Mohon tunggu...
Zulfatun Mahmudah
Zulfatun Mahmudah Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UINSK / 24107030030

Menulis dan berkarya adalah cara aku berbicara dengan dunia. Menyuarakan ide lewat seni dan kata, karena setiap ekspresi adalah karya yang tak terbatas.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Ketika Hobi Menyanyi Jadi Pelarian, Karena di Momen Itulah Suaraku Bisa Didengar

13 Juni 2025   14:58 Diperbarui: 13 Juni 2025   14:49 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku di Lomba Rebana Kota Magelang (Dokumentasi Pribadi)

Aku dan teman teman tampil Rebana saat SMP (Dokumentasi Pribadi)
Aku dan teman teman tampil Rebana saat SMP (Dokumentasi Pribadi)
Sejak kecil, aku punya kebiasaan yang mungkin dianggap sepele oleh sebagian orang yaitu menyanyi. Aku tidak tumbuh besar dengan ambisi menjadi bintang panggung atau artis terkenal. Awalnya, menyanyi hanya menjadi hal yang aku lakukan tanpa banyak berpikir. Kadang aku nyanyi sambil main, sambil mandi, atau bahkan sambil mengerjakan PR. Lagu anak-anak, jingle iklan, atau lagu apapun yang terekam di kepalaku akan secara spontan aku nyanyikan, begitu saja.

Waktu itu aku nggak sadar kalau menyanyi bisa jadi sesuatu yang berarti. Aku nggak pernah merasa bahwa suaraku istimewa, bahkan sampai hari ini pun, aku masih sering mempertanyakannya. Tapi segalanya mulai berubah saat aku duduk di kelas 6 SD. Guruku yang waktu itu memperhatikan aku saat menyanyi iseng, tiba-tiba menyuruhku ikut lomba. Di situlah aku mulai sadar, bahwa apa yang selama ini aku anggap sebagai kebiasaan iseng ternyata punya nilai.

Sejak itu, pintu-pintu kecil mulai terbuka. Saat SMP, aku tergabung dalam grup rebana sekolah. Suara vokalku dipercaya untuk menjadi pelengkap lantunan sholawat. Lalu ketika ada lomba menyanyi atau festival seni, aku sering jadi pilihan utama. Di setiap kesempatan, aku merasa diberi ruang untuk menjadi versi terbaikku, meskipun seringkali aku merasa belum cukup percaya diri.

Lanjut ke SMA, hal yang sama terjadi. Meski lingkungannya berubah, tapi suara tetap menjadi bagian dari identitasku. Aku masih sering diminta mewakili kelas saat ada lomba cover lagu, dan teman-temanku tahu kalau aku bisa diandalkan dalam urusan nyanyi. Di waktu senggang, aku juga suka merekam cover-cover lagu untuk diriku sendiri, meskipun jarang sekali aku berani mempublikasikannya. Rasa malu itu masih besar, dan rasa ragu pada kualitas suara sendiri masih belum sepenuhnya pergi.

Sampai hari ini, aku masih nggak merasa bahwa aku punya suara yang luar biasa. Aku tahu aku bisa nyanyi, suaraku nggak fals, nada-nada bisa aku jangkau, dan orang bilang enak didengar. Tapi tetap saja, di dalam kepalaku selalu ada suara yang bilang, "Ah, biasa aja. Gak spesial-spesial amat." Tapi anehnya, justru karena aku merasa biasa saja, aku jadi semakin mencintai kegiatan ini. Karena nyanyi jadi tempat aku lepas dari ekspektasi.

Yang mungkin belum banyak orang tahu, sebenarnya aku punya mimpi. Mimpi yang sampai sekarang belum sempat aku kejar betulan: aku ingin jadi musisi. Bukan cuma orang yang bisa menyanyi, tapi seseorang yang bisa menciptakan lagu sendiri, menyusun melodi, menulis lirik yang jujur dari hati, dan membungkus semuanya jadi karya yang bisa dirasakan orang lain.

Aku pengen banget bisa belajar musik dengan serius. Belajar instrumen, produksi, teori vocal, semuanya. Kalau saja aku punya fasilitas itu, aku yakin akan aku manfaatkan sebaik mungkin. Karena aku ngerasa, menyanyi bukan cuma pelarian, tapi juga panggilan. Setiap kali aku nyanyi, meski cuma di kamar, selalu ada bagian dari diriku yang merasa utuh.

Bahkan meskipun aku belum melakukan langkah-langkah besar buat mengembangkan hobi ini, aku tetap bersyukur karena aku masih menjaganya dalam hidupku. Buatku, menjadikan menyanyi sebagai pelarian dan teman setia adalah bentuk progress yang mungkin orang lain nggak bisa lihat. Karena tiap kali aku nyanyi, aku selalu menemukan celah. Ada nada yang kurang pas, teknik pernapasan yang masih goyah, atau penghayatan yang kurang maksimal. Tapi justru itu yang bikin aku semangat. Karena dari satu lagu ke lagu lain, aku tahu aku memperbaiki diri, walau perlahan.

Menjadi musisi, buatku, bukan cuma soal terkenal. Aku ingin suatu hari nanti bisa menyampaikan cerita dan perasaan lewat lagu. Aku ingin bikin musik yang bisa didengar orang saat mereka butuh teman. Seperti musik yang selama ini aku dengarkan ketika aku sedih, bingung, atau bahkan saat aku bahagia. Musik selalu hadir dalam hidupku, dan aku ingin jadi bagian dari itu.

Tapi untuk sekarang, aku tahu aku belum sampai ke sana. Aku masih berada di tahap bermimpi, menabung keberanian, dan mencoba menemukan arah. Dan itu tidak apa-apa. Aku percaya bahwa selama aku terus bernyanyi, aku sedang berjalan menuju mimpiku sendiri.

Jadi kalau ada orang yang merasa belum cukup hebat untuk disebut berbakat, aku ingin bilang, kamu nggak harus sempurna untuk bisa mulai. Kadang, mencintai apa yang kita lakukan dengan tulus adalah bentuk awal dari perjalanan yang lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun