Mohon tunggu...
Zidan Fathur Rahman
Zidan Fathur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Many a little makes a mickle

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Soekarno Muda dan Bandung Selatan: Perjalanan Melahirkan Ideologi

6 Juni 2022   08:36 Diperbarui: 6 Juni 2022   08:45 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 6 Juni 1901 Koesno Sosrodihardjo dilahirkan di Peneleh, Surabaya. Ayahnya berprofesi sebagai guru dan ibunya merupakan keturunan bangsawan dari Bali. 

Ketika berumur sebelas tahun, Koesno berganti nama menjadi Soekarno, dikarenakan ia sering sakit (dalam budaya Jawa, mengganti nama dapat mengatasi sakit-sakitan).

Pernah mendapat penyebutan nama Achmed saat naik haji. Dalam versi yang pernah dikemukakan oleh Dr. Fahruddin Faiz, nama tersebut didapatkan adalah untuk memudahkan dalam imigrasi, karena di luar negeri susah akan nama yang hanya satu kata.

Soekarno bersekolah pertama kali di kota Tulungagung, Jawa Timur. Di tahun 1915, berkat bantuan dari kawan ayahnya, H.O.S Tjokroaminoto, ia diterima di Hogere Burgerschool. Sewaktu studi di HBS, Karno tinggal bersama Tjokroaminoto, dari organisasi yang dipimpin oleh Tjokro pula ia mengenal banyak tokoh, seperti Musso dan Agus Salim. 

Setelah lulus dari HBS, Soekarno Muda beranjak ke Bandung dan melanjutkan pendidikannya di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB). Disana ia tinggal di kediaman Haji Sanusi, sahabat karib gurunya, yakni Tjokroaminoto.

***

Suatu hari, Bung Besar bolos kuliah, malah jalan-jalan disekitar Bandung Selatan. Dengan mengayuh sepedanya sampailah di satu pesawahan, dan bertemu seorang petani yang sedang mencangkul sendirian. 

Setelah ditanyai identitas diri, si petani tersebut bernama Aen (di Sunda biasanya kalau memanggil nama seseorang ditambah dengan Mang atau Kang). Ia memiliki sebidang lahan yang digarapnya sendiri dan alatnya pun dia punya.

Namun, dengan kepemilikan secara pribadi, tidak menjadikannya kaya, hidupnya tetap dalam kemiskinan.   

Soekarno Muda berpikir bahwa adanya sistem yang menindas. Penamaan Marhaen pun dalam satu versi berasal dari nama si petani, Mang Aen, yang ditujukan kepada rakyat kecil yang tertindas.

Dari perjalanan tak nentu arah, kemudian tercetuslah ideologi yang dinamai Marhaenisme, yang pada esensinya merupakan sebuah ideologi perjuangan yang terbentuk dari Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

***

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia lahir sebagai hasil peleburan tiga organisasi mahasiswa yang berasaskan Marhaenisme ajaran Bung Karno.

Sebagai organisasi perjuangan, kader-kader GMNI tidak saja dituntut berjuang dan berpihak pada kepentingan rakyat, tetapi sekaligus berjuang bersama-sama rakyat untuk melawan segala macam bentuk penindasan yang diakibatkan oleh sistem kapitalisme, imperialisme, kolonialisme dan feodalisme.

GMNI selaku pewaris tunggal pemikiran-pemikirannya Bung Karno telah banyak memberikan sumbangsih terhadap masyarakat, khususnya di Kabupaten Cianjur. Kiprahnya dalam memperjuangkan hak-hak rakyat juga telah betul-betul di implementasikan oleh kader-kader GMNI Cianjur. Pada sekitar tahun 2016, masa kepemimpinan Bung Roni Nurpalah, DPC GMNI Cianjur melakukan pendampingan untuk membantu masyarakat Kampung Salacau, Kecamatan Sukaresmi yang pada waktu itu kurang lebih 150 KK rumahnya belum teraliri listrik. 

Begitupun ketika 2018, saat terjadi konflik agraria (X-HGU red-) di daerah Pasir Luhur, Kecamatan Takokak, antara masyarakat penggarap dengan pemilik perusahaan, dan setelah diperjuangkan oleh kader-kader GMNI, hasilnya BPN Cianjur mengeluarkan surat tertulis yang isinya pro terhadap rakyat. 

Perjalanan panjang kader-kader GMNI Cianjur dalam memperjuangkan hak-hak rakyat tidak perlu diragukan lagi. Kejadian diatas baru sebagian dari apa yang sudah diberikan GMNI Cianjur kepada masyarakat, dan apalagi kalau dengan DPC-DPC GMNI se-Indonesia lainnya yang sama-sama berjuang dan berkorban untuk memperjuangkan seluruh penderitaan rakyat. 

Hal ini menjadi catatan penting, bahwasanya Marhaenisme sebagai ideologi serta azaz perjuangan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), sudah sangat relevan untuk melaksanakan cita-cita luhur para Founding Father bangsa ini dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yaitu Sosialisme Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun