Mohon tunggu...
zulfi Banurea
zulfi Banurea Mohon Tunggu... Mahasiswa di Sekolah Tinggi Pastoral Santo Bonaventura Delitua Medan

jadilah tuan atas diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hidupku Bukan Untukku

10 Oktober 2025   19:53 Diperbarui: 10 Oktober 2025   19:51 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengalaman tiga bulan ini memberikan pelajaran berharga:

  • Kerendahan hati: saya belajar menerima keterbatasan dan tetap bersyukur.
  • Ketekunan: membagi waktu antara tugas akademik, mempersiapkan bahan ajar, dan pelayanan umat.
  • Kreativitas: mengajar anak-anak dengan cara yang menyenangkan walau sarana terbatas.
  • Iman yang hidup: melihat umat sederhana tetapi tekun berdoa memperkuat iman saya sendiri.

Pelajaran ini tidak hanya berguna untuk profesi saya kelak sebagai pendidik agama Katolik, tetapi juga untuk kehidupan sehari-hari sebagai pribadi yang beriman.

Refleksi Rohani: "Hidupku Bukan untuk Ku"

Semua pengalaman ini meneguhkan satu hal: hidup ini bukan untuk diri sendiri. Yesus mengatakan"Barangsiapa ingin menjadi yang terbesar, hendaklah ia menjadi pelayan" (Mat 20:26) menjadi nyata di tengah umat stasi ini. Pelayanan bukan beban, tetapi sukacita. Dengan memberi diri, saya justru menerima kasih, doa, dan keteladanan iman dari umat.

Judul "Hidupku Bukan untuk Ku" akhirnya bukan sekadar kalimat hiasan, tetapi komitmen. Saya ingin terus belajar memandang setiap kesempatan sebagai ruang pelayanan  entah di sekolah, paroki, atau masyarakat luas.

Menutup Perjalanan, Membuka Panggilan

Sekarang KKN itu telah selesai. Namun semangatnya masih menyala. Saya menyadari bahwa menjadi pendidik agama Katolik bukan hanya soal mengajar di kelas, tetapi juga soal menghadirkan wajah Kristus dalam pelayanan kecil sehari-hari. Tiga bulan di Stasi Santa Maria Buhit telah membentuk hati saya untuk lebih peka, rendah hati, dan siap melayani.

Saya berharap kisah ini dapat menginspirasi pembaca untuk berani keluar dari zona nyaman dan berbagi waktu, tenaga, serta hati bagi sesama. Sebab pada akhirnya, hidup yang paling bermakna adalah hidup yang dibagikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun