"Oh iya, ya, lupa. Ya paling tidak kan kelakuannya yang sering tidak sadar melukai orang lain itu menyebabkan suaminya ikut mikir to."
"Nek saya ya teko luweh, saja, Mbak, wong lambe ya punya dia, mau omong apa ya terserah saja, semua kan ada pertanggung jawabannya to besuk."
"Wah, top tenan, Yu Mesem ki. Salut saya dengan Panjenengan," kata Mbak Inem sambil menepuk-nepuk punggung Yu Mesem.
"Yang jelas, kita nggak usah menanggapi omongan yang tidak mengenakkan hati, terserah dia mau ngomong apa, justru apa yang diomongkan kan menunjukkan kualitas dirinya to. Ben kesel dhewe, ya to?"
"Ya, Yu, saya setuju banget."
"Eh, itu sudah selesai penyembelihannya, yuk kita ke sana, mengiris daging," ajak Yu Mesem sambil membuka bungkusan berisi pisau dapur yang telah diasah kemarin.