Mohon tunggu...
Zulfan Ajhari Siregar
Zulfan Ajhari Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Buku

Penulis beberapa buku sastra kontemporer, sejarah dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Money

Kendala Optimisme Peningkatan Ekonomi dalam Kompetitif Keberuntungan Nakal

29 Juli 2020   08:21 Diperbarui: 29 Juli 2020   08:43 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu belum lagi, pencitraan demi pencitraan yang terentang lewat ulah-ulah Petahana, jelang Pilkada ini. Walaupun pada dasarnya orang banyak juga tahu, sembari menggumam "Lhah, Ikilho, gambarmu".

Belum lama ini seluruh Rakyat Bangsa Indonesia melihat marahnya Presiden Joko Widodo, walaupun di sana sini muncul berbagai komentar. Akan tetapi itu harus terjadi, tidak hanya sebatas marah itu yang sangat diperlukan dari Presiden Joko Widodo. Karena kita butuh apa yang disebut Waspada Purwa Wisesa. 

Di sela Permainan lagu anak bangsa ini, masih sangat sulit menyatukan Nada Achour. Masih sulit menyatukan Rytme, atau Tempo. Karena Tempo yang dimainkan, lebih cendrung pada aliran masing-masing, yang pada permainannya false. 

Gendang sudah ditabuh, Episode Lanjut dari Peningkatan Ekonomi di sela Pandemi Covid 19 yang belum bisa tuntas ini, memang cukup berat. Kita harapkan, dari semua lini Pos Pusat dari tingkat Kementerian itu, tidak hanya sebatas menyalurkan Dana kebawah, ke daerah. 

Akan tetapi kita harus ingat tingkat efektifitasnya. Masa Kekuasaannya, Presiden Soeharto itu Benci Korupsi, kalau yang dikorupsi itu uang Negara, dia merasa itu titipannya. Masalah terbesar ketika itu, walaupun kwantitas dan kwalitas korupsi tidak sehebat saat ini, juga kendalanya adalah pada system Pengawasan. 

Saluran dari bawah keatas, dirasakan tumpat. Kasus pengunduran 64 orang Guru SMP di Inhu. Jangan disikapi hanya sebatas kegagalan atau kenakalan para Jaksa bawahan. Akan tetapi haruslah dikaji secara makro, mengapa itu harus terjadi?

Bisa saja dalam hati mereka, alah mana mungkin kami hanya penonton saja. Dari Kemendikbud, jangan pernah menafikan permasalahan yang ada pada Dana BOS itu. Air jangan dibendung, kalau dibendung akan jadi genangan, yang bisa menciptakan air bah.

Usia seperti saya 63 tahun, diwaktu SD, punya buku Bacaan Judulnya "Nenek Karondang Dengan Lembunya" Seusia saya tahu itu. Nenek Karondang, filosofinya, adalah orang tua yang harus mencari sumber kekuasan, demi menyeberangkan Lembunya lewat Sungai, kekuasaan itu ada pada Induk Ayam, yang mengancam Semut, Semut mengancam Kayu, Kayu kemudian mengancam lembu, menyeberanglah Lembu itu. Semula Semut-semut itu, tidak mau mengigit kayu, sehingga kayu tidak mau memukul Lembu Nenek Karondang.

\Mau of tidak mau, harapan kita saat ini, ketergantungannya  ada pada Presiden Joko Widodo. Hanya saja dibutuhkan suatu pemikiran realistis dari seluruh pemikir bangsa ini. Dan sikap tanggung jawab, serta ilmu pengetahuan juga kecerdasan yang tidak kaku, bagi seluruh pihak yang bertanggung jawab atas Uang Negara ini, kucurkan dana sebaik-baiknya. Perencanaan penggunaan uang, itu perlu memang dikaji. 

Pihak Perbankan juga harus bersikap, jangan terlalu kaku dalam menciptakan Black List, hanya untuk Rakyat yang pernah ngutang Dana Kurk. Kalau keperluan modal kecil di segel, rakyat mau bergerak pakai modal apalagi, kesempatan kedua itu perlu. Ingatlah Kurk juga pernah mengalami penyelewengan, oleh orang Perbankan sendiri. 

Artinya berbagai resiko tetap ada, yang penting tidak fatal.  Yakinkanlah ekonomi itu bergerak luas, manakala yang melaksanakannya juga turut adalah masyarakat luas. Setiap Pengucuran Dana baik itu Dana BOS, maupun dana Desa, Pengawasan Ketat sangat diperlukan, dan awasi pula orang yang mengawasi itu, permasalahannya sebahagian ada disana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun