Mohon tunggu...
Zulaikha
Zulaikha Mohon Tunggu... Lainnya - Selesaikan Pendidikan strata satu dalam 4 tahunn

Hobi saya adalah menulis, membaca dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari Gawat

8 Juli 2018   14:23 Diperbarui: 8 Juli 2018   14:28 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Minggu pagi yang sibuk dimulai. Sebelum semua aktivitas dimulai, aku shalat subuh agar aku bisa tenang dalam menjalani hidup hari ini. Seusai shalat aku membereskan rumah dan setelahnya aku bersiap pergi kuliah akhir pekan seperti yang sudah-sudah.

Pagi  ini aku  berangkat dari rumah agak lambat dari biasanya dan jarak yang aku tempuh menuju tempat yang dituju juga menguras tenaga dari biasanya. Jalan yang aku lewati biasanya, digunakan acara perayaan pernikahan. Wajar sih, ini bulan Sya'ban dalam kalender Hijriah. 

Biasanya pada bulan begini semua jadi kenyang. Kenyang akan makanan, sampai keinginan. Tetapi aku tidak tahu bagaimana bisa  di bulan Muharram  pasti acara perayaan pernikahan tidak ramai seperti sekarang. Dalam kurun tiga belas hari aku sudah lihat yang begini tiga kali, sedangkan di bulan Muharram atau orang Jawa menyebutnya Sasi Sura  orang kebanyakan enggan menikah di  bulan ini, entah mengapa.

Setelah perjalanan yang lebih jauh dari biasanya aku telah sampai di kampus. Eits, ternyata aku belum terlambat. Aku  dan teman-teman belajar dua mata kuliah dalam kurun waktu empat jam. Setelah Dzuhur kami istirahat,

Tiga orang temanku dan aku berencana pergi keluar dari kampus  karena warung dekat sekolah tidak buka hari ini, fakta itu terasa aneh buat diriku.
Kami sudah siap, dan kami pergi beli mie ayam. Sungguh sulit ternyata menemukan rumah makan yang ingin dituju, biasanya mudah ketemu, anehnya sulit aku temukan hari ini. Tapi, temanku yang lain akhirnya membantuku menemukannya dan kami makan enak.

Saat kami pulang, kami harus melewati jalan jalur satu arah, tetapi aku tidak ingat  hal itu dan temanku tidak tahu aturan di jalur satu arah, Kami melakukan kesalahan dengan menuju ke tengah mendekati pembatas jalan, setelah sadar dari lupa aku mencoba membantu temanku keluar dari kesalahan dan kami berhasil. Kami berhenti tepat di atas jembatan tanpa pembatas, arah menuju sebuah gang. 

Namun entah bagaimana, pada akhirnya temanku kehilangan keseimbangan dan kami jatuh kebawah jembatan. Mungkin jika ini diceritakan oleh dukun mistis, pasti orang akan menyangka itu jembatan ada hantunya.

Saat kami naik ke permukaan, aku baru sadar jika daguku terluka dan darah mengalir darinya ketika aku diingatkan temanku yang naik motor bersamaku. Kami lalu naik becak ke rumah sakit. Aku sebenarnya tidak mengapa dengan luka ini, tetapi aku galau dengan rasa bersalah temanku yang terlalu. Dia berbicara terus, menunjukan rasa bersalahnya. Aku tidak apa, tetapi dia yang nestapa.

Selama perjalanan, aku berdoa agar Allah, memberiku kesempatan untuk hidup, karena aku merasa jika mati, aku mati dalam kekafiran. Didasar hatiku aku menyesal akan perbuatanku. Seandainya aku bisa lebih bijak aku tidak berkeinginan ikut pergi sehingga membuat temanku menuruti keinginanku dan arahanku.

Setelah melewati jalan yang ramai menuju rumah sakit. Akhirnya kami berhasil sampai di tempat tujuan. Segera abang becak mengayuh pedal becaknya memasuki halaman rumah sakit dan berhenti di depan pintu ruang IGD .  

Dalam batinku bertanya, "bagaimana bisa aku masuk IGD, hanya karena luka ringan ini?".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun