Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pocong Kesepian

14 Februari 2021   13:30 Diperbarui: 14 Februari 2021   13:33 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap malam pocong merasa kesepian. Kerjaannya hanya duduk diam dan mengobrol bersama teman lain. Lama-kelamaan dia pun merasa sangat bosan. Pada malam yang entah ke berapa, akhirnya dia pun menyampaikan curhatannya saat berkumpul dengan teman lain.

"Gue perhatiin loe gak da semangat banget Cing akhir-akhir ini? Memang ada apa? Karena loe masih jomblo?" tanya pocong yang sangat akrab dengannya dengan mimik serius.

"Hm ... nih, gue ngrasain kok akhir-akhir ini saban habis magrib udah sepi. Rumah-rumah udah tutup pintu semua. Apa karena pandemic yang kagak ngebolehin kumpul-kumpul jadi semua ngumpet di rumah?"

"Tapi tiap malam Jumat masih ada yang sering ziarah ke sini kok,  Cing. Gue sering lihat mereka pas gue ngumpet di sela-sela pohon besar tuh."

"Cung,  gue mau coba selidikin kenapa bangsa manusia sekarang lebih banyak ngumpet."

"Terserah loe aja Cing, tapi ngati-ati ya, ntar loe ketahuan bangsa manusia malah berabe. Kan jalan loe juga hanya lompat-lompat kagak bisa lari, kayak mereka."

"Beres, deh."

Benar saja, malam berikutnya Cing pocong yang super penasaran itu mencoba pergi untuk mengumpulkan informasi di perkampungan. Tentu saja Cing harus mengatur strategi jitu agar usahanya tidak diketahui bangsa manusia. Wah, jika ketahuan, bakal rusak semua rencananya.

Dia melompat cukup hati-hati untuk menuju perkampungan. Mata dan telinganya dibuka lebar untuk menangkap semua informasi penting yang akan dikumpulkannya.

Dia memasuki salah satu rumah yang dianggap aman, kemudian mengambil posisi yang cukup menguntungkan.

Setetalah azan Isya berkumandang, segera tuan rumah melaksankan salat,  setelah itu, dia  mengambil  posisi di depan TV. Salah satu saluran  segera dipilihnya. Cing memperhatikan setiap gerak-gerik tuan rumah tanpa menimbulkan rasa curiga.

Tuan rumah begitu menikmati acara TV itu, sambil sesekali tangannya mencari remahan kue yang sudah tidak berbentuk lagi.

Oh, rupanya ini yang membuat manusia suka rebahan di rumah. Pantesan, aktornya ganteng gitu, nggak kayak gue yang jekek gini, batin Cing merasa tersudut.

Cing segera cabut dari rumah itu dan kembali ke wilayahnya, yaitu kuburan. Sebelum sampai di kuburan, Cing berpapasan dengan Kuntali. Kuntali merupakan kuntilanak  salah satu penghuni kuburan tersebut. Sebenarnya  Cing  sudah lama naksir Kuntali yang cukup manis, tapi selalu diabaikannya.

Maka Cing pun memberanikan diri menyapa pujaan hatinya.

"Eh, Kuntali, mau ke mana kok sendirian?"

"Bukan urusanmu. Ngapain nanya-nanya? Gue mau ke mana kek terserah," jawab Kuntali agak ketus.

Namun bukan Cing jika dijawab begitu saja menyerah. Dia malah senyam-senyum sambil sesekali tetap ngerayu Kuntali.

" Idih, gitu saja sewot. Kagak baik ngejawab begitu. Kali-kali yang enak terdengar di telinga Abang, Kuntali."

Kuntali mengacuhkan Cing yang makin penasaran.

"Hey, Abang Cing, aku tuh bosan ya dirayu terus kagak ada kenyataannya. Kali-kali Kuntali diajak tuh ke mall cuci mata kek, shooping atau apaanlah, bukan rayuan gombal doang. Gue pingin tampil modis juga, Bang, pakai make-up kagak kayak gini rambut awut-awutan dan pakaian satu ini saja."

"Oh gitu mau loe. Nggak ke warung sebelah saja makan mie ayam, bakso atau cimol?"

"Ih, Abang bikin gue muntah tuh makanan. Nggak level Bang. Gue pingin pizza hamburger itu kayak yang di iklan TV."

"Waduh ... waduh  memang lidah loe lidah sono, ya?"

"Dulu belum sempat nyicipin itu semua Bang, keburu jadi kuntilanak. Jadi Abang bisa nggak nurutin gue, jika nggak bisa ya udah, gue pilih yang lain saja. Abang ternyata bokek, kagak punya duit."

Kuntali pun pergi terbang entah ke mana.

Duh, nasib di dunia bokek di alam gaib juga bokek, gerutu Cing dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun