Bener nggak sih kalau akhir-akhir ini kamu ngerasa sumpek terus? Entah karena tugas numpuk, skripsi yang nggak kelar-kelar, atau rutinitas yang itu-itu aja tiap hari. Rasanya pengin banget cari udara segar, jauh dari keramaian, dan kalau bisa sekalian buat ngademin pikiran. Nah, buat kamu yang lagi di Jogja dan lagi pengin healing tipis-tipis tapi tetep ada unsur spiritualnya juga, Bukit Turgo bisa banget jadi opsi!
Bukit Turgo ini bukan sekadar bukit biasa. Lokasinya ada di kawasan lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Desa Purwobinangun, Pakem, Sleman. Tempat ini bukan cuma punya pemandangan yang indah, tapi juga kaya akan nilai sejarah dan spiritual. Nggak heran kalau banyak orang datang ke sini buat sekadar refreshing, olahraga, sampai ziarah.
Fun Fact tentang Bukit Turgo
Sebelum aku cerita pengalaman pribadi ke sana, yuk kenalan dulu sama Bukit Turgo. Jadi, bukit ini terkenal sebagai tempat ziarah karena di puncaknya terdapat maqom (makam) Syekh Jumadil Kubro, tokoh yang diyakini sebagai salah satu leluhur Wali Songo. Selain itu, Bukit Turgo juga punya keunikan alam yaitu vegetasinya lebat, udaranya sejuk, dan dari atas kamu bisa lihat pemandangan Merapi yang megah banget.
Turgo juga dikenal punya banyak monyet liar yang ramah. Iya, beneran! Mereka biasanya berkeliaran di sekitar jalan setapak. Selama nggak diganggu atau dikasih makanan sembarangan, mereka nggak bakal rese kok. Justru mereka jadi atraksi tersendiri yang bikin perjalanan naik jadi lebih seru.
Pengalaman Naik Bukit Turgo yang Seru, Capek, tapi Berkesan
Turgo ini juga ada di Magelang, maksudku kembarannya Turgo, yaitu bukit Tidar. Jadi kebetulan aku orang Magelang yang udah berkali-kali hiking ke Bukit Tidar, jadi pas naik Turgo rasanya udah nggak asing lagi.
Aku dan teman-teman satu kelas sempat ke Turgo bareng-bareng. Kami berangkat dari kampus pagi-pagi, rame-rame naik kendaraan. Sesampainya di Turgo, suasananya langsung adem, beda banget sama kota. Sebelum mulai naik, kami sempat duduk-duduk santai dulu di warung rest area di bawah. Tempatnya nyaman, cocok buat isi tenaga dulu. Ada yang mesen mie instan, ada yang beli minuman dan cemilan. Sambil makan, kami ngobrol-ngobrol dulu, ngelepas lelah habis perjalanan.
Sebelum naik, kami juga dapat wejangan dari petugas penjaga Turgo. Salah satu hal penting yang disampaikan adalah tentang aturan untuk perempuan yang sedang haid, mereka hanya boleh naik sampai rest area 2, dan tidak disarankan lanjut ke puncak atau ke area maqom karena alasan kesucian tempat. Ini menunjukkan bahwa tempat ini memang dijaga kesakralannya.
Pas perjalanan naik, suasananya makin syahdu. Tapi, tentu aja, naik bukit tuh nggak semudah itu, Ferguso. Jalurnya lumayan menanjak dan cukup bikin ngos-ngosan, terutama buat yang jarang olahraga (kayak aku, hehe). Jadi, di tengah jalan banyak yang mulai kecapekan. Kami pun sempat terpisah-pisah karena beda ritme jalan. Ada yang santai, ada yang buru-buru pengin sampai atas.
Nah, salah satu hal paling lucu tapi juga memorable adalah ketika kami ketemu monyet-monyet Turgo. Mereka lincah banget, dan beberapa bahkan sempat 'mengamati' kami dari pohon. Untungnya mereka nggak ganggu. Tapi tetep aja, suasana jadi rame karena semua heboh lihat monyet, ada yang takut, ada yang malah pengin selfie bareng, termasuk aku. Nah, buat temen temen yang mau pergi ke sini, ada aturan dilarang ngasih makan monyet-monyet Turgo yang imut dan menggemaskan ini.
Kami juga ketemu beberapa pengunjung lain yang sedang turun dari atas. Salah satu dari mereka sempat nyemangatin kami, katanya, "Semangat Mbak, masih jauh lagi!" Waduh, padahal udah ngos-ngosan waktu itu, tapi jadi makin semangat juga karena ternyata perjalanan belum selesai.
Akhirnya Sampai Puncak!
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan dan penuh drama kecil, akhirnya kami semua sampai juga di puncak. Waktu itu pas banget adzan Dzuhur berkumandang. Banyak dari kami yang langsung ambil air wudu dan sholat Dzuhur di atas, karena memang ada area sholat di dekat maqom. Suasananya tenang banget, adem, dan terasa sakral. Eh, sebenernya panas banget sih karena kita sampe atas pas banget matahari diatas kepala.
Setelah itu, kami ziarah ke maqom Syekh Jumadil Kubro. Banyak yang berdoa, ada juga yang sekadar duduk diam menikmati suasana. Di tempat setinggi itu, rasanya bener-bener damai. Angin semilir, suara burung, dan pemandangan alam bikin semuanya terasa worth it. Sayangnya, waktu itu kami nggak dikasih keberuntungan buat lihat keindahan Merapi karena tertutup kabut yang mengelilingi Merapi.
Setelah puas menikmati suasana dan istirahat sejenak, kami pun turun bareng-bareng. Perjalanan turun tentunya lebih cepat, walau tetap harus hati-hati karena beberapa jalur cukup licin, dan juga takut kesleo. "Takut kakiku meleyot!" ucap Erta, salah satu temanku yang jalan satu rombongan denganku. Tapi pas turun emang rasanya kaki mau meleyot. Kami sampai di bawah pas adzan Ashar. Beberapa dari kami masih sempat istirahat lagi di warung tadi sebelum akhirnya pulang ke Jogja.
Turgo adalah Perpaduan Alam, Sejarah, dan Spiritualitas
Kalau kamu lagi cari tempat untuk ngelepas penat tapi juga dapat nilai spiritual dan budaya, Bukit Turgo wajib banget masuk daftar. Nggak cuma bisa olahraga dan dapat udara segar, tapi juga bisa refleksi diri di tempat yang penuh sejarah.
Oh ya, tips kecil dari aku, pakai sepatu atau sandal gunung yang nyaman, bawa air minum sendiri, dan jangan lupa bawa kamera yang bagus karena setiap sudut Turgo tuh instagramable banget. Dan yang paling penting, tetap jaga kebersihan dan etika selama di sana, karena bagaimanapun juga ini tempat yang sakral dan penting buat banyak orang.
Dan untuk menjaga agar kaki kalian kuat dan nggak gampang capek pas naik, kalian bisa pakai metode jalan zig-zag loh! Beneran ngaruh, selain karena aku ngerasain sendiri, aku juga kasih tips ini ke beberapa orang yang naik bareng, dan pas aku tanyain gimana rasanya, kata mereka trik ini cukup membantu dan meminimalisir kecapean.
Pokoknya cobain deh! Terutama buat orang Magelang yang pernah naik ke bukit Tidar, dijamin rasanya bakal seperti naik ke level dua setelah Tidar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI