Setelah perjalanan yang cukup melelahkan dan penuh drama kecil, akhirnya kami semua sampai juga di puncak. Waktu itu pas banget adzan Dzuhur berkumandang. Banyak dari kami yang langsung ambil air wudu dan sholat Dzuhur di atas, karena memang ada area sholat di dekat maqom. Suasananya tenang banget, adem, dan terasa sakral. Eh, sebenernya panas banget sih karena kita sampe atas pas banget matahari diatas kepala.
Setelah itu, kami ziarah ke maqom Syekh Jumadil Kubro. Banyak yang berdoa, ada juga yang sekadar duduk diam menikmati suasana. Di tempat setinggi itu, rasanya bener-bener damai. Angin semilir, suara burung, dan pemandangan alam bikin semuanya terasa worth it. Sayangnya, waktu itu kami nggak dikasih keberuntungan buat lihat keindahan Merapi karena tertutup kabut yang mengelilingi Merapi.
Setelah puas menikmati suasana dan istirahat sejenak, kami pun turun bareng-bareng. Perjalanan turun tentunya lebih cepat, walau tetap harus hati-hati karena beberapa jalur cukup licin, dan juga takut kesleo. "Takut kakiku meleyot!" ucap Erta, salah satu temanku yang jalan satu rombongan denganku. Tapi pas turun emang rasanya kaki mau meleyot. Kami sampai di bawah pas adzan Ashar. Beberapa dari kami masih sempat istirahat lagi di warung tadi sebelum akhirnya pulang ke Jogja.
Turgo adalah Perpaduan Alam, Sejarah, dan Spiritualitas
Kalau kamu lagi cari tempat untuk ngelepas penat tapi juga dapat nilai spiritual dan budaya, Bukit Turgo wajib banget masuk daftar. Nggak cuma bisa olahraga dan dapat udara segar, tapi juga bisa refleksi diri di tempat yang penuh sejarah.
Oh ya, tips kecil dari aku, pakai sepatu atau sandal gunung yang nyaman, bawa air minum sendiri, dan jangan lupa bawa kamera yang bagus karena setiap sudut Turgo tuh instagramable banget. Dan yang paling penting, tetap jaga kebersihan dan etika selama di sana, karena bagaimanapun juga ini tempat yang sakral dan penting buat banyak orang.
Dan untuk menjaga agar kaki kalian kuat dan nggak gampang capek pas naik, kalian bisa pakai metode jalan zig-zag loh! Beneran ngaruh, selain karena aku ngerasain sendiri, aku juga kasih tips ini ke beberapa orang yang naik bareng, dan pas aku tanyain gimana rasanya, kata mereka trik ini cukup membantu dan meminimalisir kecapean.
Pokoknya cobain deh! Terutama buat orang Magelang yang pernah naik ke bukit Tidar, dijamin rasanya bakal seperti naik ke level dua setelah Tidar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI