Mohon tunggu...
Zitya Suci Romadon
Zitya Suci Romadon Mohon Tunggu... Penjahit - Zitiya suci romadon

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibuku Temanku

1 Desember 2020   18:25 Diperbarui: 1 Desember 2020   18:46 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini ceritaku saat aku masih berusia 7 tahun, aku tinggal bersama ibu dan nenekku. Ayahku meninggal saat aku dilahirkan, beliau meningal karna kecelakaan kerja dimana ayahku orang yang sangat pekerja keras dan sangat menyayangi keluarganya. Ibuku bekerja sebagai seorang desainer yang membuat gaun pengantin dan baju-baju lainya, ibuku selalu merawatku dan nenekku dengan baik. 

Ia selalu menyiapkan sarapan untuk aku dan nenek, ia selalu menyisir dan mengikat rambutku sebelum aku berangkat ke sekolah, ia juga selalu menemaniku di setiap tidurku. Bagiku ibu menjadi sosok teman meskipun setiap harinya ia bekerja, namun perhatiaannya tak pernah pupus. Namaku ghina aku sangat berbeda dengan ibu, aku adalah gadis kecil yang tomboy, tidak bisa mengikat rambutku sendiri, aku pendiam dan cuek bahkan aku tidak memiliki seorang teman selain ibu dan nenek.

Suatu hari ibuku berkumpul dengan teman-temanya disebuah Restaurant yang menjual banyak makanan jepang salah satunya sushi, dimana ibuku sangat menyukai makan tersebut meskipun ia sudah di diagnosa mengidap penyakit Teaniasis. 

Penyakit yang tidak memperbolehkan memakan makanan mentah seperti daging mentah atau ikan mentah yang ada pada sushi, karena pada saat itu ibu dan teman-temannya sedang merayakan pesta perayaan teman ibu yang telah berhasil menerbitkan suatu buku karangannya. Ibu pun menghargainya dengan memakan makanan yang telah tersedia salah satunya suhsi, awalnya ibu ragu untuk memakannya tapi pada akhirnya ibu pun menikmati makanan tersebut dan lalai.

Keesokan harinya ibu mengalami mual yang amat hebat, bahkan badannya terlihat sangat pucat dan terlihat sangat lesu. Aku sangat khawatir dengan keadaan ibu sekarang, namun ia selalu mengatakan bahwa dia baik-baik saja dan tetap mengantarkan aku pergi ke sekolah meskipun aku menolaknya. Sepulang dari mengantarku, ibu langsung pergi ke dokter dan benar saja dokter bilang penyakit ibu kambuh. 

Dokter bilang bahwa ibu harus dirawat, namun ibu menolaknya dengan alasan 3 hari lagi ulang tahunku dan ia tidak ingin di hari istimewa anaknya ibu berada di rumah sakit. Akhirnya ibu pun pulang dengan di bekali obat dari dokter yang harus ia minum agar sakitnya segera sembuh, namun setelah 1 hari berlalu sakitnya pun makin parah dan ibu pun terbaring lemas di ranjang kamarnya. 

Keesokan harinya aku menghampiri kamar ibu dan berkata "Ibu, apakah ibu baik-baik saja?" ibu pun menjawab "Ibu baik-baik saja ghina, maaf ibu tidak bisa menyiapkan sarapan untukmu" aku sangat sedih mendengarkan pernyataan ibu bahwa di keadaan ia yang sedang sakit pun masih memperdulikan hal itu. Aku pun mulai membiasakan diri dengan menyiapkan peralatan sekolah sendiri, menyisiri rambutku sendiri dan mengikat rambutku. Aku sangat sedih karna aku tidak bisa melakukan hal itu, aku pun berjalan keluar rumah dengan air mata yang mengalir dan berfikir bahwa aku tidak bisa melakukan semua hal tanpa bantuan dari ibu.

Ada satu hal yang sangat ibu inginkan dariku, ibu ingin di hari ulang tahunku aku mengundang teman-teman kelasku. Di sisi lain aku berfikir aku tidak memiliki seorang teman bahkan satu pun tidak ada, tidak ada yang mau berteman denganku karna sikap cuekku dan tidak peduli dengan teman di sekitarku. 

Akhirnya aku memberanikan diri dengan membawa beberapa kertas bergambar kartun Mario Bross, aku pun mulai menghampiri temanku yang ada di kelas dengan rasa ragu dan cemas "Apa kamu mau datang ke ulang tahunku besok?" dan tidak ku duga respon teman-temanku sangatlah bagus mereka mau datang ke ulang tahun ku besok, itu adalah kabar gembira yang akan ku sampaikan pada ibu.

Saat pulang dari sekolah aku mencari ibu "Ibuuuu" tidak ada tanggap, aku pun tetap mencari ibu di setiap ruang "Ibuuu dimana?" masih belum ada suara dan aku pun berjalan ke arah kamar mandi "Ibuu, apakah ibu di dalam?" saat aku membuka pintu kamar mandi aku melihat ibu sudah tergeletak di lantai dengan mata terpejam. Aku sangat takut dan aku pun berusaha membangunkan ibu, namun tidak ada yang berubah akupun menangis dan keluar menghampiri nenek yang sedang berkebun di halaman depan dan berkata "Nenekk, kenapa ibu tertidur di kamar mandi? Kenapa ibu tidak bangun saat aku coba membangunkan ibu" dengan suara tanggissan aku mengadu pada nenek. Nenek pun terkejut, berlari ke dalam dan langsung menghubungi ambulan. 

Sesampainya di rumah sakit ibu langsung dibawa ke ruangan UGD, ku lihat nenek sedang berbicara dengan dokter dan samar-samar aku mendengar bahwa keadaan ibu sedang kritis. Kemungkinan untuk diselamatkan sangat sedikit karna kesalahan itu pada saat itu tidak mau di rawat, aku pun mendengar hal tersebut menangis di depan ruangan ibu dan menatap ke dalam ruangan melihat ibuku sedang tak berdaya. Belum sempat aku katakan keinginan ibu yang ingin aku mengundang teman-teman di ulang tahunku, namun terlambat ibu sudah tak berdaya dengan infus ditangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun