Mohon tunggu...
Zayyinul Hikam
Zayyinul Hikam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN KHAS Jember

tidak ada kata terlambat untuk belajar. jika kalian merasa terlambat, maka tunggulah kesusahan akan menghampirimu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Humanistik dan Dampaknya Terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

18 Juni 2021   13:15 Diperbarui: 18 Juni 2021   13:31 3737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Secara umum pengertian teori belajar humanistik ialah perilaku fisik dan mental yang memaksimalkan proses pengembangan pribadi. Pembelajaran khusus dimaknai sebagai upaya menguasai simpanan pengetahuan untuk langkah dalam membentuk kepribadian yang kompleks. Pertumbuhan fisik tidak mempengaruhi perkembangan perilaku. Perubahan dan perkembangan yang terjadi hanya dalam proses pembelajaran, seperti perubahan kebiasaan, pengetahuan, sikap dan kemampuan teknologi lainnya. Berdasarkan teori ini, manusia dianggap sebagai subjek utama kehidupan serta perilaku manusia memiliki hak untuk bebas mengembangkan sikap dan kepribadiannya. Namun, dari perspektif ini, pembelajaran bertujuan untuk menghasilkan orang-orang dengan sifat perilaku yang luar biasa. Hal ini terlihat ketika siswa menjadi sadar akan dirinya sendiri dan menjadi akrab dengan lingkungan sekitarnya. Siswa dibimbing dan dididik untuk memaksimalkan harga dirinya. Humanistik berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang individu daripada sudut pandang pengamat atau evaluator. . 

TOKOH TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Abraham Maslow.

Teori  Abraham Maslow
Dalam pandangan humanism, teori ini mendorong agar potensi yang dimiliki peserta didik sebelumnya akan terus berkembang, dan memiliki kebebasan untuk menemukan jalan hidupnya melalui akal pikirnya sendiri tanpa pengaruh dari orang lain. Teori Humanistik memandang bahwa peserta didik merupakan subjek yang merdeka untuk dapat menetapkan tujuan hidup dirinya. Peserta didik harus dituntun dan dibimbing agar dapat memiliki sifat tanggung jawab terhadap kehidupannya sendiri dan juga orang-orang di sekitarnya Pembelajaran humanistik menempatkan fokusnya terhadap pembelajaran yang dapat membangun komunikasi dan hubungan individu dengan individu maupun individu kepada kelompok di sekelilingnya. Edukasi bukan sekedar untuk mengalihkan khazanah ilmu pengetahuan, mendorong kecakapan berbahasa dan komukiasi para peserta didik, namun juga sebagai bentuk wujud pertolongan agar peserta didik mampu untuk mengaktualisasikan derta mengekspresikan dirinya secara relevan dengan tujuan pendidikan yang dipelajari. Edukasi yang sukses dapat dilihat berupa satu bentuk perubahan kecakapan dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik sehingga dapat mencapai tujuannya, yaitu menjadikan manusia yang unggul dan bijaksana dalam bersikap dan berperilaku.  Menurut pandangan Maslow, pemuasan terhadap kebutuhan seseorang dapat dimulai dari tingkatan yang paing bawah, yaitu: 1) fisiologis, 2) rasa aman, 3) cinta dan rasa memiliki, 4) harga diri, 5) aktualisasi diri.

Teori  Carl Rogers

Carl Rogers Carl Rogers lahir di Oak Park, Illinois pada tahun 1902 dan meninggal di La Jolla, California pada tahun 1987. Sebagai seorang anak, Rogers tidak memiliki banyak teman, jadi dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca. Dia suka buku petualangan, tapi dia membaca setiap buku yang dia temukan, termasuk kamus dan ensiklopedia. Dia belajar sejarah dan sejarah pertanian di University of Wisconsin. Pada tahun 1928, Rogers menerima gelar master dalam bidang psikologi dari Universitas Columbia dan kemudian gelar doktor dalam psikologi klinis dari Asosiasi Pencegahan Pelecehan Anak (Child Research Division of the Child Abuse Prevention Association) di New Rochester) New York. Mencapai tujuan adalah salah satu area di mana ide-ide Rogers terus berdampak. Menetapkan dan mencapai tujuan adalah bagaimana orang mengatur kehidupan mereka untuk menuju hasil yang diinginkan dan memberi makna pada aktivitas sehari-hari mereka. Menetapkan tujuan itu mudah, tetapi menetapkan tujuan yang tepat bisa lebih sulit dari yang Anda kira. Rogers menyebut, penyebab kecemasan psikologis ialah ketika diri ideal seseorang tidak sepenuhnya terhubung dan tidak sesuai dengan indranya, atau ketika diri ideal adalah dirinya sendiri. Ini tidak cukup untuk kesenjangan dan dapat mencapai berbagai tujuan. Seseorang memilih pendekatan.

Teori Habermas 

     Habermas percaya bahwa pembelajaran baru terjadi ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud Habermas adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial. Semuanya merupakan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Berbeda dengan pandangan Habermas tentang teori belajar ketika Honey dan Mumford menjelaskan keberadaan kelompok belajar dalam teori belajar, yang menghasilkan hasil pemikiran berupa klasifikasi tipe belajar manusia.

1. Technical Learning  —> adalah metode pembelajaran di mana orang berinteraksi dengan baik dengan lingkungannya, terutama lingkungan alamnya. Anda akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola lingkungan alam dengan benar dan akurat.

2. Practival Learning  —> adalah keterampilan yang memungkinkan orang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Mereka belajar berinteraksi secara harmonis dengan manusia lain. Interaksi yang tepat yang terjadi antara individu studi di lingkungan alam mereka dapat dilihat dari segi relevansinya dengan kepentingan manusia.

 3. Emancipatory Learning -> adalah keterampilan yang memberikan pemahaman dan kesadaran tingkat tinggi kepada orang-orang tentang evolusi sosiokulturalisme. Siswa membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang tepat untuk mendukung perubahan budaya yang langgeng. Seorang siswa dianggap telah mencapai tingkat belajar tertinggi jika ia memahami dan menyadari perubahan budaya tersebut.


Bloom dan Karthwohl

Bloom dan Karthwohl menggabungkan ide-ide belajar, mengklaim bahwa individu harus belajar sesuatu setelah mempelajari fakta. Bloom dan Krathwohl fokus pada tujuan pembelajaran dan memberi peringkat beberapa tujuan pembelajaran ini.

1. Area kognitif. Domain pertama ini berisi beberapa pengetahuan (memori), pemahaman (interpretasi), aplikasi, analisis (mencoba memikirkan konsep terkait), revisi), dan integrasi (menggabungkan bagian-bagian dari suatu konsep menjadi keseluruhan). Evaluasi (perbandingan konsep). Nilai, ide, metode).

2. Ranah psikomotor. Area ini memiliki beberapa bagian yang menggunakan konsep meniru gerakan, seperti bergerak, bergerak dengan benar, melakukan gerakan tertentu dengan benar, hingga gerakan yang spontan seperti gerakan.

3. Wilayah emosional. Akhirnya, Bloom dan Karthwohl telah menunjukkan bahwa hasil belajar di semua domain dipraktikkan dalam domain emosional seperti persepsi (mengenali sesuatu), respons (keterlibatan), penghargaan (memperoleh nilai tertentu) dan organisasi (koneksi dan koneksi yang diizinkan) dapat dipercaya. nilai untuk kekuatan), dan praktik (untuk menghidupkan nilai).

Keuntungan dan Kerugian Penerapan Teori Pembelajaran Humanistik 

Ada keuntungan besar menggunakan teori berbasis fungsi implementasi teori belajar ini memiliki dua efek samping: keuntungan (kekuatan) dan kerugian (kekurangan). Berikut adalah daftar singkat pro dan kontra dari penggunaan teori pembelajaran ini.

Keuntungan dari teori belajar humanistik:

1. Menerapkan teori ini dapat melepaskan kreativitas siswa dan peserta didik. Ini karena teori ini berkisar pada pembelajaran setiap orang, bukan materi yang harus diselesaikan siswa.

2. Pesatnya perkembangan teknologi serupa dengan pertumbuhan pembelajaran.

3. Pendidik melakukan pekerjaan yang lebih ringan, berfokus pada pengembangan pembelajaran setiap individu daripada benar-benar melengkapi materi.

4. Humanistik cenderung mengikat hubungan sosial antar siswa. Di dalamnya tidak ada kata persaingan untuk belajar, karena setiap orang berhak mengoptimalkan kemampuannya sesuai dengan tingkatannya.

5. Teori antropologi adalah pilihan yang berorientasi sangat cocok untuk pendidikan dalam membangun kepribadian, mengubah perilaku, dan menganalisis fenomena sosial.

6. Salah satu indikator keberhasilan penerapan teori humanistik adalah siswa tidak tertarik atau tertekan. Mereka juga belajar secara otodidak dengan inisiatif sendiri. Pikiran, perilaku dan sikap, baik yang wajib maupun yang ketat, tidak bergantung pada kehendak seseorang.

7. Melatih siswa untuk berpikir secara bebas dan independen, tidak terikat oleh pendapat orang lain. Siswa harus dapat mempertanggung jawabkan atas analisanya atau eksperimennya sendiri.

Kekurangan teori humanistik 

Meskipun cenderung sangat terbuka untuk siswa selama studi mereka, ada beberapa kelemahan dalam teori ini yang harus benar-benar anda sadari.

1. Ketika menerapkan teori ini, sulit bagi siswa untuk memahami potensi mereka. Ini karena pendidik “meninggalkan” siswanya dengan penemuan diri.

2. Siswa yang tidak berminat mengikuti proses pembelajaran diserahkan kepada siswa lain yang siap serta mampu untuk meningkatkan kemampuan dirinya.

3. Jika siswa tidak fokus pada proses pembelajaran, mereka mungkin masih mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran selanjutnya karena keterlambatan pada tahap awal.

4. Jika siswa memahami atau tidak memahami apa yang diajarkan, dan tidak didukung langsung oleh pendidik, dapat menghambat kemajuan belajar

5. Pembelajar cenderung menyalahgunakan kebebasan yang diberikan.

6. Siswa yang tidak merasa bertanggung jawab cenderung sulit berkonsentrasi.

7. Baik dalam konteks maupun dalam praktik, teori ini tidak akan berlaku pada sistem pembelajaran di sekolah saat ini.

Kesimpulan

Belajar dari perspektif humanis bertujuan untuk menjadikan seseorang seperti manusia dan menunjukkan keberhasilan akademis dalam mengenali diri sendiri dan lingkungannya. Siswa menghadapi tujuan untuk mencapai tingkat aktualisasi diri setinggi mungkin. Teori humanisme berusaha memahami perilaku belajar dari perspektif siswa, bukan perspektif pengamat. Penerapan teori humanisme dalam kegiatan pembelajaran menuntut siswa untuk berpikir kritis, mengutamakan praktiknya, dan menekankan pentingnya partisipasi siswa. Hal ini dapat diterapkan melalui diskusi sehingga siswa dapat mengungkapkan pemikirannya di depan audiens. Maslow dikenal sebagai bapak psikologi humanistik dan percaya bahwa orang mengambil tindakan untuk mengenal dan menyukai satu sama lain sebanyak mungkin. Teori yang paling populer saat ini adalah teori hierarkis teori jarum. Menurutnya, masyarakat didorong untuk menafkahi dirinya sendiri. Kebutuhan ini dimulai dari yang paling bawah atau mendasar hingga kebutuhan yang paling tinggi. Menurut teori psikologisnya, semakin tinggi kebutuhan, semakin individu benar-benar terlibat dalam sesuatu itu. Rogers beranggapan dari Jamil Suprihatiningrum, ada dua jenis belajar. Yaitu persepsi (makna) dan eksperimentasi (pengalaman). Guru memberikan perasaan (persepsi) bahwa banjir dapat dicegah dengan tidak membuang sampah. Oleh karena itu, guru harus mengaitkan antara pengetahuan akademik dengan pengetahuan yang bermakna. Siswa berpartisipasi secara pribadi dalam pengalaman tetapi pembelajaran aktif, termasuk penilaian diri.

Daftar Pustaka

Arbayah, Model Pembelajaran Humanistik, Vol 13. No. 2, Desember 2013.

Armaja Prawira, Purwa, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.

Feist, Jess, Teori Kepribadian, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2009.

Iskandar, Implementasi Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow Terhadap Peningkatan Kinerja Pustakawan, Vol. 4 No. 1, Januari – Juni 2016.

Ismail, Fajri, Evaluasi Pendidikan , Palembang: Tunas Gemilang Press, 2014

Komara, Endang, Belajar dan Pembelajaran Interaktif, Bandung: PT Refrika Aditama, 2014.

Maslow, Abraham H, Motivation And Personality, Harper & Row: 1970.

Nova Irawan, Eka, “Buku Pintar Pemikiran Tokoh-Tokoh Psikologi dari Klasik Sampai Modern,” Yogyakarta: IRCiSoD, 2005.

Rumini, Jamil, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UPP IKIP Yogyakarta, 1993.

S. Freidman, Howard, Keperibadian Teori Klasik dan Riset Modern, Jakarta: Erlangga, 2008.

Sanusi, Uci, Pembelajaran dengan Pendekatan Humanistik , vol.11 No.2, 2013. Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, jakarta: PT Raja Grafindo, 2005. Siregar, Eveline, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1987.

Suprihatin, Pendekatan Humanistik Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2017.

Suprihatiningrum, Jamil, Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Ar- Media, 2013.

W. Santrock, John, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Salemba Humanika, 2009.

Zulfikar, Konseling Humanistik: Sebuah Tinjauan Filosofi, Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2017.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun