Mohon tunggu...
Ahmad Zidan Rizqi
Ahmad Zidan Rizqi Mohon Tunggu... Guru - NIM 1903016088 PAI 1C

Mahasiswa UIN WALISONGO Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Pemahaman Mengenai Pengajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini bagi Seorang Guru

22 Oktober 2019   02:09 Diperbarui: 22 Oktober 2019   02:21 2516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah sarana bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga negara wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).

Anak usia dini merupakan periode awal yang paling mendasar dalam pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang menjadi dasar dalam kehidupan anak yang selanjutnya. Salah satu periode menjadi ciri masa usia dini adalah golden ages atau periode usia emas. Periode usia emas pada anak usia dini ditandai dengan munculnya masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain dan masa trozt alter atau masa membangkang (Suharti, 2013). Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga dikatakan sebagai golden age, yaitu usia yang berharga dibanding usia-usia selanjutnya (Isjoni, 2010). Oleh sebab itulah pendidikan anak usia dini seharusnya menjadi perhatian utama, tidak saja pemerintah tetapi setiap lapisan masyarakat.


1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD

Pembelajaran pada anak usia dini adalah kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada anak yang disesuaikan dengan tingkat usia anak dengan pengembangan kurikulum yang berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi (konten) dan proses belajar. Pembelajaran yang berorientasi pada anak usia dini yang disesuaikan dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar dapat menantang peserta didik untuk dilakukan sesuai usia anak.

Prinsip-prinsip pengembangan rencana pembelajaran yang harus dipahami oleh tenaga pendidik PAUD, adalah sebagai berikut:

  1. Sesuai dengan tahap perkembangan anak

  2. Memenuhi kebutuhan belajar anak

  3. Menyeluruh (meliputi semua aspek perkembangan)

  4. Operasional


2. Metode Pembelajaran PAUD

Metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan (Agung, 2011). Pendapat lain mengatakan bahwa metode adalah cara yang dalam berkerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan (Moeslichatoen, 2004). Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dari beberapa pendapat tersebut metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi atau perencanaan agar tujuan yang telah disusun tercapai secara maksimal.

Pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan untuk membelajarkan siswa (Sanjaya, 2007). Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sitematis agar subjek didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Sulhan, 2006).

Metode pembelajaran adalah metode yang harus dilalui untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada setting pembelajaran. Metode pembelajaran adalah metode yang diterapkan oleh guru terhadap anak didiknya di dalam kelas dalam mencapai tujuan pembelajaran (Slameto, 2010).

Dari beberapa pengertian di atas tentang metode, pembelajaran dan Pendidikan Anak Usia Dini, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran untuk Pendidikan Anak Usia Dini adalah cara yang digunakan guru atau pendidik dalam menyajikan materi kepada peserta didik yaitu anak yang berumur di bawah 6 tahun untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan sebelumnya agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan kejenjang dasar. Pelaksanaan pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui bermain secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, kontekstual dan berpusat pada anak untuk berpartisipasi aktif serta memberikan keleluasaan bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis anak (Permendikbud, nomor 137 tahun 2014).

Metode pembelajaran pada anak usia dini hendakanya menantang dan menyenangkan, melibatkan unsur bermain, bergerak, bernyanyi, dan belajar. Beberapa metode yang sering digunakan untuk pembelajaran anak usia dini antara lain sebagai berikut:

 1. Metode bermain

Bermain menurut (Mayesty, 1990:196-197) dalam Mursid adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagaiaa anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Kegiatan bermain juga dapat dijadikan metode pembelajaran. Kegiatan bermain adalah yang paling disukai oleh anak-anak. Ketika bermain anak-anak merasa gembira, tidak ada beban apapun dalam pikiran.

 2. Metode pembelajaran melalui bercerita

Menurut Mursid, metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di PAUD. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Dunia anak itu penuh sukacita, maka kegiatan harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan. Metode tersebut dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak dengan menggunakan cerita kepada anak secara lisan.

 3. Metode pembelajaran melalui bernyanyi

Mursid menyatakan juga bahwa bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari anak-anak. Hampir semua anak sangat menikmati lagu-lagu atau nyanyian yang didengarkan. Terlebih ketika nyanyian itu dibawakan oleh anak-anak seusianya dan diikuti dengan gerakan-gerakan tubuh yang sederhana. Melalui nyanyian atau lagu-lagu banyak hal yang dapat kita pesankan kepada anak-anak, terutama pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama. Melalui kegiatan bernyanyi suasana belajar akan lebih menyenangkan, menggairahkan, membuat anak lebih bahagia, menghilangkan rasa sedih, anak-anak merasa terhibur dan lebih bersemangat, sehingga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih mudah dan lebih cepat diterima serta diserap oleh anak-anak. Dengan bernyanyi potensi belahan otak kanan dapat dioptimalkan, sehingga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih mengendap di memori anak ingatan jangka panjang).

 4. Metode Pembelajaran Karyawisata

Menurut Moeslichatoen, karyawisata merupakan salah satu metode melaksanakan kegiatan pengajaran anak-anak dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung yang meliputi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,dan benda-benda lainnya. Anak-anak mendapatkan kesempatan untuk mengamati tingkah laku binatang yang ada di situ. Dengan mengamati lebih lanjut binatang yang menarik perhatiannya. Pernyataan tersebut juga ditambahi Mursid, karyawisata kaya akan nilai-nilai pendidikan karena juga dapat meningkatkan pengembangan kemampuan social, sikap, dan nilai-nilai kemasyarakatan pada anak. Sesuai dengan kemungkinan manfaat yang diperoleh oleh anak melalui karyawisata maka tujuannya dapat diarahkan pada pengembangan aspek perkembangan anak yang sesuai.

 5. Metode bercakap-cakap

Moeslichatoen menyatakan bahwa bercakap-cakap berarti saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Bercakapcakap dapat pula diartikan sebagai dialog atau sebagai perwujudan reseptif dan bahasa ekspresif dalam suatu situasi. Sedangkan tujuan metode ini adalah dapat diarahkan pada pengembangan aspek perkembangan anak yang sesuai dengan kegiatan ini antara lain adalah pengembangan aspek-aspek kognitif, bahasa, social, emosional, dan konsep diri.

 6. Metode Demonstrasi

Menurut pernyataan Mursid, Demonstrasi berarti menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan. Jadi dalam demonstrasi ditunjukkan dan dijelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Melalui demonstrasi diharapkan anak dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan dari metode ini adalah peniruan terhadap model yang dapat dilakukan, agar anak dapat meniru contoh perbuatan yang didemonstrasikan oleh guru.

 7. Metode Proyek

Metode proyek merupakan metode pembelajaran yang dilakukan anak untuk melakukan pendalaman tentang satu topik pembelajaran yang diminati satu atau beberapa anak. Selain itu metode proyek juga merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak pada persoalan sehari-hari yang harus dikerjakan secara berkelompok. Berkenan dengan hal itu Piaget dalam Mursid mengatakan bahwa kita tidak dapat megerjakan tentang suatu konsep kepada anak secara verbal, namun kita dapat mengerjakannya jika mengguanakan metode yanag didasarkan pada aktivitas anak. Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati juga menyatakan metode proyek dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pola berpikir, keterampilan dan kemampuannya untuk memaksimalkan sejumlah permasalahan yang mereka hadapi sehingga memiliki peluang untuk teris berkreasi dan mengembanagkan diri seoptimal mungkin.

 8. Metode Pemberian Tugas

Menurut Moeslichatoen, metode pemberian tugas merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada anak yang harus dilaksanakan dengan baik. Tugas diberikan diberikan kepada anak untuk memebri kesempatan mereka menyelesaikan tugas yang didasarkan pada petunjuk langsung dari guru, yang dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melakukan dari awal sampai tuntas. Tugas yang diberikan kepada anak secara perseorangan atau kelompok. Kemampuan berpikir itu meliputi kemampuan yang paling sederhana sampai pada kemampuan yang kompleks, yakni dari kemampuan mengingat sampai dengan kemampuan memecahkan masalah.

9. Metode bermain sambil belajar secara terpusat (Beyond Centre and Circle Time).
Dalam metode ini anak dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan umurnya. Setiap kelompok dibimbing oleh guru kelas. Perbandingan guru dengan murid proporsional antara 10--14 anak sehingga memungkinkan setiap siswa mendapatkan perhatian dan bimbingan yang memadai. Guru menjadi fasilitator dan mitra belajar yang baik sehingga setiap siswa belajar dari pengalaman dan bebas berkreasi sesuai dengan kemampuanya. Setiap hari anak belajar dalam sentra-sentra bermain, sehingga memungkinkan anak belajar dan berkreasi secara optimal. Sentra-sentra kegiatan tersebut menurut Siti Malaiha Dewi diantaranya:

  1. Sentra Seni dan kreatifitas

  2. Sentra alam sekitar

  3. Sentra balok

  4. Sentra persiapan

  5. Sentra musik dan olah tubuh

3. Media Pembelajaran PAUD

Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media (Syaiful Bahri Djamarah, 2010). Demikian juga menurut Mursid, media memiliki kedudukan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media; salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam bahan ajar ini jenis media tersebut Azhar Arsyad membagikan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: media visual, media audio dan media audio visual.

  1. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. Jenis media visual ini nampaknya yang paling sering digunakan oleh guru pada lembaga pendidikan anak usia dini untuk membantu menyampaikan isi dari tema pendidikan yang sedang dipelajari. Media visual yang sering digunakan antara lain; Gambar atau foto, Sketsa, Diagram, Bagan, Grafik, Kartun, Poster, Peta atau Globe, Papan Planel, dan Papan Buletin.

  2. Media Audio

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Contoh media audio yaitu program kaset suara dan program radio.

3. Media Audio-Visual

Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio-visual ini maka penyajian isi tema kepada anak akan semakin lengkap dan optimal. Peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar yaitu memberikan kemudahan bagi anak untuk . Contoh dari media audio visual ini di antaranya program televisi/video pendidikan/instruksional, program slide suara, dsb.

KESIMPULAN

Menurut penjelasan terkait pentingnya pemahaman mengenai pengajaran pada PAUD bagi seorang guru, yakni mencakup:
Prinsip-prinsip pengembangan rencana pembelajaran yang harus dipahami oleh tenaga pendidik PAUD diantaranya sesuai dengan tahap perkembangan anak, memenuhi kebutuhan belajar anak, menyeluruh (meliputi semua aspek perkembangan) dan juga operasional.
Metode pembelajaran untuk Pendidikan Anak Usia Dini adalah cara yang digunakan guru atau pendidik dalam menyajikan materi kepada peserta didik yaitu anak yang berumur di bawah 6 tahun untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan sebelumnya agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan kejenjang dasar. Beberapa metode yang sering digunakan untuk pembelajaran anak usia dini antara lain metode bermain, metode pembelajaran melalui bercerita, metode pembelajaran melalui bernyanyi, metode pembelajaran karyawisata, metode bercakap-cakap, metode demonstrasi, metode proyek, metode pemberian tugas, metode bermain sambil belajar secara terpusat (Beyond Centre and Circle Time).
Azhar Arsyad membagikan menjadi tiga kelompok besar mengenai jenis media pembelajaran PAUD, yaitu: media visual, media audio dan media audio visual.

DAFTAR PUSTAKA
Hijriati. 2017. Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Banda Aceh.
Lasaiba, Djamila. 2016. Pola Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini di Lingkar Kampus IAIN Ambon. Ambon.
Sriwahyuni, Eci. & Nofialdi. 2016 Metode Pembelajaran yang digunakan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Permata Bunda. Batusangkar.
(https://www.kompasiana.com/shobahbahar/54f84126a33311d45d8b47e1/mengapa-pendidikan-anak-usia-dini-sangat-penting)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun