Mohon tunggu...
Zhilan Zholila Hardi
Zhilan Zholila Hardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Edukasi

welcome!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuliah Daring: Tameng dari Sistem Pendidikan Vakum

23 Juni 2021   21:16 Diperbarui: 23 Juni 2021   21:24 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sistem perkuliahan saat ini tidak akan jauh dari kata "Daring". Kata yang biasa disebut daring ini merupakan singkatan dari "Dalam Jaringan". Banyak Perguruan Tinggi (PT) yang menggunakan sistem daring demi meminimalisir penyebaran Covid-19. Kebijakan tersebut memperkuat optimalisasi penggunaan sarana teknologi komunikasi. Kemudian kita mengenal istilah "Elearning". Seketika teringat Universitas Illinois, Urbana-Champaign? Ya, tempat itulah pertama kalinya elearning dimulai.

Pada tahun 1960, Professor Don Bitzer menciptakan elearning dengan menggunakan Sistem Instruksi Berbasis Komputer (Computer--Assisted Instruction) yang dijalankan di computer PLATO.  Kini kita mengulang kembali ke tahun 1990. Kenapa tahun 1990? Era dimana CBT (Computer-Based Training) atau Pelatihan Berbasis Komputer mulai bermunculan. Begitupun dengan kondisi saat ini, berbagai institusi berlomba-lomba dalam menyelisik cara-cara yang efektif demi mentrasmisikan sistem pengajarannya.

Kuliah online dengan aplikasi "Video-Conference", penilaian dan pengiriman tugas dilakukan dengan sistem online, begitupun absensi kehadiran. Dalam menggantikan pembelajaran tatap muka secara langsung, "zoom" merupakan salah satu platform yang  digunakan di berbagai institusi. Menurut penulis, perkuliahan online sama seperti perkuliahan "up to me". 

Mengapa demikian? Banyak yang berfikir bahwa dengan perkuliahan secara daring tentunya dapat memperkecil penyebaran covid-19? Ya, tentu saja. Namun, apakah mencakupi harapan pembelajaran tersebut dapat produktif dan efektif? Terkadang justru mereka merasa bebas dalam perkuliahan. Mereka menggunakan prinsipnya masing-masing. Misalnya melaksanakan perkuliahan sambil rebahan, membersihkan rumah, belanja di warung, travelling, dll. Sehingga keseriusan dalam memahami materi pun menurun.

Berdasarkan pengalaman penulis, hingga saat ini memahami pembelajaran secara virtual bukan hal yang sangat mudah. Karena disaat pandemi seperti ini, perkuliahan yang seharusnya praktik secara langsung terpaksa dilakukan dengan cara virtual. Hal yang biasanya berdiskusi langsung dengan teman ataupun dosen, kini hanya melihat layar gadget atau laptop berjam-jam sambil berfikir kritis. Tentu saja hal tersebut membuat kita mudah mengantuk dan bosan. 

Kemudian muncullah kendala-kendala yang lain seperti terjadi pemadaman listrik, terkendala jaringan, kuota habis, hal itu membuat perkuliahan menjadi tidak efektif. Banyak yang beranggapan bahwa kuliah secara daring sama halnya dengan tidak kuliah. Mengapa demikian? Karena kita tidak merasakan bagaimana proses perkuliahan yang sebenarnya. Dengan begitu, perkuliahan daring butuh kreatif dan inovatif yang akhirnya bisa menghidupkan suasana perkulihan walaupun secara virtual.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun