Mohon tunggu...
Zayyid Atthariq
Zayyid Atthariq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UMJ

Jadilah yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Diary

Refleksi Milad IPM Ke 61: Tradisi Keilmuan yang Terabaikan

17 Juli 2022   01:30 Diperbarui: 17 Juli 2022   01:31 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai etensitas gerakan pelajar nomor 1 di Indonesia, dan pernah mendapatkan penghargaan No. 2 OKP terbaik di ASIA "Tayo Award", Ikatan Pelajar Muhammadiyah perlu mengembalikan marwah dirinya sebagai pembawa bak keilmuan. Bukan lagi menjadi kader yang membawa alasan ingin mendapatkan pengalaman belaka, apalagi untuk memperbanyak teman, disamping itu semua, Ikatan Pelajar Muhammadiyah didirikan sebagai bentuk kawah candradimuka bagi seluruh para Pelajar Muhammadiyah, walaupun sebelum jauh dari kelahiran nya Kantong Kantong Pelajar Muhammadiyah sudah banyak berdiri dan beraksi namun itu semua hanya menghasilkan resistensi dari berbagai pihak termasuk dari Muhammadiyah itu sendiri.

Namun sejak tanggal 18 Juli 1961 tepatnya di Surakarta, Ikatan Pelajar Muhammadiyah lahir dengan wajah baru yang haru, dengan semangat yang kuat, untuk membuktikan bahwa golongan pelajar pun mampu berdiri tegak untuk menentukan nasib dakwahnya di lingkungan pelajar dan masyarakat ilmu. Sejak kelahirannya, gerakan IPM ini perlahan lahan menampakkan keunikannya, keunikan dalam ranah gerakan ini di tunjukkan pada segmentasi "pelajar".  Karna tidak hanya pada ranah Pelajar Muhammadiyah itu sendiri, segment itupun meluas pada aspek Non Pelajar Muhammadiyah seperti yang ada di sekolah Swasta dan Negeri, serta pada pelajar yang tidak masuk kategori pelajar, itulah yang dinamakan dengan masyarakat ilmu terpelajar yang menjadi garapan yang unik bagi gerakan IPM.

Jika merujuk pada "Kepribadian Kader IPM" Kader adalah sebagai pendorong organisasi dengan misinya yaitu penggerak dakwah islam. Salah satu gerakan nya adalah gerakan ilmu yang sudah melekat pada Kepribadian Kader IPM, yang sudah seharusnya menjadi agenda rutinan kader IPM, karna dengan itu, pada point ke-4 pada kepribadian nya terdapat Tradisi Intelektual sehingga dari sinilah lahir sikap sikap Kritis, Kreatif dan Inovatif sebagai landasan beramal kebajikan, dari sinilah komitmen seorang kader IPM terlihat begitu jelas dalam etos keilmuan nya.

Kita semua dapat belajar dari semboyan IPM yaitu surat Al-Qalam ayat 1, Korelasi antara Nun' dan Al Qalam telah menggambarkan betapa dahsyat nya Tradisi Keilmuan ini. Seperti Membaca dan Menulis. Karna dengan menulis seluruh tulisan pena kita akan dilihat oleh banyak orang walaupun tidak pernah berjumpa dengan kita, karna dengan menulis ruh kita akan tetap ada walaupun jasad kita telah tiada. Karna semua berawal dari sebuah tulisan, seperti Film Layar Lebar terbaik pun berawal dari Tulisan Skenario yang terbaik pula.

Tradisi keilmuan ini tetap harus di gaungkan dikalangan pelajar, seperti membaca menulis dan berdiskusi perlu adanya, karna dari sinilah lahirnya kader kader militan yang dapat  Mengejawantahkan seluruh keilmuannya dalam menghadapi arus utama global. Seminimalnya mereka tau mengapa IPM memilih Surat Al-Qalam ayat 1 sebagai semboyan nya, mengapa tidak Surat Al-Alaq ayat 1-5, Mengapa tidak Surat Al-Mujadillah ayat 11 atau Surat Al-Isra ayat 36?? seperti yang dikatakan oleh Sekjend PP Muhammadiyah, Ayahanda Dr. Abdul Mu'ti. M.Ed, Pada Buku "NUN' TAFSIR GERAKAN AL-QALAM AYAT 1" (Implikasi Gerakan QS Al-Qalam Ayat 1 Dengan Paradigma Gerakan IPM) Karya, Azaki Khoirudin, (Demisioner PP IPM).

Negara Indonesia termasuk negara yang masih kurang akan minat membaca. Ini dibuktikan berdasarkan data UNESCO yang mengatakan bahwa, minat membaca di Indonesia hanya 0,001%. Dan "Tingkat literasi Indonesia pada penelitian di 70 negara itu berada di nomor 62," ujar Staf ahli Menteri dalam negeri (Mendagri Kompasiana.com ). 

Kekhawatiran kita dalam tragedi rendah nya minat baca pada kalangan pelajar di Indonesia sudah cukup membuat resah dan takut akan nasib bangsa ini, namun lahirnya IPM mampu memberi ruang apresiasi Seni yang Kritis untuk mengkampanyekan nalar nalar yang positif seperti, gerakan Anti Narkoba, Tawuran, Kekerasan Seksual, Anti-Politik Uang, dan Politik yang busuk. 

Bukan hanya itu, Gerakan Iqra yang disampaikan oleh Ketua PP Muhammadiyah Prof. Haedar Natsir, M.SI. juga bisa dijadikan gerakan yang bisa dikampanyekan oleh para kader IPM, seperti mengadvokasikan persoalan kebijakan publik di media massa dan membuat karya ilmiah seperti artikel atau opini, yang setidaknya itu sudah ikut berpartisipasi pikiran dan gagasan kedalam media massa dan dapat dijadikan referensi dalam hal apapun oleh para pembaca nya. Selain itu dapat diberikan kepada para kader yang mempunyai bakat dan minat terhadap puisi ataupun penyair penyair yang dapat mencerahkan dan menggerakkan perubahan.

Oleh karna itu kita perlu Merevitalisasi semangat baru dalam rangka menyambut Milad IPM yang Ke 61 di Tahun 2022 kali ini, segala bentuk permasalahan gerakan literasi ini perlu adanya perubahan, karna ini sudah menjadi kompleksitas persoalan pelajar yang harus segera kita selesaikan oleh para kader kita semua dan menjadi fokus pembenahan serta evaluasi bersama, dan jadi kan jargon "Nn, wal qalami wam yasthurn" Tidak hanya terucap namun juga tertancap didalam hati para kader kita semua dan dapat diimplementasikan ke dalam proses perjuangan di Ikatan. 

Selamat Milad Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang Ke 61, dan tetap lah berjaya!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun