Mohon tunggu...
Zulfa MuasarohBinti
Zulfa MuasarohBinti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya Zulfa, mahasiswi jurusan Perbankan Syariah

Saya Zulfa, mahasiswi jurusan Perbankan Syariah di salah satu PTKIN di Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Septia dan Saya Berjumpa

24 Februari 2022   23:05 Diperbarui: 24 Februari 2022   23:09 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya hendak beritahukan salah satu teman saya yang presensinya tengah jauh dari tempat saya berdiri, namanya Septia. Kami berasal dari kota yang sama, entah sebuah kebetulan, atau memang takdir (saya tidak yakin ini kebetulan, sebab banyak sekali kebetulannya) kami berasal dari sekolah menengah pertama yang sama pula. Bahkan dia berteman baik dengan teman sebangku saya semasa SMP. 

Sebelum mengenal Septia lebih dalam, mari kita membahas pengetahuan umum mengenai pribadinya. Nama lengkapnya Septia Hidayatin, boleh dipanggil Septia atau Sasa, senyamannya saja kata dia. Saya sih nyamannya memanggil gadis sembilan belas tahun itu bestie (istilah keren buat memanggil teman baik). 

18 September 2002 Septia menilik dunia untuk pertama kalinya, di rumah sakit Kasih Bunda, di Kediri lebih tepatnya lagi. Sebenarnya saya nggak tahu juga mengapa menuliskan tempat di mana dia lahir, tetapi mungkin orang-orang yang ingin PDKT (istilah yang digunakan para remaja ketika proses pendekatan, sebelum pacaran) kepada Septia butuh informasi ini, mungkin saja. 

Saya bertanya kepada Septia pasal hobi, dia sebutkan apapun yang dia suka bisa disebut hobi. Namun, lebih spesifiknya, teman saya yang namanya Septia ini suka nonton film. Film yang disukaipun beragam genrenya, bisa thriller, horor, dan science fiction. Saya sebetulnya juga suka nonton film (sebenarnya ini bukan informasi penting) tetapi dengan genre yang berbeda, saya lebih suka action-drama. Satu kesamaan kami, kami tidak teramat menyukai genre full romance dan film yang terlalu menye-menye (mungkin maksudnya yang terlalu pasaran, seperti cinta remaja yang terjebak friendzone, atau kisah badboy badgirl yang sedang ngetrend). Oh ya, Septia menyukai membaca cerita dari platfrom online, kami sering berbagi judul yang menurut kami bagus. Hobi lain yang dimiliki oleh Septia adalah travelling dan ngopi cantik.

Saya cukup terkejut ketika Septia berkata bahwa pertama kali dia melihat wajah saya, kata yang terlintas pada otaknya merupakan kata judes. Sebaliknya, saya melihat Septia pertama kali, saya pikir dia teman yang akan memiliki banyak karisma yang dapat ditonjolkan. Ketika di sekolah menengah pertama, kami sering berpapasan, hanya saja waktu itu kami belum bertegur sapa (mungkin dia pikir saya tidak akan membalas karena impresi judes tadi). Saya beranggapan Septia memiliki banyak sekali kenalan, sebab kepribadiannya yang ramah dan mau berteman dengan siapapun. 

Cerita sedikit mengenai kenalan kami yang akhirnya membuat kami dekat, namanya Devina. Dahulu, Devina merupakan teman satu bangku saya di tingkat sekolah menengah pertama, lantas ketika menginjak jenjang berikutnya, Devina berteman baik dengan Septia. Dari situlah kami mulai mengenal satu sama lain, saya dan Septia biasanya membicarakan hal-hal lucu yang terkesan receh, kalau tidak, kami berkonsultasi mengenai tugas yang diberikan bapak dan ibu dosen. 

Septia ini anak bungsu dari dua bersaudara, barusan Kakak perempuannya menikah (dulu dia mengelabuhi saya, dia bilang dia sudah bertunangan dan mau menikah, namun ternyata itu Kakak perempuannya). 

Mari membicarakan mengenai kisah kasih Septia yang agak sedih, wawancara berlangsung dan kita sampai pada tahap percintaan seorang Septia Hidayatin. Terjebak hubungan pertemanan, Septia naksir tetangganya (dia bilang begini lewat catatan suara, saya ingin menertawakan, namun saya mengalami hal yang sama, sialan). Gadis cantik yang penuh karisma itu bilang kalau dirinya tidak menyukai berpacaran dengan anak satu sekolah, ia juga memiliki tipe yang lebih tua dari usianya.

Mungkin kalau teman-teman sekalian memperhatikan unggahan video maupun foto dari Septia, gadis itu hidup 24/7 untuk menyindir crushnya (ini istilah lain yang digunakan remaja buat menyebut orang yang mereka taksir). Tidak setiap saat juga sih, saya agak berlebihan, tetapi begitulah Septia di mata saya, sepengamatan saya. Kami bertemu secara langsung di jenjang kuliah ini cuma beberapa kali, kalau semasa SMP, ya hampir setiap hari.

Kita berpindah kepada cerita bagaimana Septia dapat masuk di UIN Malang. 

Kata dia, dia menyukai segala hal mengenai Malang, makanya dia memutuskan untuk masuk di UIN. Sebenarnya lagi, Septia tidak memiliki ketertarikan yang berarti kepada UIN, dia berniat untuk melanjutkan pendidikan di UB atau UM, namun jodohnya berada di UIN (maksud saya, dia diterima di UIN, di dua universitas pilihannya belum beruntung) maka dari itu dia jalani saja buat berkuliah di UIN Malang. Hemm, berarti jadi pilihan terakhir, ya? Hampir 90% mahasiswa UIN Malang memiliki problem dan penyelesaian masalah yang sama, saya tidak heran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun