Mohon tunggu...
Zhuull
Zhuull Mohon Tunggu... Full Time Blogger - admin counter

hobi mengkaji, menulis materi ilmu tasawuf

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aku dan Suluk (Hakikat Mengenal Diri)

21 Mei 2022   14:02 Diperbarui: 21 Mei 2022   14:17 4321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Posbelitung.co - Tribunnews.com

dalam kehidupan sehari hari sering sekali kita menyebut kata "aku", kita merasa tau dan oandai dengan ilmu bahasa yang kita miliki sampai sampai tanpa sadar merampas hak allah dengan cara menyebut diri sebagai aku. aku adalah sebuah kata pengakuan kepemilikan pada diri. dengan kata lain jika kita menyebut aku maka itu artinya 99% kita telah mengakui bahwa diri kita ini adalah milik kita. padahal segala sesuatu adalah milik allah.

jarang sekali orang yang tidak mau menyebut kata aku, atau kalau menyebut hanya karna terpasa semata, kebanyakan orang merasa bebasnya menyebut kata "aku" kecuali hanya beberapa orang yang hatinya telah di terangi oleh nur makrifat. para waliullah mengetahui siapa dirinya dan milik siapa dirinya itu, sehingga di tidak berani menyebut kata "aku" dan jikapun dia sebutkam kata "aku" maka maknanya berbeda jauh dengan arti yang di pahami orang orang di dalam kehidupan sehari hari, dan jikapun di jelaskan maka akan mengatakan dirinya gila, sesat, kafir, atau minimal orang akan bingung.

aku, apa dan siapakah aku ini, kata ini belum tentu bisa di jelaskan oleh seorang propesor, doktor, insiyur sekalipun. mereka hanya mengerti kata "aku" hanya berdasarkan makna harfia semata tetapi secara hakikat kemingkinan besar mereka tidak memahaminya. di dalam kehidupan sehari hari manusia selalu menganggap titel gelar itu sebagai tanda kecerdasan, sehingga semua orang yang bertitel dan bergelar di anggap cerdas, jika berhadapan dengan mereka maka sudah geger duluan sebelum pertemuan. dan kebanyakan manusia menjilat pada mereka karna menganggap mereka pandai, padahal titel, gelar, pangkat, jabatan,harta, popularitas, itu demua adalah hijab bagi mereka dalam memahami ilmu hakikat. sedikit sekali orang yang di titipkan oleh allah semua itu tapi memahami ilmu hakikat (tasawuf) bahkan seakan nyaris mustahil orang seperti itu mampu mencapai makom fana bagi orang yang telah merasakan perjalanan batin tersebut. sebab apa? itu semua di sebabkan karna semakin pandai manusia, bertitel, bergelar, berangkat, berjabatan, berharta, berpopularitas maka semakin sombong pulah mereka.

keseombongan di sini bukan seperti yang kita pahami dalam keseharian tapi kesombongan di sini adalah tertutupnya hati dalam menerimah kebenaran, jika mau mendengar nasehat maka mereka akan lihat lihat orangnya dahulu, kan gengsi seorang doktor di nasehati oleh seorang pemulung, kan gengsi jika jendral di nasehati tukang koran, kan gengsi kalau artis di nasehati pengamen, "emang siapa lu, pake nasehatin gua gua lebih sukses dari pada lu" mungkin itulah yang mereka rasa. padahal rosul saw bersabda:


"terimalah kebenarna walaupun dari budah hitam legam sekalipun".

seperti itulah kehidupan kita di masa sekarang. segala sesuatu hanya di ukur dengan dunia semata, jika seperti itu kapankah kita akan mengenal hakikat sebenarnya dari diri kita ini. jika mau jujur kepada diri kita sendiri maka kita lebih sering sombong dari pada tawaduk dan bersikap arif, apa lagi jika kita belum mengerti sama sekali ilmu batin (tasawuf). saya apresiasi pada saudara saudara kita yang rajin belajar itu, saking inginya mereka mengenal diri dan mengenal allah mereka rela belajar dari sosmed. meskipun sudah di peringatkan bahwa siapa yang belajar tanpa guru maka yang menjadi gurunya adalah setan, tapi mereka tetap belajar, karna memang allah sendiri sudah berfirman:

           

Setan berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka"

di riwayat lain di kisahkan setelah iblis berkata:

"Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.

dan setelah itu allah berfirman:

"silahkan wahai iblis, kau memang bisa mengoda mereka tapi 1 yang tidak bisa kau goda yaitu yang ikhlas kepadaku.

itu adalah janji dan jaminan allah, bahwa siapa saja yang ikhlas kepada allah maka iblis tidak berdaya di hadapanya. tapi yang menjadi masalahnya itu ikhlasnya ini adalah ikhlas yang bagaimana? jika ikhlas pada manusia tapi masi mengaharap imbalas dari allah berupa pahala dan syurga maka itu adalah ikhlas yang palsu namanya. ikhlas yang sebenarnya adalah melakukan amal ibadah tanpa mengharap imbalan apapun dari allah dan dari mahluk.

tidak mengharap orang yang kita tolong membalas jasa kita, bahkan kita tidak perna merasa menolong dan berjasa karna hakikatnya segala perbuatan baik di lakukan oleh allah.

tidak mengharap pahala dan syurga,

tidak mengharap hal, ahwal, kasyaf, warid dan terminologi tasawuf lainya.

tidak mengharap karomah, ilmu dan lain lain.

itu semua karna yang diharapkan hanya allah semata. bukan apapun selain allah. itulah yang di sebut ikhkas yang sebenarnya. jika orang telah seperti itu maka dengan sangat mudah dia akan memasuk alam suluk, dan dengan sangat mudah mengarungi perjalanan batinya, sebab dia hanya berjalam luris semata tanpa mampir dulu ke kiri dan kekanan, dan karna keikhlasanya itulah maka allah akan menuntun, membimbing, dan memimpin langkah batin kita, sehingga tidak jarang orang yang seperti ini mampu menyalib orang orang yang kebih dahulu bersuluk dari pada dirinya, temanya sudah bersuluk selama 5 tahun tapi gak wushul wushuk tapi dia bersulu cuma 1 tahun pati sudah wushul. tapi di luar itu semua segaka sesuatunya telah di tentukan dan di takdirkan allah. sebab hakikatnya bukan mereka yang melakukanya tapi allahlah yang melakukan semua itu. dan setelah wushul itulah maka kita baru mengetahui siapa "aku" yang sebenarnya. sehingga tidak mengaku ngaku, ini uangku ,ini motorku, ini mobil ku, itu rumahku, pesawat itu peasawatku, kapal pesiar itu kapalku, semuanya milik ku, padahal itu semua adalah milik allah. tidak juga merasa berjasa "kalau gak oleh aku" kalau gak oleh aku" padahal yang berbuat hakikanya adalah allah semata.

semoga saja kita mampu mengetahui harga diri kita ini, sehingga minimal kita tidak stres jika bangkrut karna harta itu semuanya milik allah, dan sekarang dia mengambilnya.

tidak stres jika di tinggal pasangan, anak, keluarga, teman, tetangga, baik di tinggal pergi maupun di tinggal mati karna memang mereka milik allah, bukan milik kita.

jika kita mengerti dan mengetahui hakikat diri maka kita akan tau bahwa dirikita ini adalah:

bukan apa apa.

buka siapa siapa.

tak punya apa apa.

tak tagu apa apa.

tak bisa apa apa.

jika sudah seperti itu maka di mana lagi letak kesombongan? jawabanya adalah pada lengakuan diri kita, kita pandai sekali mengaku ngaku, merasa rasa, bahwa diri kita telah mencapai makom hakikat, bahwa kita telah ahli ilmu tasawuf, dan kita telas merasa ikhlas pada allah, memang seperti itulah kita, kita sungguh sudah sangat terlatih oleh iblis di dalam menjerumuskan diri kita sendiri kedalam perbuatan dosa. maka jika begitu, jangan sibuk memperkirakan makom diri tapi serahkanlah perkara makom itu pada allah, sebab lebih baik kita tidak mengetahui makom diri kita sendiri, sehingga tertutuplah pintu maksiat batin seperti ujub, takkabur, ria, iri, dan lain lain.

itu aja dulu update dari kami hari ini, jangang lupa, komen, follow, dan juga kunjungi wab kita sob, di: https://zhuull-islami.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun