Benteng yang dibangun mengelilingi kompleks istana dan berfungsi sebagai benteng pertahanan ini terdiri dari bastion-bastion, pintu gerbang, benteng kecil, parit, dan sistem persenjataan seperti meriam. Selain itu, juga terdapat masjid kuno, makam-makam sultan, dan peninggalan lainnya yang telah berusia kurang lebih setengah abad.
Tidak ada tiket masuk yang perlu dibayar untuk memasuki kawasan benteng ini. Pengunjung yang masuk juga memiliki area yang lapang untuk memarkirkan kendaraannya sembari menikmati kemegahan benteng dan pemandangan Pulau Buton dari ketinggian sini. Batu-batu benteng masih sangat kokoh untuk ditapak oleh pengunjung lokal maupun mancanegara.
Berbagai tanda yang telah ditinggalkan oleh waktu, dan alam sungguh membekas pada batu-batu tersebut. Setiap lubang besar dan kecil pada batu yang terbentuk karena pukulan air hujan dari masa ke masa, serta aneka lumut yang agak mengering saat dikunjungi kala Baubau sedang bercuaca panas.
Kini, di dalam benteng masih terdapat rumah-rumah penduduk berarsitektur Buton yang dihuni oleh masyarakat setempat. Pohon-pohon berbuah tropis, dan tanaman-tanaman berbunga indah tumbuh subur di depan rumah mereka. Adapun warga yang juga berbisnis di rumahnya, seperti menjual makanan, minuman, dan pulsa. Suasana cukup tenang di sini, kicauan burung, dan suara hewan-hewan peliharaan warga terdengar dengan jelas. Terdapat pula saung-saung yang dibangun untuk berehat, gerobak-gerobak penjual makanan (seperti bakso ayam dan sapi), serta tong-tong sampah di berbagai titik untuk memastikan kebersihan lingkungan terjaga.
Berdasarkan penuturan warga lokal, bila pagi sejuk, pengunjung Benteng Wolio dapat melihat pemandangan berkabut. Sedangkan kami berkunjung di sore hari, sehingga kebagian menikmati keindahan senja di sini. Garis-garis oren matahari perlahan-lahan membentang, menipis dan menghilang ke balik ufuk barat.
Dahulu kala, Benteng Keraton Buton yang merupakan benteng pertahanan sehingga musuh di luar tidak bisa melihat kondisi dalam benteng, kini menjadi tempat untuk pengunjung mengagumi kekokohan warisan kuno dan keindahan Pulau Buton. Satu sisi bisa melihat ke arah laut dan kapal-kapal yang berlayar, satu sisi melihat ke kota Baubau, serta banyaknya pohon kapas yang menjulang tinggi di beberapa sisi benteng.
Selain itu, pariwisata kini juga didukung oleh kreativitas lokal dan kecanggihan teknologi. Tingginya minat wisatawan ditemani pemandu yang bisa menjelaskan sejarah suatu tempat, sekaligus membantu mendokumentasikan liburan dari berbagai arah menjadi suatu tren yang mendorong kreativitas lokal di dunia pariwisata. Setiap sisi benteng dapat menjadi tempat foto estetik, bahkan dengan kamera drone dapat terbang tinggi memotret kemegahan benteng dari dalam maupun luar.