Mohon tunggu...
iza chan
iza chan Mohon Tunggu... Guru - Seorang pengembara yang belum mau pulang

Pembelajar di keheningan senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebuah Perjalanan Antarbenua Menembus Covid-19

13 Agustus 2020   19:45 Diperbarui: 9 Juni 2021   07:33 2602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana di bandara saat periksa suhu tubuh dan menyerahkan dokument yang telah diisi | Dok. Pribadi

Setelah itu, sekitar pukul 8-an kami berangkat ke lantai 3 untuk menjalani tes PCR dan duduk sesuai dengan nomor meja yang diberikan sore kemarin. Semuanya masih aman dan tertib serta semua peserta memakai masker dan shield. Semua petugas memakai pakaian APD. 

Tiba giliran saya untuk tes PCR. Setelah mengecek dokumen untuk tes PCR dan memeriksa kembali suhu tubuh, seorang petugas memasukan alat seperti catton bud Panjang sekitar 10 cm ke dalam masing-masing lubang hidung sampai pangkal tenggorokan dan memutar-mutarnya selama beberapa detik di sana. 

Saya terbatuk, tapi mereka melarang saya melakukan itu dan meminta saya untuk menahan diri dan tenang.

Air mata menggenang di pelupuk mata saya. Pedih luar biasa tapi saya harus menahan diri. Setelah proses PCR selesai, kami diminta kembali ke kamar masing-masing.

para TKW, TKI dan ABK dan mahasiswa 1 group dengan saya | Dok. Pribadi
para TKW, TKI dan ABK dan mahasiswa 1 group dengan saya | Dok. Pribadi
Selama lebih kurang 3 hari (dari Sabtu sore sampai Selasa) saya menunggu di wisma ini sampai selasa siang hasil tes PCR keluar. Ketua grup mengambil hasil tes dan membagi-bagikan hasilnya kepada 20 orang grup kami yang datang pada hari yang sama Sabtu itu.

Salah satu peserta meminta pulang duluan karena ibunya sakit dan sebagai konsekuensinya ia harus membayar sekitar 2,5 juta agar hasil PCR-nya segera keluar. 

Alhamdulillah 21 orang tersebut negatif semua sehingga kami diperbolehkan pulang. Namun, ketika kami pulang dan keluar dari Wisma Atlet, kami didata kembali dan sang penjemput harus memberikan nomor plat kendaraan mereka untuk didata oleh petugas.

hasil PCR kami yang alhamdulillah negatif semua | Dok. Pribadi
hasil PCR kami yang alhamdulillah negatif semua | Dok. Pribadi
Selama di Wisma saya mencoba mencari informasi tentang situasi sebelumnya. Dulu informasinya bahwa tinggal di wisma sama sekali tidak nyaman karena kurang bersih dan pembagian makanan tidak berlangsung dengan baik. 

Berbeda dengan yang saya alami selama 3 hari di sini, kamarnya bersih standar hotel dan makanan 3 kali sehari plus 1 snack pukul 9 pagi.

Salah seorang OB kontrak yang pernah bekerja di Hotel Borobudur dan bertanggung jawab di lantai 5 itu mengatakan kepada saya karena situasi sebelumnya memang crowded dengan banyaknya TKW/TKI/OB yang pulang ke Indonesia sehingga penghuni Wisma Atlet membludak. 

Belum sempat OB membersihkan kamar dengan disinfektan setelah ditinggalkan penghuni berikutnya, penghuni baru sudah masuk, sehingga kamar-kamar yang belum dibersihkan itu sudah ditempati oleh penghuni baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun