Mohon tunggu...
Zulfatuz Zahro
Zulfatuz Zahro Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN SALATIGA

BELAJAR SEJARAH

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kecerdasan Perempuan Dalam Prespektif Kartini: Analisis Tentang Relevansi Dengan Kehidupan Modern

13 Mei 2025   08:07 Diperbarui: 13 Mei 2025   08:07 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kecerdasan Perempuan Dalam Prespektif Kartini: Analisis Tentang Relevansi Dengan Kehidupan Modern

Zulfatuz zahro (53010240047)

Email:zulfatuzzahro493@gmail.com

Universitas Islam Negeri Salatiga

Abstrak

Studi ini bertujuan untuk menganalisis pemikiran Raden Ajeng Kartini mengenai kecerdasan perempuan dan relevansinya dalam kehidupan modern. Kartini, sebagai pelopor emansipasi perempuan di Indonesia, menekankan pentingnya pendidikan dan kemandirian bagi perempuan untuk melawan tradisi patriarki yang membatasi peran mereka. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian kajian pustaka (library research), data yang digunakan merupakan gabungan dari data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka yang mendasari kajian dalam penelitian ini. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini mengungkapkan bahwa Melalui surat-suratnya dan pendirian sekolah bagi perempuan, Kartini menunjukkan bahwa kecerdasan perempuan tidak hanya mencakup aspek intelektual, tetapi juga keberanian dalam menghadapi norma sosial yang mengekang. Dalam konteks kehidupan modern, nilai-nilai yang diperjuangkan Kartini tetap relevan, terutama dalam upaya pemberdayaan perempuan di berbagai bidang kehidupan.

Kata kunci: R.A. Kartini, Emansipasi Perempuan, Pendidikan Perempuan

Pendahuluan

Perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan, telah menjadi tonggak penting dalam sejarah emansipasi perempuan di Indonesia. Kartini menyadari bahwa keterbatasan akses pendidikan bagi perempuan merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan ketertinggalan mereka dalam berbagai aspek kehidupan. Melalui pemikiran dan tindakannya, Kartini menekankan bahwa kecerdasan perempuan harus diakui dan dikembangkan, bukan hanya untuk kepentingan individu, tetapi juga untuk kemajuan bangsa secara keseluruhan.[1]

 Dalam era modern, meskipun perempuan telah memperoleh lebih banyak kesempatan dalam pendidikan dan karier, tantangan terhadap kesetaraan gender masih tetap ada. Oleh karena itu, penting untuk meninjau kembali pemikiran Kartini dan menilai relevansinya dalam konteks kehidupan saat ini. Penelitian ini akan membahas bagaimana konsep kecerdasan perempuan menurut Kartini dapat diterapkan dalam kehidupan modern dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat mendukung pemberdayaan perempuan di berbagai bidang.[2]

 Metode

 Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka (library research), yaitu studi kepustakaan dari berbagai referensi yang relevan dengan pokok pembahasan mengenai analisis pemikiran Raden Ajeng Kartini mengenai kecerdasan perempuan dan relevansinya dalam kehidupan modern.[3] Sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan dalam dua jenis yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari bahan pustaka yang mempunyai kekuatan mengikat yang mendasari kajian dalam tulisan ini. Adapun yang penulis gunakan terdiri dari buku- buku mengenai analisis pemikiran Raden Ajeng Kartini mengenai kecerdasan perempuan dan relevansinya dalam kehidupan modern. Data sekunder merupakan data yang terkumpul diperoleh dari studi kepustakaan (library research) laporan penelitian, buku-buku, literatur, serta sumber lain yang relevan dengan tulisan ini.

 Teknik pengolahan dan analisis data dalam penulisan ini, yaitu dengan menggunakan metode penelitian sejarah Heuristik, yang merupakan kegiatan mencari dan menemukan sumbersumber yang diperlukan seperti jurnal ilmiah, arsip, dokumen, buku, majalah, surat kabar, yang ada hubungannya dengan analisis pemikiran Raden Ajeng Kartini mengenai kecerdasan perempuan dan relevansinya dalam kehidupan modern. Selanjutnya yaitu Verifikasi atau kritik sumber, Langkah kedua pengerjaan studi Sejarah yang akademis atau kritis terhadap fakta-fakta yang telah teruji. Kritik tentang otentitasnya (kritik ekstren) ataupun tritik tentang kredibilitas isinya (kritik intern), Supaya peneliti memperoleh fakta yang dapat mengantarkan pada kebenaran ilmiah. Langkah ketiga yaitu dengan Interpretasi, interpretasi adalah penafsiran kata yang memiliki keterkaitan, disesuaikan dengan fokus yang teliti sehingga layak dijadikan bahan penulis sejarah. Yang terakhir yaitu dengan Historiografi, tahap terakhir dalam kegiatan penelitian.[4]

 Hasil peneltian

 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan, telah menjadi tonggak penting dalam sejarah emansipasi perempuan di Indonesia. Dalam konteks kehidupan modern, nilai-nilai yang diperjuangkan Kartini tetap relevan, terutama dalam upaya pemberdayaan perempuan di berbagai bidang kehidupan.

Pembahasan

 A. Upaya R. A Kartini

 R.A Kartini merupakan sosok wanita yang mempunyai inisiatif, cerdas dan pemberani sejak kecil. Ia juga lahir dari keluarga besar kelompok orang nigrat yang telah berpikiran maju. R.A Kartini mempunyai semangat belajar yang tinggi sehingga pada usia dua puluh ia bisa belajar tentang mobilitas perempuan di Eropa, sedangkan perempuan di negaranya sendiri masih tunduk pada budaya lama. R.A Kartini selalu teringat-ingat segala pengalaman yang dilaluinya dimasa itu bahkan kartini membenci terhadap perkawinan adat. Dihati kartini ia menjawab makna perjodohan itu adalah adat dari kebiasaan kuno kaum nigrat. Pada masa itu Anak pria diberi kebebasan dan lebih mendapatkan perhatian, disebabkan kaum pria ketika beranjak dewasa dan menikah ia mesti menafkahkan keluarganya sendiri. Hal ini sangat berbeda dengan anak wanita, yang dimana selalu dikurung sampai ada orang yang meminangnya. Adat ini adalah peraturan yang diberikan dari leluhur mereka yang sudah ada dari berabad-abad lamanya. Mereka tidak bisa merombak peraturan tersebut, disebabkan peraturan tersebut sudah dianggap baik dan sempurna oleh mereka.

 Pada saat itu Kartini mempunyai tekad yang kuat untuk melawan tradisi kolot. Ia mulai berfikir, menganalisis dan menyadari bahwa adat istiadat itu bisa bertahan sampai berpuluh-puluh tahun disebabkan kaum wanita selalu dapat menerima nasip dengan cara berdiam diri. Dimasa itu kaum wanita tidak ada yang berani melawan mereka takut dicerai dan takut akan kehilangan nafkah jika mereka bercerai kemungkinan besar mereka akan terlantar. Kartini mulai mencari jalan keluar untuk membuka kemajuan bagi kaum wanita didaerah pulau jawa, mereka harus merubah pola mereka agar tidak diperlakukan sewenang-wenang.

 Pada bulan Juni 1903 Kartini berhasil membuka sekolah wanita pertama di Hindia Belanda (Indonesia). Pada saat sekolah di buka Kartini hanya mempunyai satu orang murid saja. Seiring berjalannya waktu murid Kartini pun menjadi lima murid. Pada saat itu Sekolah Kartini dapat diterima oleh masyarakat Jepara dengan baik, sekolah itu dibuka empat hari dalam seminggu. Sekolah itu di buka dari pukul 08.00 sampai 12.30 WIB. Pelajaran yang diberikan adalah pelajaran membaca, menulis, menggambar, pekerjaan tangan dan memasak.

  Kemudian, setelah R.A Kartini menikah dan tingggal di Rembang ia membuka sekolah dan mengajar lagi seperti halnya yang dilakukan di Jepara. Beliau membuka sekolah putri di samping pendopo kabupaten Rembang, dia membuka sekolah karena ia peduli terhadap anak-anak kecil terutama kaum Perempuan. Pada saat itu R.A Kartini sangat menyadari betul bahwa akan sulit memperbaiki budaya yang sudah sangat kental itu yang sudah mengakar kedalam budaya Jawa tidaklah suatu hal yang mudah untuk dibongkar ia selalu memikirkan bagaimana caranya untuk merubah pola pandang masyarakat jawa ia juga sudah memakai berbagai macam cara dan hasilnya nihil. Dari sini lah ia melihat jalan keluarnya dengan cara membentukan karakter anak sejak kecil ini adalah jalan alternaifnya.

 Berkat dari R.A Kartini muncullah sebuah Kemandirian perempuan sehingga bisa menumbuhkan rasa percaya diri terhadapt kaum perempuan itu sendiri. pondasi tersebut harus dimiliki oleh semua Wanita agar bisa sederajat dengan kaum pria. Ini adalah visi yang dijalankan R.A. Kartini didalam pendidikannya. Wanita Indonesia (Jawa) harus bisa maju dan sejajar dengan pria. Agar perempuan bisa memiliki potensi besar bagi bangsa.[5] 

 Dalam hal ini Kartini memfokuskan perhatiannya pada wanita Eropa sebagai modelnya. Kartini menganggap wanita Eropa adalah wanita yang memiliki kebebasan dan kesetaraan.[6] Atas upaya yang dilakukan akhirnya R.A Kartini dapat mengangkat harkat dan martabat kaum wanita di masanya.[7]

 B. Konsep pemikiran pendidikan

 Sejak saat muda R.A. Kartini hanya memikirkan tentang kepentingan rakyatnya. Ia selalu berusaha dan memperhatikan nasib rakyatnya dengan cara mengunjungi desa-desa yang ada disekitar untuk mengetahui secara langsung, bagaimana keadaan rakyatnya dan tidak segan untuk membantunya. Ia bahkan tidak sedikitpun merasakan takut terhadap bangsa Belanda, bahkan ia berani menuliskan secarik kertas yang isinya mengecam pemerintahan Hindia Belanda karena sistem politik yang mereka buat yang bertujuan tidak mencerdaskan anak bangsa.

 Dalam kolerasi pendidikan, R.A. Kartini mewariskan dua hal. Yang pertama yaitu kemandirian. Walaupun R.A. Kartini berasal dari keluarga bangsawan yang memiliki kebebasan untuk merasakan dunia pendidikan, tetapi beliau tetap belajar di rumah dan tidak pernah lupa melakukan kebaikan dan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dalam hidup seorang R.A. Kartini, tidak ada kata menyerah untuk belajar dan berjuang dalam menghadapi tantangan kehidupan. Prinsip yang selalu ia pegang adalah "lebih baik melakukan sesuatu yang kecil daripada tidak melakukan sama sekali. Kemandirian memang sangatlah dibutuhkan dalam dunia Pendidikan.[8] 

 Pendidikan adalah hal yang utama di mana pendidikan yang dijalankan bisa meningkatkan derajat dan martabat bangsa. Selain itu pendidikan tidak hanya diberikan kepada salah satu gender jasa di mana semuanya memiliki hak untuk mendapatkannya. Perempuan bukan berada dibawah laki-laki dan perempuan merupakan sosok yang memberikan dukungan dalam segala pekerjaan laki-laki. RA Kartini menjelaskan bahwasanya peradaban Indonesia juga muncul dan bisa dipertahankan dengan adanya Pendidikan. Gagasan yang dimiliki oleh Kartini terkait perempuan ternyata mempunyai dampak yang sangat signifikan dalam kontribusi memajukan Indonesia dan tidak hanya menjadi sebuah angan-angan kecil saja. Tetapi, malah sebaliknya yaitu menjadi sebuah mimpi yang besar bagi Kartini.

 Kartini mengonsepkan bahwa peran pendidikan merupakan sebagai alat yang dipergunakan dalam membuka pikiran masyarakat ke arah yang lebih maju. Sehingga, pendidikan adalah sebuah langkah konkrit menuju kemajuan peradaban. Di mana sudah sewajarnya bahwa perempuan dan laki-laki menjalin sebuah kerjasama dalam membangun sebuah bangsa secara bersamaan. Persamaan pendidikan adalah suatu bentuk kebebasan dalam diri perempuan, kebebasan ini mandiri, dan merupakan perempuan yang mandiri, merupakan perempuan yang tidak memiliki ketergantungan dengan laki-laki.

 Dengan perjuangan inilah Kartini mulai menjadi role model perjuangan perempuan masa itu. Cita-cita Kartini adalah untuk memajukan pendidikan bagi perempuan agar bisa berdampak kepada kemajuan bangsa dan Negara. Yang kemudian kemajuan tersebut bisa meningkatkan keadilan dan kesetaraan bagi laki-laki dan Perempuan.[9] 

 C. Perempuan Modern

 Di Indonesia, menurut pengakuan Pramoedya Ananta Toer, bukan siapa-siapa yang telah meletakkan batu sejarah modern Indonesia. Bagi Pram, Kartinilah orangnya. Pram mengatakan bahwa "Kartini adalah pemula dari sejarah modern Indonesia. Dialah yang menggodok aspirasi kemajuan yang di Indonesia untuk pertama kali timbul di Demak-Kudus-Jepara sejak pertengahan kedua abad ke-19. Di tangannya kemajuan itu dirumuskan, dirincinya dan diperjuangkannya, untuk kemudian menjadi milik seluruh bangsa Indonesia.

 Bukan berarti mengesampingkan Budi Utomo (1908) dan gerakan lainnya, tetapi Pram melihat bahwa peran Kartini sebagai perempuan telah menandai permulaan dalam sejarah modern Indonesia. Dari Kartinilah kaum perempuan Indonesia mampu bangkit dan menyusun gerakan yang "menghidupkan" Indonesia. Kartini menjadi rahim bagi lahirnya gerakan "kehidupan" perempuan. Dan gerakan gerakan kehidupan perempuan menandai lahirnya "kehidupan Indonesia" itu sendiri. Ini bukanlah simplifikasi atau mengesampingkan yang lain, tetapi hakekat peradaban yang terbangun lewat gerakan kehidupan kaum perempuan memang menandai Indonesia modern yang menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.

 Dalam diri perempuan terdapat berbagai potensi yang patut untuk digali dan diberdayakan bukan dibiarkan begitu saja bahkan menganggapnya seperti tidak penting.(buku psikologi). Perempuan berhak dan bebas dalam memilih apakah ingin menjadi wanta karir dan mengurus rumah atau hanya menjadi ibu rumah tangga saja.[10]

 Perempuan modern membuang batas batas yang melekat dalam dirinya. Ia tidak lagi fokus berada di rumah, mengandalkan suami, dan menanggalkan mimpinya. Perempuan modern cenderung memiliki pemikiran yang makro (luas) dalam menghadapi situasi dan kondisi. Salah satunya memiliki managemen resiko artinya sudah memperhitungkan antara resiko cara untuk mengurangi dampaknya. Representasi perempuan modern salah satunya dapat dilihat dari cara berpikir. Berpikir lebih maju, berorientasi pada perubahan, dan peduli terhadap kesehatan. Wujud perempuan modern dapat ditemukan baik dalam perilaku maupun ciri yang Nampak secara lahiriah. Perempuan modern beranggapan relasi (pertemanan) berdampak besar dalam kehidupannya. Relasi berkaitan dengan kehidupan bersosial atau bermasyarakat. Bagaimana seseorang menjalin hubungan, menjalin kebersamaan, dan saling mengutungkan. [11]

 Kesimpulan

 Pemikiran Raden Ajeng Kartini mengenai kecerdasan perempuan menekankan pentingnya pendidikan, kemandirian, dan keberanian dalam menghadapi norma sosial yang membatasi. Kartini percaya bahwa dengan pendidikan, perempuan dapat meningkatkan kualitas diri dan berkontribusi secara signifikan dalam pembangunan bangsa. Dalam konteks kehidupan modern, nilai-nilai yang diperjuangkan Kartini tetap relevan, terutama dalam upaya pemberdayaan perempuan dan pencapaian kesetaraan gender. Oleh karena itu, semangat dan pemikiran Kartini harus terus dihidupkan dan dijadikan inspirasi dalam menghadapi tantangan zaman.

 Saran

 Dalam penyusunan tulisan ini, penulis berharap agar pembaca memahami isi dari yang penulis buat. Selain itu penulis juga meminta maaf jika terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan tulisan ini. Oleh karena itu kepada pembaca diharap untuk teliti dan tahu letak kesalahan penulisan agar penulis tahu letak kesalahan, sehingga penulisan ini dapat di perbaiki dan bermanfaat.

 Daftar pustaka

  Abimayu Bimo, Reka Seprina, "Kisah Perjalanan R.A. Kartini Terhadap Pendidikan Untuk Kaum Wanita Di Pulau Jawa", Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP Universitas Jambi, Vol.2, No.1, April 2023, Hal.88-92.

 Anugrah Bintang, Mutiara Anggi Pratiwi," Analisis Tokoh Kartini dalam Teori Bandura ", Journal of Social Humanities and Education, Vol.3, No.4, Desember 2024, Hal.18.

 Azizah Umi Logis Purnama Sari, Subur, "Konsep Pemikiran Pendidikan Wanita Perspektif R.A. Kartini", Jurnal Kependidikan, Vol.11, No.1 Mei 2023, Hal 122-123.

 Lestari, Zaifatur Ridha, Usmaidar, "Pemikiran RA Kartini Mengenai Pendidikan Perempuan Dalam Relevansi Pendidikan Agama Islam", Jurnal Idarah At-Ta'lim, Vol.2, No.1, 2023.

 Setiawan Agus, Suci Ayu Latifah, "Representasi Perempuan Modern dalam Novel Lebih Senyap dari Bisikan Karya Andina Dwifatma (Kajian Feminisme)",  Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra, Vol.11, No. 2 Oktober 2024.Hal.330.

 Sukmana Wulan Juliani, "Metode Penelitian Sejarah". Jurnal Seri Publikasi Pembelajaran, Vol.1, No.2, 2024, hal1-4.

 Suryani Nur Atun, Hudaidah, "Pemikiran R.A. Kartini Untuk Relevansi Pendidikan Khususnya Pada Kaum Wanita DIi Indonesia", Jurnal Studi Islam, Vol.22, No. 1, Juni 2021. Hal 120.

 Wasino, Endah Sri Hartatik. (Metode penelitian sejarah: dari riset hingga penulisan). (Jl. Parangtritis KM 4, RT 03 No. 83 D, Salakan, Bangunharjo, Sewon, Bantul, DI Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama).

 Yovita Katherine, Adelia Dwi Angelica, Kristina Gabrella Pardede, "Stigma Masyarakat Terhadap Perempuan Sebagai Strata Kedua Dalam Negeri", Jurusan Ilmu Ilmu Sosial FISH Universitas Negeri Surabaya, Vol. 01, Tahun 2022.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun