Mohon tunggu...
Zyanne TriaNalita
Zyanne TriaNalita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strawberry Generation, Individu Dewasa Awal dengan Resiliensi Rendah

1 Juli 2023   00:31 Diperbarui: 1 Juli 2023   00:32 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Strawberry Generation, Individu Dewasa Awal dengan Resiliensi Rendah?

Ditulis oleh : Zyanne Tria Nalita

 Apakah teman-teman megetahui apa itu strawberry generation? Strawberry generation digunakan untuk menggambarkan fenomena anak muda masa kini. Saat ini kebanyakan anak muda mempunyai kreatifitas dan ide yang sangat melimpah, namun dapat 'rusak' dengan mudah jika diberikan sedikit tekanan. Istilah strawberry generation awalnya digunakan di Taiwan untuk individu yang lahir kisaran tahun 1990. Generasi ini diberi label strawberry karena dua alasan. 

Pertama, generasi ini dipandang tumbuh di lingkungan yang baik seperti strawberry yang tumbuh dan ternutrisi dengan optimal di greenhouse. Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, generasi ini memang cenderung memiliki lingkungan yang lebih sehat. Alasan kedua, strawberry dikenal dengan keindahan rupanya, kelezatannya, dan harganya yang tinggi. 

Biarpun begitu, strawberry sangat rapuh dan mudah rusak jika tertekan. Hal tersebut menggambarkan betapa rapuhnya strawberry generation yang dianggap tidak bisa bekerja di bawah tekanan serta tidak mampu menghadapi kesulitan. Generasi ini dianggap mudah frustasi karena mereka tumbuh di lingkungan yang baik dan nyaman yang membuat mereka mudah untuk mengakses apapun yang mereka butuhkan dengan mudah.

Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul strawberry generation menyatakan bahwa generasi ini didominasi oleh individu yang mempunyai ide cemerlang dan kerativitas yang tinggi. Namun sayangnya, generasi ini cenderung mudah menyerah, lambat, egois, mudah terluka, dan pesimis mengenai masa depan. Tidak semua anak muda dapat dikategorikan sebagai strawberry generation. Faktanya, terdapat beberapa karakteristik yang membuat individu dapat dikategorikan sebagai strawberry generation. Secara keseluruhan, karakteristik tersebut dapat dilihat dalam kebiasaan sosial dalam lingkungan kerjanya. Karakteristik dari strawberry generation terbagi menjadi dua aspek yakni aspek positif dan aspek negatif.

Karakteristik positif dari strawberry generation diantaranya: (1) menyukai tantangan. Strawberry generation cenderung menghindari kebiasaaan monoton dan rutinitas yang begitu-begitu saja. Mereka menyukai tantangan dan sesuatu yang baru. (2) Tidak hanya bekerja demi uang, kebanyakan dari mereka mempunyai perspektif berbeda dalam bekerja. Mereka memandang pekerjaan sebagai kesempatan untuk berkembang dan mengasah kemampuan. (3) Berani mengungkapkan pendapat, generasi ini cenderungtidak ragu dalam mengemukakan pendapat atau gagasannya di suatu lingkungan. (4) Mudah beradaptasi dengan teknologi, kemampuan beradaptasi strawberry generation dalam bidang teknologi sudah tidak diragukan lagi. Mereka cenderung mudah mengerti dan mudah beradaptasi pada teknologi terbaru.

Sementara itu, beberapa karakteristik negatif dari strawberry generation adalah: (1) Mudah menyerah, generasi ini dianggap sangat rapuh dan mudah menyerah jika dihadapkan pada tekanan sosial disekitarnya. (2) Kurang memiliki rasa bertanggung jawab, generasi ini cenderung menyalahkan satu sama lain dibanding mengambil tanggung jawab untuk dirinya sendiri. (3) mudah terjebak dalam zona nyaman, (4) mempunyai ekspektasi yang tidak realistis.

Tentunya kedua karakteristik baik positif maupun negatif merupakan sesuatu yang berkaitan satu sama lain. Namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dampak buruk yang mungkin ditimbulkan saat menjadi bagian dari strawberry generation. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan resiliensi.

Apa itu resiliensi? Santrock (2014) menjelaskan bahwa resiliensi adalah kemampuan yang dimiliki individu dalam melakukan proses adaptasi positif untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam hal perilaku, prestasi, hubungan sosial, dan tingkat ketahanan individu dalam menghadapi keadaan yang buruk. Resiliensi dipandang menjadi faktor yang diperlukan agar dapat mengubah ancaman menjadi kesempatan untuk bertumbuh, berkembang, dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun