Puisi ini kuketik pas ke tika adzan isya.
Sengaja, biar di bilang ingat Tuhan.
Akan jadi lebih indah, dan terkesan
Seperti manusia berakhlak tinggi.
Lalu, penilaian-penilaian itu ilusi
"Sesesat-sesatnya kita, tetap saja
 masih dalam Ruang lingkup semesta.Â
Dia mengawasi, sambil disenyumi mati."Â
Kejahatan apalagi mengkebiri hati,
Ke tika menulisi puisi hanya mengingini
Sang kekasih, jatuh hati ditumpukan jerami
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!