Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gelas Semangat

15 Juni 2021   09:23 Diperbarui: 15 Juni 2021   09:52 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Lo kok aneh namanya? Padahal bentuknya ya biasa saja," protes Wita pada ibunya.

"Ya ... memang begitulah. Kau tahu kan, dari bentuk memang biasa saja, tetapi ada sesuatu yang bernilai laksana mantera jika kau meneguk air yang dituangkan di dalamnya," kata Bu Arum panjang lebar.

"Pantesan saja, setiap aku meneguk air dalam gelas itu ada semacam listrik mengalir di tubuhku. Entah apa namanya, tetapi selama ini yang kurasakan energi itu terus mengalir seakan tidak mau berhenti."

"Satu tegukan air dari gelas semangat itu, mampu menopang semangatmu selama satu tahun. Nah, sekarang bisa dibayangkan jika kau meneguknya selama sekian tahun, berapa tegukan saja yang sudah menopang semangatmu," kembali bu Arum menjelaskan.

Wita hanya manggut-manggut mendengarkan penjelasan ibunya.

"Masih ada lagi nih, Wit," pancing ibunya agar Wita makin memperhatikannya.

"Setiap orang yang melihat, menyentuh, melihat foto atau gambar gelas tersebut, meskipun sudah pecah, dia akan memiliki energi khusus pancaran dari semangat tadi. Energi semangat ini akan bertahan selama dua tahun. Jika ia kembali mengingat gelas tadi, maka otomatis energi semangat itu akan kembali mengalir deras."

"Hummm...hebat sekali daya magnet gelas itu," kata  Wita, seraya matanya  terbelalak seakan tak percaya pada penjelasan ibunya.

"Nah, sekarang ini Bu ... bagaimana jika gelasnya sudah pecah? Apakah masih punya daya sakti itu?"

"Wow ... jelas masih, justru karena sudah pecah, maka energi itu akan makin terpancar jauh, ibarat telur yang sudah dierami dan menetas," kilah ibunya.

"Terus kira-kira ada yang menjual tidak Bu, gelas tadi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun