Mohon tunggu...
ZIL
ZIL Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review "Sexy Killers", Film dan Isu Terseksi Tahun Ini

13 April 2019   20:15 Diperbarui: 15 April 2019   01:53 54146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Baru-baru ini lagi reme banget nih yang ngomongin soal film dokumenter yang satu ini. Adalah Tim Ekspedisi Indonesia Biru dan rumah produksi WatchdoC Documentary yang niat banget buat bikin film yang katanya menajdi film babak terakhir dari ekspedisi mereka mengelilingi Indonesia selama setahun dalam beberapa waktu belakangan ini.

Udah banyak film sejenis yang diproduksi dari hasil ekspedisi mereka seperti film berjudul Samin vs Semen (2015), Kala Benoa (2015), The Mahuzes (2015), Asimetris (2018) dan masih banyak lagi puluhan film lainnya. Dan yang terakhir ini nih yang paling rame Sexy Killers (2019).

Oke, dari tadi kita ngomongin soal film dan Ekspedisi Indonesia Biru dan Watchdoc mulu. Jadi lupa mau bahas soal film yang sekarang lagi viral dan dinobarin (nonton bareng) plus didiskusiin sama orang Indonesia, bahkan udah ditonton sama orang Australia juga loh.

Baiklah, kembali ke topik soal film 'ter-sexy'. Jadi guys, film ini tuh udah tayang serentak di seluruh Indonesia sejak tanggal 5 April kemarin, dan rencananya tayang sampai 13 April 2019. Sexy Killers merupakan film dokumenter ke-12 dari tim Ekspedisi Indonesia Biru dan rumah produksi Watchdoc. Setelah sebelumnya sukses dengan Asimetris yang mengangkat isu perkebunan kelapa sawit, kini Watchdoc membawa tema pertambangan batu bara di Indonesia. Sexy Killers menceritakan bagaimana dampak besar pertambangan batu bara dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap terhadap masyarakat dan lingkungan.

Sexy Killers menampilkan adanya keterlibatan para pejabat dan purnawirawan di sektor pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit. Mereka terlibat secara aktif sebagai direksi, komisaris, pemilik saham dan sebagainya. Keterlibatan para pejabat ini secara tidak langsung menjadi alasan mengapa pemerintah seakan tidak menunjukkan komitmen yang kuat.

Sejumlah politisi top di Indonesia, termasuk para calon pemimpin seperti Joko Widodo, Prabowo Subianto, dan Sandiaga Uno memiliki kepentingan politik dan ekonomi yang besar dalam bisnis batu bara di Indonesia.

Jaringan pebisnis dan politisi dalam sektor pertambangan tersebut menjadi tema film dokumenter terbaru Sexy Killers yang diproduksi Watchdoc dan diputar di University of Melbourne, Kamis malam 11 April 2019.

Film tersebut mengisahkan kesulitan sejumlah warga di Kalimantan Timur untuk mendapatkan air bersih setelah ekspansi pertambangan batu bara. Seperti Nyoman, warga yang mengikuti program transmigrasi ke Kutai Kertanegara yang mengaku kehadiran perusahaan batu bara sudah memblokir aliran air ke pertanian.

Belum lagi dampak dari lubang bekas pertambangan yang berada di sekitar kawasan pemukiman warga dan sepanjang 2014-2018 telah merengut 115 nyawa.

Sejumlah politisi top di Indonesia, termasuk para calon pemimpin seperti Joko Widodo, Prabowo Subianto, dan Sandiaga Uno memiliki kepentingan politik dan ekonomi yang besar dalam bisnis batu bara di Indonesia.

Melansir ABC News, Jumat (12/4/2019), fakta lainnya yang diangkat dalam film dokumenter tersebut adalah proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di kabupaten Batang Jawa Tengah.

Warga Batang yang sebagian besarnya adalah nelayan dan petani telah berjuang selama lima tahun untuk menentang proyek pembangunan PLTU Batang, yang disebut oleh aktivis sebagai "proyek kotor".

Penentangan warga mendapat dukungan dari lembaga aktivis Greenpeace, Walhi dan Jatama yang juga pernah menduduki alat berat yang beroperasi di perairan Roban Timur.

Ditemukan fakta PLTU Batang dibangun di kawasan konservasi perairan yang kaya akan ikan dan terumbu karang.

Disebutkan dalam laporan Greenpeace, PLTU Batang menjadi pembangkit listrik tenaga uap terbesar di Asia Tenggara yang dibangun di tanah seluas 226 hektar dan "memangsa" lahan pertanian dan perkebunan produktif.

"Yang mengejutkan adalah PLTU ini akan dibangun di Kawasan Konservasi Laut Daerah Ujungnegoro - Roban, yang merupakan kawasan kaya ikan dan terumbu karang," tulisan laporan Greenpeace pada bulan Maret 2017.

Di film tersebut seorang nelayan geram sesaat setelah Presiden Joko Widodo meresmikan proyek pembangunan PLTU Batang. "Bila PLTU berdiri, anakku mau dibawa ke mana? Tak ada tempat lagi di Indonesia," ujar nelayan sambil menahan amarah dan air matanya.

"Gara-gara orang pintar, gunung dijual, laut ditanami besi."

Menurut aku ini adalah film dan isu rekomended ya g layak ditonton di tahun 2019 ini. Kabarnya ada ngebahas soal sisi gelap kubu Jokowi dan kubu Prabowo-Sandi. Apa kaitannya ya sama Pilpres 2019? Konon ada yg bilang; "jangan milih, sebelum nonton film ini"! 

Uniknya film ini tidak tayang di bioskop guys. Jadi kalo mau nonton kamu bisa nonton bareng organisasi atau komunitas yang menyelenggarakannya di kotamu masing-masing. Penasarankan?

Sumber:
www.pantau.com
bpmfpijar.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun