Mohon tunggu...
Zulfa Salman
Zulfa Salman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis | Mahasiswa

Senang menjahit kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Takbir yang Bergema Sunyi di Bentang Langit Tokyo hingga Hokkaido

16 April 2024   22:24 Diperbarui: 16 April 2024   22:52 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Al-Ikhlas Kandatsu di Ibaraki, Jepang (Dokumentasi Pribadi Daryl Aziz Alifio)

Potret bunga sakura yang sempurna merekah di jalanan Tokyo (Dokumentasi Pribadi Daryl Aziz Alifio)
Potret bunga sakura yang sempurna merekah di jalanan Tokyo (Dokumentasi Pribadi Daryl Aziz Alifio)

Bahkan, jejeran pohon sakura yang menari karena tertiup angin juga mengiringi langkah para jemaah yang berjalan dari masjid menuju KBRI setelah menuntaskan ibadah salat Id-nya.

Sama halnya dengan salat Id, peserta acara silaturahmi dibagi menjadi 4 gelombang, dimulai dari pukul 08.30 sampai dengan 11.30, dan harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Melalui acara ini KBRI Tokyo memberikan ruang bagi warga Muslim Indonesia untuk bercengkerama dengan satu sama lain di hari Idulfitri dan bertemu-sapa dengan Dubes RI. 

Ismi sambil tersenyum menambahkan, "Walaupun jauh dari tanah air, bisa ketemu sama orang Indonesia dan dapat makan gratis juga. Vibes lebarannya dapet gitu."

Lebaran Sunyi di Hokkaido dan Belajar Salat Id Mandiri

Tokyo yang ramai akan komunitas Muslim dan restoran makanan khas Nusantara setidaknya dapat mengobati rasa rindu Warga Negara Indonesia (WNI) dan diaspora Indonesia akan suasana Idulfitri di tanah air. 

Namun, tidak dengan Shaharani atau akrab disapa Shaha, mahasiswa Indonesia yang melanjutkan college di Hokkaido bagian Utara. 

Tahun ini merupakan tahun keduanya merayakan Idulfitri di Jepang. Tahun lalu ia berkesempatan merayakan di Tokyo, tetapi tahun ini ia harus mencicipi hampanya merayakan Idulfitri seorang diri tanpa keluarga, teman, dan komunitas. 

Ibukota Hokkaido, yakni Sapporo menjadi rumah bagi komunitas Muslim dan banyak Muslim Indonesia. Sayangnya, Shaha menetap di kota Asahikawa yang berjarak 3 jam dari Sapporo dengan menggunakan kereta. 

"Sebenarnya nggak masalah, ya, itu kayak Jakarta-Bogor, cuma ongkosnya aja itu pulang-pergi 600 ribu rupiah. Makanya aku nggak pergi ke sana," ungkap Shaha, tersenyum pahit.

Shaha melewati hari lebaran dengan rutinitas biasa, tanpa gema takbir di waktu fajar yang menjadi pertanda hari raya telah tiba, opor ayam, atau tradisi bersalam-salaman dengan keluarga. Rutinitas Shaha dimulai dengan bangun tidur, salat, belajar, kemudian berangkat sekolah. Shaha tidak sempat menyiapkan makanan untuk merayakan lebaran atau melakukan hal spesial apa pun. 

Namun, Shaha tetap berusaha untuk menunaikan ibadah salat Id meski seorang diri. Ia mengandalkan bantuan Google untuk belajar tata cara salat Id mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun