yang ada. Menurut riset, generasi X yang ada di Indonesia merupakan pengguna aktif sosial media dalam beberapa platform, sehingga adanya platform tersebut dapat membantu mereka dalam belajar banyak hal. Ketiga, generasi Y atau milenial yang sudah terbiasa mengakses informasi media digital, mereka telah menerapkan teknologi untuk mencari bahan ajar yang mereka pelajari, lalu generasi Y juga menerapkan teknologi sebagai perantara pendidik dan peserta didik. Keempat, pada masa generasi Z, penerapan pendidikan saat ini, kegiatan pembelajaran juga dituntut untuk menggunakan dan menyesuaikan teknologi karena karakteristik generasi Z yang sangat tergantung pada teknologi. Hal ini juga menjadi tantangan bagi pendidik, pendidik harus mengusahakan bagaimana pembelajaran itu menarik dengan mengaitkan teknologi dan media dalam pembelajaran mereka. Instrumen yang diberikan kepada pembelajaran ini, juga sebagai bentuk usaha perbaikan kedepannya, agar dapat melatih keterampilan adaptif akan meleknya teknologi baik bagi peserta didik maupun pendidik.
Implementasi kedalam Desain Pembelajaran
Dari generasi baby boomers hingga generasi Z pasti terdapat kesenjangan / gap pada setiap generasinya, hal itu dapat disebabkan karena perbedaan usia, pengalaman, sikap, gaya hidup, komunikasi dan teknologi. Hal ini menimbulkan tantangan. Dalam pendidikan, Gap terlihat dari Guru yang merupakan Digital Immigrant sedangkan murid merupakan Digital Native, yang otomatis adanya pengaruh dalam mendesain pembelajaran yang harus mengikuti zaman, dari cara mengajar, penggunaan media, materi maupun perilaku juga akan otomatis berbeda dengan hadirnya teknologi. Dari kesenjangan inilah membentuk sebuah pengalaman dan harapan untuk lebih banyak program peningkatan skill dalam hal teknologi sebagai penunjang pengajaran, dapat beradaptasi dengan perubahan yang ada termasuk dalam memilih metode dalam mengajar, serta lebih fleksibel, melakukan komunikasi/kolaborasi dengan orang hebat di belahan negara lainnya. Tidak hanya itu saja, karena generasi yang termasuk Digital Native, lebih melibatkan segala hal melalui gawai, sehingga dalam belajar, mereka dapat mempelajari materi dengan otodidak serta dapat berkomunikasi bertukar pendapat dari siapa saja.
Dari beragam latar belakang generasi termasuk antara Pendidik dan Peserta didik, tentu saja menjadi sebuah tantangan juga peluang. Karakteristik, preferensi dari keragaman generasi mempengaruhi desain pembelajaran. Instructional Design merupakan proses menentukan metode/model/media pembelajaran apa yang cocok untuk mencapai tujuan. Dalam mengembangkan instructional design atau desain pembelajaran dapat dijangkau dari berbagai sisi, baik dari tahap analisis, rancangan, pengembangan, dan evaluasi. Pendidik yang merupakan Digital Immigrant punya tantangan untuk dapat menyesuaikan Pengajaran saat ini, mengintegrasikan teknologi, keterampilan penggunaan teknologi, menyesuaikan karakteristik siswa dikelas, bagaimana memanajemen kelas, dan lain-lain, Kemajuan Teknologi juga menjadi peluang untuk berinovasi, memperbanyak program workshop untuk menunjang skill pendidik maupun peserta didik, mengatasi kesenjangan pendidikan di berbagai wilayah, penggunaan teknologi juga mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, menuntut ilmu yang bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, dapat berkolaborasi, juga melakukan pertukaran pelajar/pendidik di negara lain agar bisa dijadikan sebagai pacuan agar lebih baik maupun inspirasi untuk diterapkan juga di indonesia.
Strategi Instruksional yang Diusulkan
Dari pemaparan yang telah kita singgung sebelumnya terkait perbedaan karakteristik setiap generasi, terutama dalam hal Pendidikan. Selanjutnya kita akan membahas strategi pembelajaran pada desain pembelajaran yang sesuai dengan setiap generasinya.
Generasi X (1965 -- 1980) :
Sesuai dengan karakteristik generasi x yakni menyukai belajar cepat, fleksibel, serta individu. Kami mengusulkan akan strategi pembelajaran menggunakan model pembelajaran flipped learning. Model ini merupakan perpaduan antara pembelajaran tradisional yang mengharuskan adanya pertemuan antara guru maupun dosen dengan peserta didiknya di kelas dengan pembelajaran berbasis online. Maka pembelajaran di dalam kelas cenderung lebih bersifat student-centered dibanding model pembelajaran lainnya. Peserta didik berpartisipasi lebih aktif dari gurunya. Sebab, dalam kasus ini guru hanya memotivasi, membimbing dan memberi umpan balik atas kinerja peserta didiknya.
Generasi Y (1981 -- 2000) :
Generasi Y memiliki gaya belajar yang otodidak, lebih suka experiental learning dan menyelesaikan masalah dengan belajar berkelompok dianggap lebih mudah. Kami berpikir bahwa dengan model Project Based Learning melalui kerja proyek, memberikan kesempatan untuk dapat membangun pengetahuan baru, memecahkan masalah, melakukan investigasi dan membuat keputusan dengan berkelompok. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik Generasi milenial yang dikenal 3C yaitu Critical, Creative dan Confidence.
Generasi Z (2000-2010/2012) :
Blended Learning merupakan usulan yang dapat diterapkan pada Generasi Z. Dilatar belakangi oleh karakter Gen Z, yaitu tumbuh dan berkembang pada teknologi digital dan cenderung menyukai sesuatu yang cepat dan praktis, maka juga sesuai dengan karakteristik pada model ini, yaitu adanya perpaduan pembelajaran tatap muka dan virtual yang pelaksanaannya juga menyesuaikan akan kebutuhan siswa.
Kesimpulan
Dari hasil analisis setiap generasi tersebut, maka kita akan mengetahui akan pentingnya pemilihan model / strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik generasi peserta didik. pemilihan model/strategi pembelajaran yang tepat dapat menjadikan lingkungan kelas yang berkualitas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sesuai dengan karakternya, penilaian strategi pembelajaran pada setiap gen berbeda-beda. Gen X memiliki karakteristik belajar cepat, fleksibel, serta individu, dan kami menyarankan menggunakan strategi flipped learning. Sedangkan gen Y bersifat otodidak, lebih suka menyelesaikan masalah dengan belajar berkelompok, dan sama halnya dalam penggunaan strategi project based learning, karena dapat membangun keterampilan 3C (Critical, Creative dan Confidence). Untuk generasi Z sendiri memiliki sifat menyukai sesuatu yang cepat dan praktis, sehingga strategi pembelajaran yang cocok ialah perpaduan pembelajaran tatap muka dan virtual yang pelaksanaannya juga menyesuaikan akan kebutuhan siswa.
Artikel ini dipublish untuk menuntaskan tugas akhir Mata Kuliah Model dan Metode Pembelajaran pada Prodi S1 Teknologi Pendidikan Universitas Surabaya.
Oleh Zulfa Az-Zahroh (21010024022) dan Martha Amelia Rosanty (21010024025)
Refrensi :
Autry Jr, A. J., & Berge, Z. (2011). Digital natives and digital immigrants: getting to know each other. Industrial and commercial training, 43(7), 460-466.
Dea, D. (2018). Perbedaan organizational citizenship behaviour (ocb) pada generasi x dan generasi millenial (doctoral dissertation, universitas mercu buana yogyakarta).
Faiza, A., & Firda, S. J. (2018). Arus metamorfosa milenial. Penerbit Ernest.
Ghofur, A., & Putri, U. D. (2019). Blended learning-the learning method for Gen Z. In Prosiding Seminar Nasional Fisika (SNF) (Vol. 3, pp. 54-59).
Hamid, A., & Hadi, M. S. (2020). Desain Pembelajaran Flipped Learning sebagai Solusi Model Pembelajaran PAI Abad 21. Quality, 8(1), 149-164. https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/view/7503
Hardika, dkk. Transformasi Belajar Generasi Milenial – Oleh: Hardika, Eny Nur Aisyah, & Imam Gunawan –Cet. I– Universitas Negeri Malang, 2018
Hastini, L. Y., Fahmi, R., & Lukito, H. (2020). Apakah Pembelajaran Menggunakan Teknologi dapat Meningkatkan Literasi Manusia pada Generasi Z di Indonesia?. Jurnal Manajemen Informatika (JAMIKA), 10(1), 12-28.
Hasyim, M. (2020). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Statistika Berbasis ICT dengan Model Blended Project Based Learning. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2), 1083-1097.
Karl Mannheim, “The Problem of Generations,” in Essays on the Sociology of Knowledge (London, Routledge and Kegan Paul, 1928/1952): pp. 276–320.
Lubis, B., & Mulianingsih, S. (2019). Keterkaitan bonus demografi dengan teori generasi. Jurnal Registratie, 21-36.
Prensky, M. (2009). H. sapiens digital: From digital immigrants and digital natives to digital wisdom. Innovate: journal of online education, 5(3).
Strauss, W., & Howe, N. (1991). Generations: The history of America’s future, 1584 to 2069. New York: William Morrow & Co. Twenge, J. M. (2006). Generation Me: Why Today’s Young Americans Are More Confident, Assertive, Entitled—and More Miserable Than Ever Before. New York: Free Press
Subroto, D. E., Wirawan, R., & Rukmana, A. Y. (2023). Implementasi Teknologi dalam Pembelajaran di Era Digital: Tantangan dan Peluang bagi Dunia Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pendidikan West Science, 1(07), 473-480.
Syukur, A. Identitas Kebangsaan Dalam Pendidikan Sejarah di Era Internet: Kasus Kesadaran Sejarah Generasi Z.
Twenge, J. M. (2023). Generations: The Real Differences Between Gen Z, Millennials, Gen X, Boomers, and Silents—and What They Mean for America's Future. Simon and Schuster. Jurnal Pekommas, Vol. 5 No. 1, April 2020:31 – 38
Zis, S. F., Effendi, N., & Roem, E. R. (2021). Perubahan perilaku komunikasi generasi milenial dan generasi z di era digital. Satwika: Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 5(1), 69-87.
Zur, O., & Zur, A. (2011). On digital immigrants and digital natives: How the digital divide affects families, educational institutions, and the workplace. Zur Institute–Online Publication. Retrieved on February, 21, 2012.
Zur, Ofer. (2011). On Digital Immigrants and Digital Natives: How the Digital Divide Affects Families, Educational Institutions, and the Workplace.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI