Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Prosa Lirik: Sunset di Depan Jendela Kaca

16 Oktober 2020   18:38 Diperbarui: 16 Oktober 2020   18:42 84 2
Sebuah Catatan Perpisahan:

Anakku, buah hati, bunga nurani yang tak berbatas tepi!

Bila esok mentari menyinari ruang ini, itu berarti kita telah mewariskan sepi, pada kursi dan meja yang dua puluh delapan hari lalu, menjadi saksi riuh kita. Dan bila malam, kelak ada purnama merona, itu adalah purnama terakhir yang melengkapi selaksa cerita.

Ya, satu purnama kita dipertemukan. Bagi kami bukanlah waktu yang panjang untuk meretas jalan kekeluargaan; antara Bapak, Kang Aep, dan juga Kalian.

Satu purnama, tak cukup untuk merangkai sketsa senyum ikhlas kalian. Satu purnama, tak cukup untuk menikmati canda manja kalian. Satu purnama, tak cukup kata untuk menata keramahan kalian.

Tapi anakku ...
... boleh jadi ...

Bagi kalian, empat pekan ini terasa lama, karena waktu tersiakan untuk merangkai kebosanan yang tak terperi; ketika melihat kehadiran kami yang dipenuhi keegoan diri dalam menyampaikan materi. Namun anak-anakku, apapun itu, garis ketetapan telah mempertemukan kita. Diminta atau tidak. Disuka atau dicerca.

Di hari pertemuan itu, Senin 14 September 2020, segala asa menggumpal dalam cerita nyata, di hari pertama.
Sungguh, tak ada nama yang bisa tereja dalam nanar keharuan yang menguliti keberanian.
Kita bertemu di masa wabah corona, kita berpisah dalam balutan pandemi yang sama.

Tapi tahukah anak-anakku?

Ketakutan berpisah dengan kalian, melebihi ketakutan melihat kian mewabahnya corona. Covid 19 itu ada, tapi perpisahan dengan kalian lebih menanda nyata. Bukan ilusi atau pun fatamorgana.

Anakku-anakku, buah kasih dan kebanggaan.

Hari ini kami pamit. Tak ada bekal yang bisa kami titipkan, selain hidangan keilmuan yang kami suguhkan tanpa batas waktu dan ruang untuk kalian manfaatkan. Tak banyak, memang, tapi yakinlah, semua tak kan basi dalam kadar perubahan zaman.
 
Di hari saatnya kita berpisah ... kami, terutama bapak, ingin meminta maaf, kepada kalian yang telah tercandai; peserta ... juga panitia.

Tak ada niat lain, kecuali upaya mengakrabkan diri, walau dengan cara yang dirasa berbeda dan tak biasa.

Pun, terimakasih kepada kalian yang telah sudi dimintai untuk menyajikan segelas kopi.
Usah merajuk dan menganggap diri tak terhargai. Justru bapak ingin berbagi tentang sebuah filosofi, bahwa hidup acapkali bergumul dalam dua makna. Ada manis dalam kekentalan pahit, ada pahit dalam larutan manisnya rasa.

Juga, kepada kalian yang seringkali diajak berswafoto, maafkan Bapak jika kalian manut dalam rasa tak suka. Sejatinya, bapak hanya ingin mengatakan, bahwa segala yang diabadikan dalam kefanaan ... pada saatnya hanyalah tinggal kenangan.

Selamat tinggal anak-anakku!
Jalan kalian masih panjang untuk mengukir segala garis juang. Biarkan pertemuan kita terpatri dalam semangat membangun diri demi kemaslahatan.

Selamat jalan, anak-anakku.

Kami pamit meninggalkan segala jejak dalam ranah kebajikan pengurus yayasan.
Izinkan kami menggenggam sunset yang menjingga dalam keheningan, yang biasa kami saksikan setiap senja, di depan jendela kaca kamar tamu ... Ponpes Al-Ihsan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun