Mohon tunggu...
Zia Fauzia
Zia Fauzia Mohon Tunggu... Lainnya - Dahulukan Kebutuhan Dibandingkan Keinginan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kemana-mana pakai Sendal jepit n masker 😌😷

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Air Mata Lampu Merah dari Sorong untuk NTT

6 Mei 2021   19:12 Diperbarui: 6 Mei 2021   19:32 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toh, ia bukan  pejabat atau pengusaha kaya raya yang  sulit tidur lantaran memikirkan bagaimana menganakpinakkan  kekayaan itu. Ia bukan anggota DPR yang terus mengatur dasinya di gedung megah yang sulit membedakan jin dan manusia, dalam keadaan tidur di ruang DPR tetap saja dibayar uang duduk. Reses untuk mendengar keluhan rakyat, juga dibayar. Terus-menerus mencatut nama rakyat agar mendapat pekerjaan di Senayan. 

Mungkin sangat sedikit DPR seperti  Melky Lakalena yang menyumbangkan mobil dan genset untuk meringankan penderitaan para korban. Lebih hebat lagi,  ia mengusulkan bencana NTT menjadi bencana nasional. Sebagai wakil rakyat, ia sungguh tahu, dampak bencana ini sangat luar biasa. Ia sungguh paham, pemulihan membutuhkan banyak hal dan lama.

Kisah-kisah kemanusiaan  semacam ini tentu saja ada juga di kota-kota lain yang kini sedang  giat  menggalang bantuan. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa telah melepaskan 30 truk yang mengakut makanan, pakaian obat-obatan, dan pakaian menuju NTT. Sumatra Barat telah mengirimkan 1.5 ton rendang ke NTT. Satu miliard  rupiah dari Sulawesi Selatan. Inilah realitas rasa diri keindonesiaan yang tanpa sekat, saudara rasa sedarah melampaui pulau, lautan, dan meretas batas apapun. Ketahuan, Indonesia adalah negara bangsa yang tangguh karena keberagamannya.  Berduka dan berkabung menjadi ikhwal untuk beriktiar menguatkan solidaritas rasa diri keindoneiaan itu.

Kesadaran seperti itulah yang mengaransemeni motivasi kemanusiaan dan keindonesiaan Syafrudin Sabonnama datang ke NTT. Padahal, NTT bukan daerah pemilihannya, bukan pula  karena jadwal reses. Ia mengatakan, "Kita memang berbeda  secara suku, ras, agama, atau golongan, kita tidak sedaerah, kita tidak sedarah, tetapi Tuhan yang menciptakan kita satu. Setiap kita harus ambil peran dalam aksi nyata. Karena setiap musibah harus menjadi ajang untuk saling menguatkan, bukan saling melemahkan, bukan saling menghujat. Maka aksi spirit lampu merah menjadi bukti bahwa kasih harus menembus batas."

Safrudin Sabonnama sedang memimpin konser  kemanusiaan dan orkestra keindonesiaan yang memuliakan persaudaraan,  menebas sekat, dan meranumkan saudara rasa sedarah. Mereka datang bukan hanya membawa barang dan uang, melainkan membawa kasih yang ditinggalkannya di sini. Sebab, mereka tahu, benda yang paling keras bukanlah besi, melainkan hati. Mereka pun tahu, Tuhan ada "di" dan "antara" kita.

Oleh Marsel Robot

Dosen FKIP Undana (Kupang)

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun