Mohon tunggu...
Zayn Al Muttaqien
Zayn Al Muttaqien Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang umat biasa yang ingin menjadi MUTTAQIEN sesuai namanya, dan menjadi MUSLIM sesuai agamanya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Prosa Lirik: Sunset di Depan Jendela Kaca

16 Oktober 2020   18:38 Diperbarui: 16 Oktober 2020   18:42 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sebuah Catatan Perpisahan:

Anakku, buah hati, bunga nurani yang tak berbatas tepi!

Bila esok mentari menyinari ruang ini, itu berarti kita telah mewariskan sepi, pada kursi dan meja yang dua puluh delapan hari lalu, menjadi saksi riuh kita. Dan bila malam, kelak ada purnama merona, itu adalah purnama terakhir yang melengkapi selaksa cerita.

Ya, satu purnama kita dipertemukan. Bagi kami bukanlah waktu yang panjang untuk meretas jalan kekeluargaan; antara Bapak, Kang Aep, dan juga Kalian.

Satu purnama, tak cukup untuk merangkai sketsa senyum ikhlas kalian. Satu purnama, tak cukup untuk menikmati canda manja kalian. Satu purnama, tak cukup kata untuk menata keramahan kalian.

Tapi anakku ...
... boleh jadi ...

Bagi kalian, empat pekan ini terasa lama, karena waktu tersiakan untuk merangkai kebosanan yang tak terperi; ketika melihat kehadiran kami yang dipenuhi keegoan diri dalam menyampaikan materi. Namun anak-anakku, apapun itu, garis ketetapan telah mempertemukan kita. Diminta atau tidak. Disuka atau dicerca.

Di hari pertemuan itu, Senin 14 September 2020, segala asa menggumpal dalam cerita nyata, di hari pertama.
Sungguh, tak ada nama yang bisa tereja dalam nanar keharuan yang menguliti keberanian.
Kita bertemu di masa wabah corona, kita berpisah dalam balutan pandemi yang sama.

Tapi tahukah anak-anakku?

Ketakutan berpisah dengan kalian, melebihi ketakutan melihat kian mewabahnya corona. Covid 19 itu ada, tapi perpisahan dengan kalian lebih menanda nyata. Bukan ilusi atau pun fatamorgana.

Anakku-anakku, buah kasih dan kebanggaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun