Mohon tunggu...
Zulfan Ajhari Siregar
Zulfan Ajhari Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Buku

Penulis beberapa buku sastra kontemporer, sejarah dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Money

Hanya untuk Pekerja Kasar Perkebunan Sawit Dua Puluh Lima Dibutuhkan Melamar Lebih Delapan Ratus Orang

16 Desember 2020   07:53 Diperbarui: 16 Desember 2020   07:56 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Penerimaan berkas pelamar dilakukan tanggal 19 sampai dengan 21 Nopember 2020, hanya selama tiga hari.Dan seleksi berlangsung hingga bulan Desember ini, merupakan seleksi yang tidak kalah serunya dari seleksi untuk menjadi CPNS. Pertama seleksi berkas, lantas dilakukan seleksi tertulis, dilanjutkan dengan seleksi Wawancara, hingga kata pelamar setelah tersaring dua puluh lima orang nantinya, akan dilanjutkan denganTes Kesehatan. 

Namun sebelum Tes Kesehatan, ada lagi tes Peraktek, itu di Tes melalui kemampuan Memanen Pohon Sawit Tinggi, dengan cara di eggrek. Kata para pelamar, karena banyak yang belum paham, ada yang nyaris tersambar dahanan atau pelepah sawit yang mereka eggrek, pangkalnya sudah tajam dan runcing.  

Apa yang dikejar para pelamar yang notabene adalah kalangan melenial, atau kaula muda itu ?  Hanyalah sebatas predikat sebagai orang yang berperkejaan tetap, dengan penghasilan sesuai UMSK atau UMR yang besarannya untuk wilayah ini beringsut ke Rp.3.000.000,- perbulan.

Pekerjaan sebagai Buruh Perkebunan Kelapa Sawit, memiliki resiko yang lebih tinggi dibanding Buruh Perkebunan Karet. Pekerja Kebun Kelapa Sawit, juga harus bangun subuh, untuk bisa cepat sampai di ancak. Pohon Sawit yang rendah memang masih bisa di panen dengan menggunakan Dodos, semacam Kapak yang mirip Tombak. 

Memanen Buah Sawit harus sekaligus mengenyahkan Tandanan, yang dimaksud tandanan adalah pelepah Sawit, yang menjepit buah yang segera dipanen itu. Kalau Pohon Sawit sudah tinggi bahkan mencapai sepuluh meter, pemanennya harus di Eggrek. Ada beberapa tantangan dalam pekerjaan tersebut, yang paling rendah resiko terkena duri Sawit, yang mudah menyebabkan infenksi.  Resiko besar, tertimpa Tanda Sawit, tersambar Pelepah Sawit, hingga kepada ancaman bahaya memanen disekitar jaringan Listrik Jalan Raya. Banyak Perkebunan yang berhampiran dengan jaringan Listrik itu.

Memanen Buah Sawit, adalah berdasarkan ketentuan yang diatur Asisten atau Mandor. Harus yang sudah mulai rontok buahnya setidaknya, empat buah sawit  sudah lepas dari tandannya dengan warna Kuning kemerahan, itu standard Perkebunan. 

Kalau Pohon Sawit masyarakat yang hijau-hijau sedikit juga dihajar. Itulah sebabnya Buah dari Perkebunan Rakyat kwalitas Crude Palm Oil atau  rendamennya terbilang rendah. Dan penjualannyapun harganya tidak bisa menyamai harga pihak Perusahaan Perkebunan. Ada hal yang memaksa pemanenan dini ini, selain butuh uang. Juga mengantisipasi Ninja (Ninting Janjangan=red) atau Pencurian Buah Sawit oleh Maling, yang kerasukan Narkoba.

Ada cerita yang kurang sedap didengar dari kenyataan yang ada sebagai Pekerja di Perkebunan Sawit. Para Mandor apalagi asisten, akan memberi sanksi kepada para Pemanen, kalau kedapatan tidak mengutip buah Brondolan yang tercecer ketika di Panen. Selalu terlihat Pemanen yang beristri, bila bekerja memanen selalu diiringi istri mereka yang mengutip brondolan Sawit, katanya ada Bonus, tapi tidak seberapa jumlahnya. 

Kompasianer pernah menghitung penghasilan Pekerja Kebon Swasta, dua orang suami istri yang bekerja, penghasilannya hanya setara upah satu orang. Di Perkebunan Kondisi Perekonomian warganya terlalu landai. Terkecuali bagi Karyawan yang terpilih sebagai Kepala Desa Perkebunan, akhir-akhir ini para Kades Perkebunan itu, terlihat sudah banyak punya mobil, dari mana uangnya? perlu diselidiki Dana Desanya. Tidak punya Kebon sendiri, gaji pas-pasan tapi bisa punya Mobil.

Rekrutmen Tanaga Kerja yang dilakukan PT.Smart TBK itu, Suprise, dan mencengangkan hanya untuk pekerja kasar itu, pelamar berjubel hingga lebih diatas delapan ratus orang. Tak hanya sekedar ber Ijazah SLTA, menurut pelamar Pemilik Ijazah Sertrata satu, juga ikut nimbrung. Walaupun akhirnya mereka menarik diri, ketika mereka tahu yang diterima hanya untuk pekerja lapangan.

Pihak Perkebunan hanya membutuhkan pekerja, dan merekrut Dua puluh lima orang pekerja, yang akan dipersiapkan sebagai tenaga lapangan, utamanya sebagai Pemanen Buah Kelapa Sawit. Penerimaan lamaran, dan proses testingnya lebih ribet dari testing pelamar PNS. Suatu hal yang juga terlihat berlebihan, untuk ukuran menjadi Koeli Perkebunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun