Mohon tunggu...
Zefirinus Lewoema
Zefirinus Lewoema Mohon Tunggu... The writer is a PhD candidate at the Knowledge, Technology and Innovation Chair Group, Wageningen University and Research, The Netherlands. A former recipient of the International Fellowship Program and now an LPDP-RI Scholarship awardee, he writes passionately about indigenous knowledge, post-colonial perspectives, traditional farming, and the future of rural communities.

Penggemar buku, tulisan dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pater Paulus, Guru Bahasa Latin

14 Agustus 2025   11:37 Diperbarui: 14 Agustus 2025   11:37 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tawanya pun khas: setengah pelan, hangat, menular. Dan di setiap cerita, selalu ada pelajaran yang membekas.

Tapi kenangan tentang beliau bukan hanya tentang cerita dan tawa. Ada kekaguman mendalam atas cara hidupnya. Beliau nyaris tak pernah mengeluh sakit. Bahkan saat lututnya melemah, ia tetap hadir di kelas dengan senyum.

"Tubuh ini boleh lelah," ujarnya sambil menepuk bukunya, "Tapi pikiran ini masih ingin bermain."

Kami tahu, kami sedang belajar dari seorang guru sejati, bukan hanya dalam linguistik, tetapi dalam ketabahan dan kerendahan hati.

Di ruang makan, nama beliau kerap disebut dengan hormat. Kadang kami saling melempar teka-teki Latin:

"Apa bahasa Latin untuk 'aku lapar'?"

"Esurio!"

"Kalau sangat lapar?"

"Esurio mortem! - Aku lapar sampai mati!"

Dan kami tertawa seperti ada lelucon khusus di balik kata-kata itu, hanya kami yang paham, anak-anak Pater Paulus.

Kini, dari cerita seorang kawan yang dosen di Ledalero, Pater Paulus telah pergi ke Biara Serikat Sabda Allah, berdiam di sana karena Seminari San Dominggo telah "sepakat" berpisah dengan Gunung Lewotobi. Tubuhnya mungkin melemah dan suaranya kian pelan. Tapi kenangan tentangnya tetap kuat di hati kami. Ia pernah mengutip:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun