Malang, 1 Agustus 2025 --- Di tengah geliat pembangunan perkotaan, terdapat satu kampung yang perlahan menata arah menuju lebih lestari, inklusif, dan berdaya. Kampung Semar, terletak di Kota Malang, Kelurahan Arjosari, kini menjadi saksi perubahan sosial yang dimulai dari hal-hal kecil. Didorong oleh kolaborasi antara warganya yang aktif, lingkungan yang peduli, serta semangat mahasiswa Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB).
Tahun ini, PKM FEB UB 2025 menempatkan tim di Kampung Semar dengan misi yang lebih dari sekadar pengajaran dan pembangunan fisik. Dengan tema "Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Komunitas melalui Produksi Berkelanjutan untuk Mewujudkan Masyarakat Mandiri dan Kota Inklusif", selama satu bulan, tim PKM FEB UB berfokus pada penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) warga setempat. Melalui berbagai program strategis, seperti rebranding produk lokal, peningkatan promosi digital, hingga penyusunan e-book upselling dan e-book UMKM sebagai panduan peningkatan kapasitas usaha. Tak hanya itu, mahasiswa juga turut menyusun Company Profile Kampung Semar sebagai langkah awal membangun identitas kampung yang mampu menarik wisatawan maupun mitra kerja sama di masa depan. Para mahasiswa membawa semangat perubahan berbasis pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), penguatan manajemen komunitas, dan kesadaran lingkungan.
Transformasi Dimulai dari SDM dan Komunitas
Fokus utama program PKM ini adalah membangun pondasi jangka panjang. Mahasiswa tidak hanya memberikan pelatihan teknis, tetapi juga terlibat langsung dalam proses pendampingan. Mereka membantu warga dalam memahami nilai dari proses, membentuk identitas merek yang kuat, serta meningkatkan daya saing usaha secara berkelanjutan. Program-program seperti rebranding produk UMKM lokal, pembuatan ebook strategi upselling, e-book UMKM, promosi digital berbasis media sosial dan marketplace, serta penyusunan Company Profile Kampung Semar, menjadi bagian dari upaya mendorong UMKM setempat agar naik kelas secara berkelanjutan. "Banyak warga yang punya usaha bagus, tapi belum tahu cara mengkomunikasikannya ke luar. Kami bantu mereka dari identitas visual hingga strategi promosi digital," ucap Syabina Maharani Bilqis, koordinator PKM Kampung Semar.
Namun lebih dari itu, mahasiswa juga mengarahkan warga untuk membangun manajemen komunitas yang lebih terstruktur. Mereka menggagas sistem kerja sama antar-UMKM, pendataan berbasis digital sederhana, hingga pelatihan pengelolaan keuangan keluarga sebagai pondasi ekonomi rumah tangga. Inisiatif ini mendorong warga untuk saling terhubung, berbagi sumber daya, dan mengelola usaha secara kolektif. Harapannya, komunitas tidak hanya tumbuh secara individu, tetapi juga berkembang bersama sebagai satu ekosistem yang saling menguatkan.Â
Edukasi Sejak Dini: Menabung dan Mengenal Diri
Kampung yang berdaya dimulai dari generasi muda yang cerdas. Dalam semangat itu, tim PKM juga menyelenggarakan sosialisasi gemar menabung untuk anak-anak usia sekolah dasar. Kegiatan ini dilengkapi media edukatif seperti kuis, permainan, dan simulasi sederhana untuk menumbuhkan kesadaran finansial sejak dini secara menyenangkan. Selain itu, pengajaran dasar sex education juga dilakukan dengan pendekatan ramah anak, penuh kehangatan, dan bebas stigma. "Kami tidak menggunakan istilah yang vulgar atau sulit dipahami. Fokusnya adalah mengenalkan bagian tubuh pribadi, rasa aman, dan menghargai diri sendiri sejak dini," jelas Zayyinatul Khoiriyah, anggota tim PKM.Â
Kampung Ramah Iklim: Sinergi Ekonomi dan LingkunganÂ
Yang membedakan Kampung Semar dari banyak kampung lain adalah kesadaran warganya terhadap isu lingkungan. Saat ini, kampung tersebut tengah menjalani Program Kampung Iklim yakni program nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mendorong aksi nyata masyarakat dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Warga aktif melakukan daur ulang, memilah sampah rumah tangga, menanam tanaman obat keluarga, serta menjaga kebersihan dan keberlanjutan lingkungan sekitar. Melihat potensi ini, tim PKM berupaya mengintegrasikan nilai-nilai ekonomi dan edukasi ke dalam narasi keberlanjutan. Program rebranding UMKM misalnya, kini juga menekankan nilai produk ramah lingkungan, kemasan minim plastik, dan cerita produk yang mengangkat nilai lokal. "Kami percaya bahwa kampung edu-wisata bukan hanya tempat belajar, tapi ruang hidup yang menyatu dengan nilai-nilai ekologis, sosial, dan budaya," ungkap Avida Virya, anggota tim PKM FEB UB.