Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Kuntilanak Bosan

12 Februari 2021   12:26 Diperbarui: 12 Februari 2021   12:54 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Baiklah, nanti aku akan sampaikan pada rapat bulanan para kuntilanak se-kecamatan, pikirnya dalam hati.

"Heh, itu ide gila Kuntali, mana ada yang mau sama kita, lihat saja langsung kabur, eh, kok diajak kongsi," ledek salah satu temannya.

"Kita coba dulu saja, nanti cara kita pikirkan," kata Kuntali optimis.

Seharian Kuntali duduk termenung di kamar, eh bukan ding di kuburan. Tentu ini bukan saatnya untuk memperlihatkan diri pada manusia. Dia sedang berpikir keras bagaimana agar taraf derajat kuntilanak naik dengan melakukan kerja sama dengan manusia dalam bentuk usaha.

"Aduh, gimana, ya, belum mendapatkan jalan yang pas. Apa aku harus pergi ke tetua untuk mendapatkan nasihat?"

Benar saja, Kuntali ditemani salah satu kuntilanak berkunjung ke kediaman tetua. Di tempat itu Kuntali disambut dengan baik, kemudian ditanya maksudnya apa, sehingga sedikit mengganggu aktivitas tetua.

"Gini, tetua, dunia perkuntian kan kayaknya menurut saya mmbosankan. Nah, lihat manusia kok kayaknya hidupnya lebih bervariasi. Rasanya pingin sekali kembali menjadi manusia lagi, maksudnya dunia kunti bekerja sama dengan manusia, gimana itu, tetua?"

Tetua tampak manggut-manggut mendengarkan ide yang disampaikan Kuntali.

Beberapa saat kemudian, dia pun diam, mungkin baru berpikir keras tentang ide liar yang dimiliki kuntilanak salah satu anak buahnya.

"Gimana, tetua, kok malah diam."

Kuntali sangat berharap segera mendapat jawaban dari tetua agar dapat melaksanakan aksinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun