Mohon tunggu...
Zhuull
Zhuull Mohon Tunggu... Full Time Blogger - admin counter

hobi mengkaji, menulis materi ilmu tasawuf

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Aku atau Roti? (Mengesakan Allah)

17 Mei 2022   20:13 Diperbarui: 17 Mei 2022   20:20 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mendengar itu si istri (putri waliullah itu) ingin pergi dari rumah, dan kembali ke rumah orang tuanya. menyaksikan itu sang suami berkata:

"sudah ku kira sejak awal, bahwa kau tak akan cukup sabar hidup besamaku yang miskin ini" dia mengatakan dengan nada merendahkan, karna dia merasa si istri tidak mengerti apa apa terhadap ilmu hakikat"

tapi si istri menjawab:

"bukan karna tidak sabar hidup miskin aku ingin pergi darimu, tapi karna kau telah menyimpan roti yang kemarin hanya untuk hari ini, di mana keyakinanmu terhadap allah, bahwa allah pasti akan menjamin dan memberikan rizki padamu setiap hari?

dulu ayah menjanjikan padaku bahwa dia akan menikahkan ku dengan hamba allah yang sebenarnya, tapi ternyata aku hanya di nikahkanya dengan seseorang yang sampai saat ini ternyata masi menyembah dunia".

mendengar kata kata istrinya sang suami tersadar, dia teringat semua yang di ajarkan dulu oleh para gurunya, lalu berkata:

"wahai istriku maafkan aku, aku tau aku telah mendukan allah dan telah menyekutukan allah hanya dengan roti itu, sekarang aku  harus bagaimana?" tanya suami.

sang istri menjawab:

"kau tinggal pilih saja, antara aku atau roti itu"

ini bukan hanya sekedar kisa atau cerita, tapi ini mengandung sebuah ajaran yang sangat dalam maknahnya di dalam menyembah dan mengabdikan diri pada allah.

si istri berkata bahwa kau (suaminya) telah menyekutukan allah hanya dengan roti itu. ketahuilah bahwa memang seperti itukah seharusnya batin kita di dalam meng-esahkan allah. jika kita lebih yakin pada roti dari pada allah maka itu sama saja dengan kita telah menyekutukan allah dengan roti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun