Mohon tunggu...
Zahrah Ziqro
Zahrah Ziqro Mohon Tunggu... Pelajar

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Analisis Cerpen Mata Celurit Karya Muna Masyari: Menggunakan Teori Hermeneutika Paul Ricoeur

1 Juli 2025   20:27 Diperbarui: 1 Juli 2025   20:27 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pada kalimat ini menggambarkan simbol seperti mereka manikmati mengorban orang-rang yang tak punya kekuasaan lalu ditindas, setelah itu jeritan mereka dan suara orang-orang yang tertindas itu tak akan pernah mereka dengar, tenggelam dalam teriakan kesenangan mereka.

Apalagi tabur uang yang dilakukan ayahnya demi mendulang kemenangan bagai menurunkan lumbung di depan gerombolan ayam lapar.

Pada kalimat ini menggambarkan praktik politik uang demi meraih simpati masyarakat agar memilih mereka dengan cara memanfaatkan kemiskinan rakyat yang bergantung pada belas kasihan penguasa agar membantu mereka

Siapa yang menggantikanku, besok kubawakan jagung sangrai!" lantang Dahlan, ketika tiba gilirannya mengerek tambang timba.

Pada kalimat ini menggambarkan bahwa sejak kecil Dahlan telah terlihat sifat licik, sebagai penerus kekuasaan ayahnya, dengan memberikan imin-iming kepada teman-temannya agar dapat menggantikan hukumannya.

Si raja kecil Dahlan selalu mendapat sumbangan buah dari yang lain, sebab dia juga sering membawa gorengan atau jajanan kering ke Langgar untuk dibagi-bagikan.

Pada kalimat ini menggambarkan bahwa si Dahlan ini sudah punya kekuasaan sedari dini, dan dihormati, karena Ayah dan Mbah Juju Dahlan seorang Kalebun (kepala desa) dahulu, dan jabatan kepala desa ini bagai warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi, selain itu anggota keluarganya kaya raya

 Seperti dalam kutipan ceerpen tersebut "Mbah Juju'kan jadi kalebun, uangnya pasti banyak!" balas Dahlan bangga.

Sejak itu, kalian semakin mengagumi keluarga Dahlan sebagai orang hebat dan berjasa besar! Apalagi setiap ada acara, ayah-ibu Dahlan selalu diundang dan menduduki kursi baris depan.

Memang belum pernah ada yang menggugat keputusan kalebun towa, sebab jabatan kalebun bagai warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Cerpen Mata Celurit karya Muna Masyari ini tidak hanya sakadar cerita tentang pemilihan kalebun, tetapi maknanya lebih daripada itu seperti tentang kekuasaan yang diturunkan dari generasi ke generasi, politik uang, dan memanipulasi dan menindas rakyat yang lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun